Sabtu, 04 Maret 2017

Proses dan Cara Operasi PLTGU Grati

Proses Operasi PLTGU Grati
1 Proses Starting PLTGU
Blok 2 yang terdiri dari unit 4,5,dan 6 dirancang sebagai pembangkit pemikul beban puncak sehingga operasinya diharuskan untuk start-stop sesuai dengan permintaan dari P3B. Adapun prosedur untuk starting PLTGU dapat dilihat dari ruang CCR (Central Control Room) PLTGU Grati.

Ketika koordinasi antara ruang CCR dengan operator di lokal unit telah tercapai dalam arti telah siap untuk melakukan proses start PLTG, maka ruang CCR akan mengumumkan bahwa GT siap untuk start. Apabila Status Indicator menunjukkan Ready To Start maka GT siap untuk di start Indicator Turning Motor Run akan menyala yang artinya motor penyala telah dihidupkan dan saat lampu Status Indicator menunjukkan Start maka Pony Motor akan bekerja. Pony Motor berfungsi untuk mengurangi arus start pada Motor Starting yang biasanya nilainya cukup besar dan ini tidak diinginkan. Tak lama 10 menit kemudian, maka Starting Motor akan mulai bekerja untuk membantu memutar poros generator dari 0 sampai kira-kira 2000 rpm. Setelah itu, Control Oil Pump akan mulai bekerja menyediakan tekanan sebesar 100 kg/m3 pada control valve bahan bakar sehingga akan terdistribusi dengan baik.

Pada kecepatan 300 rpm dan Ignition Speed akan bekerja. Kira-kira selama 5 menit, Ignition Speed bekerja dengan tujuan agar udara yang masuk ke dalam Combuster dapat membuang sisa-sisa bahan bakar yang dapat mengganggu proses Starting. Pada putaran ±600 rpm, proses Ignition akan dimulai dimana Igniter yang terdapat pada nozzle nomor 11 dan 12 akan mulai bekerja seperti busi pada kendaraan bermotor agar pembakaran dapat terjadi. Syarat terjadinya pembakaran adalah ada api yang dihasilkan oleh Igniter, ada bahan bakar berupa HSD atau gas alam yang masuk ditandai dengan menyalanya lampu indikator Fuel On dan ada udara didalam Combuster. Pada proses ini PLTG sering mengalami gagal start, dimana ignitor gagal menghasilkan api sebagai salah satu syarat terjadinya pembakaran. Prosedur normalnya, igniter akan dibiarkan menyala selama satu menit apabila memakai bahan bakar HSD, 10 detik memakai bahan bakar gas dan apabila gagal maka proses starting PLTG akan di restart maksimal 3 kali. Apabila 3 kali tersebut tetap tidak mampu untuk menyalakan api pada ke-18 nozzlenya maka proses starting akan dihentikan dan biasanya yang pertama kali akan diperiksa adalah igniternya, mungkin disebabkan oleh adanya kotoran atau penyebab lainnya. Apabila pembakaran berhasil, maka sensor pendeteksi api Flame 2 dan Flame 3 akan menyalakan indikator Flame yang berarti ada api di ke-18 nozzlenya.

Ketika putaran poros mencapai 1000 rpm maka Jacking Oil Pump akan berhenti sebab generator sudah dianggap mampu untuk memutar dan mengangkat porosnya sendiri, Jacking Oil Pump sendiri merupakan pompa minyak bertekanan tinggi untuk melumasi bearing sebelum putaran 1000 rpm karena pada putaran dibawah 1000 rpm belum terbentuk lapisan film yang cukup untuk melumasi journal bearing. Ketika putaran telah mencapai 2010 rpm maka pony motor dan starting motor akan berhenti bekerja sebab turbin telah mampu untuk memutar poros tanpa bantuan penggerak mula akibat pengaruh momen inersia pada poros generator. Pada putaran 2775 rpm maka HP Bleed Valve dan LP Bleed Valve akan ditutup sehingga tidak terjadi pembuangan udara.

Pada putaran 2940 rpm, generator eksitasi akan bekerja, dimana selama 4 sekon pertama suplai DC akan diambil dari baterai aki sampai generator berhasil menghasilkan tegangan sendiri dan suplai DC berikutnya akan diambil dari keluaran generator sendiri setelah terlebih dahulu disearahkan oleh AVR.

Apabila kecepatan putaran poros generator telah mencapai nilai nominal yakni 3000 rpm, maka generator telah siap mensuplai daya ke dalam jaringan listrik interkoneksi Jawa Bali. Agar PLTG dapat menyalurkan dayanya ke jaringan terlebih dahulu dilakukan proses sinkronisasi melalui Generator Circuit Breaker (52G), dimana tegangan, fasa dan frekuensi dari generator harus sama dengan jaringan. Apabila telah sinkron maka daya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit telah mampu mensuplai kebutuhan listrik jaringan interkoneksi Jawa Bali yang ditujukkan oleh lampu indikator 52G yang menyala. Adapun berapa daya yang harus disuplai ke dalam jaringan listrik interkoneksi diatur melalui komputer sesuai permintaan P3B.

2 Operasi Open Cycle
Setiap pada unit PLTGU Grati mampu untuk bekerja dengan open cycle, namun sesuai pertimbangan ekonomis bahwa gas buang dari PLTG masih sangat panas untuk memanaskan uap pada PLTU, maka unit 1, 2, dan 3 sangatlah jarang untuk melakukan operasi open cycle sebab unit-unit tersebut yang tergabung dalam blok 1 telah dirancang untuk mampu melakukan operasi combined cycle.

Proses pembangkitan diawali dengan menjalankan motor starter sebagai penggerak mula sampai udara masuk ruang compressor dan mengalami proses pemampatan sehingga menjadi udara bertekanan. Bersamaan dengan proses pemampatan udara, di ruang bakar diinjeksikan bahan bakar. Setelah udara bertekanan dan bahan bakar masuk , dinyalakan igniter yang berfungsi sebagai busi sehingga terjadi pembakaran yang mengakibatkan kenaikan temperatur dan tekanan dalam ruang bakar. Tekanan ini kemudian akan menekan sudu-sudu turbin gas sehingga timbul energi mekanis untuk memutar turbin dan generator yang nantinya akan merubah energi tersebut menjadi energi listrik. Kembali ke motor starting, pada putaran 2100 rpm, motor ini akan otomatis mati/lepas, yakni setelah hasil pembakaran di combuster mampu memutar compressor, turbin dan generator. Sementara itu, putaran compressor, turbin dan generator terus naik sampai putaran nominalnya 3000 rpm. Kemudian keluaran generator mengalami sinkronisasi dengan jaringan listrik Jawa-Bali. Adapun gas buang hasil pembakaran akan langsung dibuang ke udara melalui cerobong (Stack) yang sebetulnya masih memiliki nilai kalor yang tinggi untuk dimanfaatkan.

3. Operasi Combined Cycle
Operasi ini merupakan perpaduan antar operasi pembangkitan listrik gas dengan uap. Gas sisa pembakaran dari pembangkitan listrik dengan gas yang masih bertemperatur tinggi dilewatkan melalui HRSG untuk memanaskan air menjadi uap bertekanan tinggi (High Pressure/ HP) dan tekanan rendah (Low Pressure/LP). Ketel HRSG tanpa pembakaran, jadi murni menggunakan gas sisa pembakaran dari gas turbin. Karena suhu gas dari sisi turbin gas masih tinggi (± 500oC) maka akan lebih efisien jika digunakan untuk memanaskan untuk diubah menjadi uap.

Uap dari HRSG akan digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu turbin uap. Uap yang dihasilkan oleh HRSG, sebagaimana penjelasan di atas, memiliki 2 kondisi yaitu HP dan LP.

Uap yang bertekanan tinggi akan masuk HP steam turbine dan kemudian tekanan dari uap tersebut akan menggerakkan sudu-sudu turbin sehingga dihasilkan energi mekanik. Energi mekanik ini diubah oleh generator menjadi energi listrik. Uap bertekanan rendah dari HRSG akan menggerakkan sudu-sudu turbin di LP Steam Turbine yang nanti juga akan menghasilkan energi mekanis yang akan diubah menjadi energi listrik oleh generator.

Untuk menjaga agar temperatur di dalam steam turbine tidak melebihi batas di ijinkan (set point temperature), dilakukan dengan mengatur suhu uap yang masuk dari HRSG. Pengamanan temperatur juga dilakukan dengan memberikan desuper heater unit Jadi jika terjadi kenaikan temperatur yang melebihi ambang batas, maka secara otomatis, desuper heater TVC akn mengatur temperatur uap sampai batas aman.

Sisa uap dari LP steam turbine akan masuk ke dalam condenser untuk mengalami proses kondensasi yang di tampung di hotwell. Apabila level air hotwell belum memenuhi maka dilakukan penambahan dengan air tambahan (make up water). Proses kondensasi dilakukan dalam ruang vakum agar terjadi perpindahan panas dari steam ke air. Kondensat yang dihasilkan akan disirkulasikan kembali ke HRSG untuk menjalani proses pemanasan sehingga menjadi uap kembali dan siap untuk menggerakkan steam turbine

Proses dan Cara Operasi PLTGU Grati Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar