Sistem Jaringan Kelistrikan PLTGU Grati
Kompleks PLTGU Grati terdiri dari 2 blok, Blok 1 yang merupakan pembangkit combined cycle mensuplai daya listrik yang dihasilkan ke jaringan listrik 500 kV Jawa-Bali sedangkan Blok 2 yang merupakan pembangkit open cycle menyuplai daya listrik 150 kV Jawa-Bali. Pembangkit blok 1 beroperasi penuh selama 24 jam kecuali jika sedang ada gangguan atau kegiatan perawatan sedangkan pembangkit blok 2 dirancang sebagai pembangkit cadangan ketika beban puncak sehingga operasinya disesuaikan dengan kebutuhan jaringan atas perintah P3B (Pusat Pengendalian dan Pengaturan Beban) selain karena pertimbangan ekonomis juga.
Ketika pembangkit belum beroperasi, untuk memenuhi kebutuhan daya yang diperlukan untuk proses starting pembangkit, disuplai oleh pembangkit lain yang terhubung dengan jaringan 150 kV. Untuk lebih jelasnya kita sederhanakan.
Daya yang disalurkan melalui jaringan 150 kV, diturunkan tegangannya menjadi 6 kV melalui trafo step down BCT. Pada PLTGU Grati memiliki 2 buah trafo step down BCT yakni SST1 dan SST2, yang masing-masing digunakan untuk kebutuhan PLTG dan PLTU. Tegangan 6 kV pada SGT digunakan untuk mensuplai daya pada motor-motor yang membutuhkan tegangan 6 kV seperti Pony Motor, Starting Motor, dan lainnya untuk digunakan pada proses starting.
Kemudian dari tegangan 6 kV diturunkan lagi menjadi 380 V melalui trafo step down SST. Tegangan 380V dipergunakan untuk mensuplai kebutuhan dari panel-panel pengendalian seperti PDC (Panel Distribution Centre) dan MCC (Motor Control Center) dan juga untuk mensuplai kebutuhan dari ruangan CCR (Central control Room) sehingga proses starting dapat dikendalikan dengan baik digunakan tegangan 220 KV DC
Untuk mengoperasikan generator sehingga dapat menghasilkan tegangan sendiri, pertama kali dibutuhkan penguatan tegangan. Untuk itu dipergunakan kumparan eksitasi (penguatan) yang membutuhkan sumber tegangan DC sebagai catu dayanya. Sebagai sumber DC, ketika generator pertama kali start maka diambil dari baterai akinya yang berjumlah 104 buah dengan masing-masing tegangan ±2,2V sehingga diperoleh nilai tegangan ±238V. Setelah 4 sekon, generator dianggap sudah mampu untuk mensuplai penguatan sendiri dan kontak ke baterai aki akan terputus. Sebagai penggantinya diambil dari tegangan keluaran generator yang berupa sumber AC dengan tegangan 10,5kV untuk kemdian diturunkan tegangannya sesuai dengan kebutuhan eksitasi oleh trafo step down MKC yang lalu disearahkan oleh AVR, sehingga diperoleh tegangan keluaran berupa sumber DC yang mampu untuk mencukupi kebutuhan eksitasi generator.
Ketika generator sudah mampu beroperasi penuh, maka daya yang dihasilkan akan disalurkan ke GITET (Gardu Induk Tegangan Tinggi) setelah sebelumnya disinkronisasi sesuai dengan tegangan, frekuensi dan fasa dari jaringan interkoneksi Jawa Bali. Karena tegangan yang dihasilkan oleh Generator Turbin Uap hanya sebesar 15,75kV maka agar dapat disinkronkan dengan tegangan transmisi 500kV ataupun 150 kV dipergunakan Trafo Utama Step Up dengan kode BAT melalui Generator Circuit Breaker (52G). Pada PLTGU Grati terdapat 5 trafo dengan jenis ini, 3 unit trafo two winding dengan kode 11BAT01, 10BAT01, dan 21BAT01 yang dipergunakan untuk mensuplai daya dari unit GT 1.1, unit ST dan unit GT 2.1 ke jaringan dan 2 unit trafo three winding dengan kode 12BAT01 dan 22BAT01 masing-masing untuk mensuplai daya dari unit GT 1.2 dan GT 1.3 serta unit dari GT 2.2 dan GT 2.3.
Daya yang dihasilkan oleh generator tidak 100% dikirimkan ke jaringan tetapi ada yang dipergunakan untuk pemakaian sendiri melalui Trafo Step Down dengan kode BBT sehingga ketika generator sudah beroperasi penuh, sebagai penyuplai MMC, PDC maupun ruang kontrol CCR tidak dibutuhkan lagi suplai dari pembangkit luar tapi cukup dari daya yang dihasilkan sendiri.
Pemeliharaan Unit
Secara filosofi, terdapat 4 jenis pemeliharaan yaitu :
- Break Down atau Corrective Maintanance
- Dasar dari filosofi dibalik break down maintenance adalah mengoperasikan peralatan sampai terjadi kerusakan dan hanya memperbaiki atau mengganti komponen yang rusak. Kekurangan perawatan jenis ini adalah merupakan jenis manajemen yang tidak terencana.
Preventive atau Time-Based Maintenance
Filosofi dibalik preventive maintenance adalah perawatan yang terjadwal dalam interval waktu tertentu, berdasarkan calendar desk atau run-time hours dari peralatan. Pada waktu tersebut dilakukan perbaikan atau penggantian komponen yang rusak sebelum terjadi masalah.
Predictive atau Condition-Based Maintenance
Kondisi operasi yang dilakukan pada predictive maintenance adalah mengamati peralatan secara periodik. Ketika terdeteksi trend yang berbahaya, komponen yang bermasalah pada peralatan diidentifikasi dan dijadwalkan untuk perbaikan. Peralatan tersebut akan dimatikan pada saat tersebut apabila masalah yang terjadi sangat darurat dan komponen yang rusak akan diganti.
Proactive atau Prevention Maintenance
Filosofinya adalah menganalisa kerusakan dan pengukuran proactive akan dilakukan agar kerusakan tidak terulang lagi.
Akan tetapi di dalam PLTGU Grati pemeliharaan yang dilakukan meliputi :
- Pemeliharaan Rutin
- Pemeliharaan ini dilakukan berulang dengan interval waktu maksimum satu tahun dan dapat dilaksanakan pada saat unit operasi maupun tidak operasi serta tidak tergantung pada pengoperasian mesin. Pemeliharaan mesin berjalan (on line maintenance) dilakukan pada kondisi unit operasi dan pemeliharaan rutin pencegahan (preventive maintenance) dilakukan dengan rencana dan waktu yang telah ditetapkan, misalnya harian, mingguan, atau bulanan dalam satu tahun.
Pemeliharaan Periodik
Pemeliharaan periodik dilakukan berdasarkan jam operasi peralatan (time based maintenance). Pemeliharaan ini dilakukan dalam kondisi unit / peralatan tidak beroperasi dengan sasaran untuk mengembalikan unit / peralatan pada performance semula (commissioning) atau lebih baik dari sebelumnya. Pemeliharaan yang dilaksanakan dalam periode lebih dari setengah tahun dan tergantung pada pengoperasian mesin.
Pemeliharaan Khusus
Pemeliharaan yang direncanakan dan dilaksanakan secara khusus berdasarkan kejadian khusus baik disebabkan oleh gangguan dengan sasaran untuk memperbaiki atau meningkatkan performance mesin / unit. Pemeliharaan khusus dapat dilaksanakan pada saat pemeliharaan periodik maupun di luar pemeliharaan periodik.
Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance)
Ialah pemeliharaan yang berdasarkan atas analisa dan evaluasi kondisi operasi mesin dengan sasaran mengoptimalkan ketersediaan mesin pembangkit dan biaya pemeliharaan.
Pelaksanaan yang dilakukan dalam pemeliharaan prediktif antara lain:
- Mengadakan pemeriksaan dan monitoring secara kontinyu terhadap peralatan pada operasi atau pada waktu dilaksanakannya inspection.
- Mengadakan analisa kondisi peralatan atau komponen peralatan.
- Membuat estimasi sisa umur operasi peralatan sampai memerlukan perbaikan atau penggantian berikutnya.
- Mengevaluasi hasil analisa untuk menentukan interval inspection.
Untuk menunjang pemeliharaan di PLTGU Grati dan ABB sdh mempunyai pengalaman di lingkungan pembangkit seperti Retrofit AVR (Automatic Voltage Regulator) antara lain,
BalasHapus1. Pengadaan barang Sistem Eksitasi GT 2.3 PLTGU Priok.
2. Pengadaan barang Sistem Eksitasi PLTU Banten 3 Lontar.
3. Pengadaan barang Sistem Eksitasi PLTU Pacitan #1
4. Static Excitation System (SES) GT 1.1, GT 1.2 & GT 1.3
Dan beberapa lokasi proyek yang lainnya.
Terimakasih.
Pionadi Caturangga