Jumat, 03 Februari 2017

Perkembangan Industri Dewasa

1. PENDAHULUAN
Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Di lain pihak hal tersebut juga memberi dampak pada lingkungan akibat buangan industri maupun eksploitasi sumber daya yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Kondisi ini seharusnya dipahami bahwa harus ada transformasi kerangka kontekstual dalam pengelolaan industri, yakni keyakinan bahwa: operasi industri secara keseluruhan harus menjamin sistem lingkungan alam berfungsi sebagaimana mestinya dalam batasan ekosistem lokal hingga biosfer. Efisiensi bahan dan energi dalam pemanfaatan, pemrosesan, dan daur ulang, akan menghasilkan keunggulan kompetitif dan manfaat ekonomi (Hambali, 2003).

Berdasarkan hal di atas pengembangan industri harus dibarengi upaya pengelolaan lingkungan dalam bentuk penanganan limbah yang dilepaskan. Hal tersebut harus disertai dengan kegiatan penilaian terhadap resiko lingkungan akibat kegiatan maupun hasil buangan industri untuk mendapatkan tingkat resiko dan bahaya dari kegiatan industri tersebut.

Dalam konteks tersebut pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas. Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia umumnya.

Meningkatnya perhatian masyarakat dapat dilihat dari kesadaran mereka akan akibat-akibat yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota. Namun demikian hal ini bukanlah memecahkan permasalahan melainkan memindahkan masalah atau bahkan menimbulkan permasalahan baru yang lebih komplek seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan.

Perubahan lingkungan dapat terjadi karena alam maupun aktivitas manusia. Kegiatan manusia mengubah lingkungan dilakukan karena adanya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Upaya pemenuhan kebutuhan menusia dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil perkembangan budaya digunakan untuk mengembangkan berbagai industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, seperti:

  1. Industri primer, mengupayakan kebutuhan dari alam secara langsung, seperti pertanian, pertambangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
  2. Industri sekunder, mengolah hasil industri primer seperti industri makanan, industri tekstil, industri kertas, industri pengolahan minyak bumi, dan industri logam.
  3. Industri tersier, menghasilkan jasa atau pelayanan seperti industri informasi dan komunikasi, transportasi, dan perdagangan.
Berbagai industri selain menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia juga menghasilkan buangan atau limbah. Limbah adalah suatu benda atau zat yang dapat mengandung berbagai bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta makhluk hidup lainnya. Industri tahu sebagai salah satu industri primer (pertanian), dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah padat maupun cair. Limbah padat (Whey) dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu umumnya memiliki karakteristik kandungan bahan organik tinggi sehingga kadar BOD, COD yang dimilikinya juga relatif tinggi cukup tinggi. Limbah tersebut jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.

Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan mengganggu kesehatan lingkungan. Dalam tulisan ini akan dibahas pencemaran dari limbah industri pertanian yaitu pabrik tahu.

II. TUJUAN PENULISAN

  1. Mempelajari persiapan kerangka kerja analisis dampak lingkungan pembuatan pabrik tahu
  2. Mengidentifikasi dampak lingkungan potensial dari setiap pelaksanaan proses pembuatan tahu
  3. Menentukan implikasi kebijakan untuk pelaksanaan yang digunakan
  4. Mengkaji peran pengolahan tahu ini dampaknya terhadap lingkungan
III. METODOLOGI
3.1. Sikap/Persepsi asyarakat
Sikap/persepsi dianalisis secara deskriptif dengan memanfaatkan alat bantu kuesioner yang terdiri dari pertanyaan terstruktur atau tertutp yang telah disusun sedemikian rupa sehingga mudah dijawab.

3.2. Metode Evaluasi Dampak Besar dan penting
Agar mempermudah evaluasi dampak perlu ditetapkan besarnya dampak, dengan menetapkan kriteria sebagai berikut;
a) Pentingnya dampak:

  1. kurang penting,
  2. Cukup penting,
  3. Penting,
  4. Penting sekali dan
  5. Sangat penting
b) Besarnya dampak:

  1. Sangat kecil,
  2. Kecil,
  3. Sedang,
  4. Besar dan
  5. Sangat besar
Bahasan besar dampak yang diperoleh dari prakiraan dampak penting, untuk menetapkan jenis dampak besar dan penting, dilakukan evaluasi dampak penting. Tahap evaluasi di dasarkan pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-056 Tahun 1994 mengenai 6 (enam) kriteria dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap dampak penting sehingga dapat ditentukan tidaknya dampak:

  • Jumlah manusia yang terkena dampak
  • Luas wilayah persebaran dampak
  • Intesitas dan lamanya dampak berlangsung
  • Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
  • Sifat kumulatif dampak
  • Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dengan demikian Evaluasi dampak sesungguhnya merupakan proses penelusuran perilaku dampak dan keterkaitan antar masing-masing dampak tersebut.
Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi yang ada dengan parameter lingkungan sehingga dapat diketahui tingkat resikonya. Metode hirarki dalam hal ini digunakan sebagai acuannya adalah matriks kualitatif. Didalam matrik dipergunakan metode/cara hirarki tingkatan, dengan bentuk matrik ini kemudian dirangking seberapa sering resiko akan terjadi. Sedangkan besarnya dampak dirangking berdasarkan kuat dan hebatnya dampak yang akan terjadi.

IV. RONA LINGKUNGAN
Rona lingkungan yang dikemukakan dalam kajian ini dibatasi bukan pada aktivitas fisik (proyek) tapi pada kondisi lingkungan berkaitan operasional kegiatan pabrik. Rona lingkungan lingkungan wilayah sekitar pabrik yang akan dikaji secara sekilas meliputi:

  • Fisik dan kimia, merupakan daerah pemukiman padat, pertokoan, terdapat jalan raya utama dan terdapat sungai dengan kondisi relatif jernih tidak berbau relatif mengalir deras,
  • Biologi, terdapat tumbuhan sungai, ikan, merupakan daerah persawahan dengan berbagai usaha (padi, jagung dan kacang tanah) selain itu terdapat pula tanaman lainnya seperti mangga, pisang dan aneka tanaman pohon.
  • Sosial budaya, sebagai daerah desa-kota masyarakat setempat masih menggunakannya untuk mandi, cuci dan buang air besar, namun demikian terdapat masyarakat yang telah maju dengan perumahan yang baik dan tingkat pendidikan relatif tinggi.
  • Ekonomi, merupakan jalur utama antar kota kecamatan dan kabupaten maka arus aktivitas ekonomi (perdagangan) relatif lancar dengan berbagai kegiatan penduduk disekitarnya seperti pertukangan, pertokoan, warung dan perbengkelan serta pertanian.
V. HASIL TELAAH PROSES OPERASI TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Proses pembuatan tahu relatif sederhana, protein nabati dalam bahan baku diekstraksi secara fisika dan digumpalkan dengan koagulan asam cuka (CH3COOH) dan batu tahu (CaSO4 nH2O) (Santoso, 1993). Dalam pemrosesannya, tiap tahapan proses umumnya menggunakan air sebagai bahan pembantu dalam jumlah yang relatif banyak. Menurut Nuraida (1985), untuk tiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter dan akan dihasilkan limbah cair berupa Whey tahu rata-rata 43,5 liter. Mengingat bahwa bahan dasar tahu adalah kedele (dengan BO tinggi) maka Whey umumnya mengandung bahan-bahan organik berupa protein 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10% (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair menjadi senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI – Bapedal, 1994).

Husin (2003), melaporkan bahwa air buangan industri tahu mengandung BOD 3250 mg/l, COD 6520 mg/l, TSS 1500 mg/l dan nitrogen (N) 1,76 mg/l. Apabila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai dengan Kep Men LH. No. Kep 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD, COD dan TSS berturut-turut adalah 50, 100 dan 200 mg/l, maka jelas bahwa limbah cair industri tahu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.

Industri tahu dalam proses pengolahannya sebenarnya menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Mengingat Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi maka kadar BOD, COD nya relatif cukup tinggi pula, sehingga jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu sesungguhnya industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap limbah pabrik tahu yang dikaji diperoleh data seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Hal ini membuktikan bahwa limbah tahu secara umum memang memiliki kandungan pencemar yang tinggi 

5.1. Identifikasi Dampak Besar dan Penting
Pengelolaan limbah cair adalah menggunakan kolam pengolahan limbah dengan menggunakan kayu apu. Dalam pengolahan limbah ini digunakan air PDAM sebagai pengencer dengan perbandingan 1:6 yaitu 1 bagian limbah pabrik tahu dengan 6 bagian air PDAM. Pemanfaatan limbah padat adalah sebagai makanan ternak. Pabrik tahu Purnomo Kalidami, Surabaya memanfaatkan ampas limbah tahu untuk makanan babi di daerah Pegirian, Surabaya. 

A. Metode pendekatan matrik interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan
Berdasarkan uraian rona lingkungan dan penjelasan tentang proses pengelolaan limbah sebagaimana disebutkan di atas, dapat diidentifikasi dan diperkirakan dampak resiko limbah pabrik tahu terhadap komponen lingkungan meliputi: fisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi serta kesejahteraan masyarakat

B. Metode Pendekatan Matrik Evaluasi Prakiraan Dampak dengan Komponen Lingkungan
Metode ini mengarahkan kepada pemberian skore/nilai berupa seberapa besar dan pentingnya dampak yang terjadi dari setiap tahapan kegiatan yang dilakukan oleh industri terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak. Matrik prakiraan dampak yang akan terjadi ditunjukkan seperti Tabel 3 sebagai berikut.

5.2. Prakiraan dan Penentuan Dampak Penting dan Besar
Secara keseluruhan uraian dari masing-masing penting dan besarnya dampak limbah terhadap sifat fisika-kimia, sifat biologi dan terhadap sosial, ekonomi, budaya dan kesejahteraan masyarakat diuraikan sebagai berikut.

A. Fisik Kimia

  1. Prakiraan resiko terhadap tata guna lahan yang mungkin terjadi yaitu resiko berasal dari buangan limbah terutama limbah cair yang mencemari air tanah dan air permukaan. Akibat pencemaran tersebut maka warga merasa tidak nyaman namun tidak menimbulkan perpindahan atau eksodus dari lokasi sekitar pabrik, yang mengakibatkan terjadinya perubahan tata guna lahan. Karena masyarakat dan pihak pabrik menganggap hal tersebut masih bisa dirundingkan dan diatasi. Meskipun resiko yang muncul bersifat negatif namun kurang penting sehingga dampaknya (-1). Bobotnya kecil karena pencemaran yang terjadi tidak berdampak langsung terhadap masyarakat (2).
  2. Prakiraan resiko terhadap udara, yaitu resiko berasal dari bau limbah tahu yang semakin lama semakin tidak sedap. Akibat pencemaran tersebut warga khususnya pekerja pabrik merasa kurang nyaman akibat terhisapnya bau ke dalam pernafasan. Namun bau yang muncul lebih cenderung di dalam dan tidak dalam radius yang luas dan gas yang ditimbulkannya bukanlah gas–gas penyebab timbulnya pemanasan global seperi: NOx, SOx dan gas kimia berbahaya lainnya. Sehingga meskipun jenis resiko yang muncul bersifat negatif tapi kurang penting (-1). Bobotnya kecil karena pencemaran gas yang timbul jumlahnya kecil dan bukan merupakan gas yang berbahaya (2)
  3. Prakiraan resiko terhadap air tanah yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang mungkin meresap dan masuk ke dalam air tanah. Resiko yang mungkin timbul berupa timbulnya penyakit-penyakit yang diderita oleh masyarakat yang menggunakan air tanah, seperti penyakit kulit, penyakit perut, dan lain-lain. Keadaan ini dapat saja terjadi lebih dari yang diperkirakan mengingat muka air tanah (sumur) berfluktuasi sesuai dengan tinggi muka air sungai atau besarnya curah hujan. Sehingga sumur penduduk dapat saja tercemar akibat infiltrasi baik dari sungai maupun dari unit pengolahan limbah pabrik. Resiko yang muncul bersifat negatif cukup penting (-2). Bobotnya sedang karena lokasi dekat dengan warga sehingga ada kemungkinannya mencemari air sumur warga (3)
  4. Prakiraan resiko terhadap air permukaan yaitu berasal dari pengolahan limbah cair, yang dibuang ke sungai. Resiko yang timbul pada flora, fauna, dan manusia, yang memanfaatkan sungai. Resiko terbesar yang mungkin terjadi adalah matinya biota air, tumbuhan air, dan hewan air. Seperti terlihat pada Tabel 4 bahwa BOD masih diatas baku mutu air baik untuk perikanan (B) maupun pertanian (C). Dengan nilai BOD yang relatif masih tinggi maka masih dibutuhkan banyak oksigen untuk memecah (mendegradasikan) bahan buangan organik yang ada di dalam lingkungan air tersebut. Sehingga dalam proses degradasi tersebut terdapat persaingan antara biota air dengan mikroorganisme dalam memanfaatkan oksigen. Dampaknya adalah biota air akan kekurangan oksigen akibat lebih jauh adalah akan menimbulkan kematian bagi biota yang ada disekitarnya. Selain itu dampak yang timbul akibat proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme adalah bau busuk karena gas NH3 yang dilepas saat proses terjadi. Secara kimia proses reaksinya ditunjukkan sebagai berikut (Wardhana, 2004; Manik, 2009):
CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4)O2 -----à n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3
Mengingat sifat reaksi BOD yang cukup lama dibandingkan dengan COD maka, Resiko yang muncul bersifat negatif penting (-3). Berdasarkan hasil pengujian kasus effluen dari pengolahan Pabrik Tahu Purnomo, Kalidami, Surabaya ternyata masih berada di atas Baku Mutu yang diijinkan Pemda Jawa Timur, seperti pada Tabel 4. Besarnya dampak bisa sangat tinggi (4). 

B. Biologi
1) Prakiraan resiko terhadap flora darat berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan whey tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai, setelah melalui proses degradasi dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Namun tahapan proses tersebut relatif lama karena proses degradasi oleh mikroba berjalan secara alami sehingga dampak yang terjadai pada saat penguraian adalah meningkatnya suhu disekitar limbah dalam jangka waktu tertentu namun setelah proses penguraian selesai umumnya suhu akan menjadi normal dan bahan organik siap untuk secara alami untuk dimanfaatakan oleh tanaman. Resiko yang mungkin timbul kematian bagi tanaman yang tidak tahan terutama pada saat awal-awal dkomposisi Bahan organik namun setelahnya dapat terjadi tanaman tumbuh subur, selain itu sistem perakaran butuh penyesuaian untuk berinterkasi dan mampu menyerap limbah tersebut. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan daun kurang untuk proses fotosintesis sehingga dapat berdampak negatif cukup penting (-2). Tetapi bobotnya kecil (1) karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi pencemar juga menurun.

2) Prakiraan resiko terhadap flora air berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan whey tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai, secara umum air sungai akan dipengaruhi oleh tingkat BOD dan COD yang terdiri dari unsur C, H dan O serta tambahan unsur lainnya seperti N, S, P dan Fe. Jika melihat pada Tabel 4 tampak bahwa baik nilai BOD maupun COD nya relatif masih diatas baku mutu untuk pertanian (B) dan perikanan (C) oleh karena itu bahan organik tersebut akan mengalami penguraian terlebih dahulu untuk dapat dihisap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Didalam proses penguraian tersebut sering memberikan dampak yang kurang baik bagi flora air yang ada disekitarnya, karena umumnya mikroba yang melakukan penguraian membutuhkan oksigen untuk reaksi biokimianya, seperti oksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel. Secara lebih jelas prosesnya adalah sebagai berikut Manik (2009):

Oksidasi Bahan Organik:
(CH2O)n + nO2 ----à nCO2 + nH2O

Enzim
Sintesa Sel
(CH2O)n + NH4+ + nO2 -------àsenyawa (C,H,N,O) + nCO2 + nH2O

Enzim
Oksidasi Sel
Senyawa (C,H,N,O) + O2 -------à VO2 +H2O + NH4+

Enzim
Selain persaingan dalam pemanfaatan oksigen antara mikroorganisme dan flora air, umumnya air yang nilai BOD dan CODnya tinggi cenderung keruh dan kekurahan ini juga mempengaruhi pula terhadap daya tembus sinar ke dalam air dampaknya juga akan menggangu terhadap penyediaan oksigen dalam air sehingga secara keseluruhan akan berpengaruh dalam proses fotosintesis, akibatnya flora air menjadi kurang subur. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif cukup penting (-2). Bobotnya sedang (3) meskipun effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengenceran air sungai sehingga konsentrasi pencemar juga menurun. Dengan demikian meskipun telah mengalami pengenceran tapi apabila terjadi dalam kontinuitas tinggi pengaruhnya terhadap flora air perlu diperhatikan dengan seksama.

3) Prakiraan resiko terhadap fauna darat berasal dari limbah cair yang berasal dari proses akhir pemisahan whey tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai akan diserap oleh tanaman dan tumbuhan yang hidup di sekitar sungai. Meskipun tidak berimplikasi lansung terhadap fauna darat tapi flora yang ada umunya menjadi penyedia makan bagi fauna darat sehingga apabila flora darat berkurang maka mempengaruhi pula fauna yang ada. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya jumlah fauna daratan, dan akibat berkurangnya flora darat mengurangi pula makanan bagi fauna darat serta bersifat negatif kurang penting (-1). Bobotnya sangat kecil (1) karena pengaruh limbah bagi kehidupan di darat tidak terlalu signifikan.

4) Prakiraan resiko terhadap fauna air berasal dari limbah cair yang berasal dari kolam pengolahan ke sungai. Seperti telah dikemukakan pada kasus flora air , dampak yang terjadi pada fauna air tidak jauh berbeda. Air dengan tingkat BOD dan COD seperti ditunjukkan oleh Tabel 4. Masih diatas baku mutu untuk air pertanian (B) dan perikanan (C). Oleh karena itu air akan cenderung masih keruh, proses penguraian bahan organik oleh mikro organisme akan bersaing untuk memanfaatkan oksigen dengan fauna air. Jadi jika kandungan oksigen dalam air berkurang secara otomatis akan berpengaruh terhadap kehidupan fauna yang ada dalam air dan kemungkinan fauna khususnya ikan akan mengalami gizi buruk (Darmawanti, 2011). Hal ini disebabkan flora air yang menjadi makanan ikan atau sebagai tempat hidup fauna sumber makan mati dan berkurang akibat pencemaran tersebut. Maka resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya fauna di dalam air yaitu hanya fauna yang dapat bertahan terhadap limbah saja yang mampu hidup sedangkan yang tidak tahan akan mati berikut induknya, sehingga bersifat negatif penting (-2). Bobotnya sedang (3) karena effluen dari pabrik tahu telah mengalami pengolahan yang baik serta sehingga konsentrasi pencemar juga kecil. Dengan demikian pengaruhnya relatif sedang terhadap fauna air.

C. Sosekbud Kesmas

  1. Prakiraan resiko terhadap tingkat kesehatan masyarakat berasal dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan/sungai, di mana masyarakat sekitar tinggal dan memanfaatkan sungai maupun air tanah (sumur). Dampak ini terjadi akibat resapan air permukaan terhadap air sungai, karena BOD dan COD umumnya bertaham cukup lama sehingga memiliki peluang besar untuk menginfiltrasi sumur-sumur warga secara luas. Resiko yang mungkin timbul berupa munculnya penyakit kulit, perut, dan sebagainya sehingga bersifat negatif penting (-3). Bobotnya adalah sedang (3) karena pemanfaatan sungai dipakai untuk menyiram tanaman oleh masyarakat di sekitar sungai. Sedangkan pemanfaatan sumur dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan sumber air untuk memasak. 
  2. Prakiraan resiko terhadap estetika lingkungan berasal dari limbah cair yang dari kolam pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan/sungai, limbah padat yang ditumpuk. Resiko yang mungkin terjadi berupa penurunan estetika lingkungan yaitu selain memacu tumbuhnya tanaman air seperti ganggang dan enceng gondok maka merusak pemandangan kampung sehingga bersifat negatif cukup penting (-2) namun bobotnya kecil (2)
5.3. Analisis Resiko Lingkungan dan Penentuan Dampak
Dalam sub bab ini akan ditampilkan pendekatan analisis yang lain terhadap dampak, yang diambil dari Idris (2003) yaitu: berupa Analisis Resiko Lingkungan sebagai kegiatan memperkirakan kemungkinan munculnya suatu resiko dari suatu kegiatan dan menentukan dampak dari kegiatan/peristiwa tersebut. Seperti halnya metode sebelumnya dalam metode ini juga bersifat kualitaif. Dengan metode analisis kualitatif ini akan dibuat matriks kombinasi antara nilai peluang resiko seperti Tabel 5 dan besarnya resiko pada Tabel 6 sehingga akan dihasilkan suatu nilai resiko tinggi, sedang atau rendah.

5.4. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL dan RPL)
Berdasarkan hasil penilaian penting dan besar dampak dari kedua metode pendekatan tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa komponen lingkungan yang perlu medapat perhatian yaitu terhadap:

  1. Pencemaran air tanah
  2. Pencemaran air permukaan
  3. Penurunan jumlah flora air 
  4. Penurunan jumlah fauna air
  5. Penurunan kesehatan masyarakat
Berikut ini disajikan dalam bentuk matrik bagaimana upaya pemantauan dan pengelolaan dilakukan terhadap beberapa permasalahan limbah pabrik tahu diatas masing-masing

VI. KESIMPULAN
Meskipun telah melakukan pengolahan limbah ternyata masih diatas baku mutu yang dijinkan oleh Pemda Jatim maupun yang distandarkan oleh baku mutu air golongan B dan C. Sehingga hasil analisis kualitatif yang masih memiliki resiko mencemari dengan dampak negatif cukup penting dan besaran dampak sedang masing-masing adalah: pencemaran air tanah, penurunan flora air, penurunan fauna air, penurunan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk memiliki kriteria negatif penting dan besaran dampak tinggi adalah dampak terhadap permukaan air.

VII. IMPLIKASI KEBIJAKAN

  1. Perbaikan teknologi pengolahan limbah
  2. Perilaku masyarakat untuk MCK khusus tidak disungai
  3. Pemantauan terhadap buangan limbah harus benar-benar dilaksananakan
  4. Penegakan Perda secara konsisten
  5. Kerjasama lintas sektor untuk pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA;

  • Darmawanti, R. 2011. Sebilan Puluh Enam Persen Ikan Kali Surabaya Alami Gizi Buruk. Terranet. Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan. 
  • EMDI – BAPEDAL, 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia: Sumber Pengendalian Baku Mutu EMDI – BAPEDAL.
  • Hambali. (2003). Analisis Resiko Lingkungan (Studi Kasus Limbah Pabrik CPO PT Kresna Duta Agroindo Kabupaten Merangin, Jambi). Program Pascasarjana, Program Studi Magister Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
  • Hasan, H. (2003). Analisis Resiko Lingkungan Effluen IPLT Keputih. Program Pascasarjana, Program Studi Magister Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
  • Husin, A. 2003. Pengolaha Limbah cair industri Tahu, menggunakan Biji kelor (Morinaga oeleifera Seeds) Sebagai Koagulan, Laporan Penelitian Dsen Muda, Fakultas Teknik USU.
  • Idris, Y.Z. (2003). Analisa Resiko Limbah Industri Tapioka di Sungai Tulang Bawang. Program Pascasarjana. Program Studi Magister Teknik Lingkungan ITS,Surabaya.
  • Manik, K. E. S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Djambatan. Jakarta.
  • Nurhasan dan Pramudyanto, B. B., 1991. Penanganan Air Limbah Tahu. Yayasan Bina Karya Lestari, Jakarta. http://www.menlh.go.id/usaha-kecil (1 Desember 2011)
  • Razif, M. (2002). Analisis Resiko Lingkungan: Kumpulan Materi Kuliah. FTSP Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
  • Santoso, H. B. 1993. Tempe dan Tahu kedelai. Kanisius, Yogyakarta. 
  • Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Perkembangan Industri Dewasa Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar