Jumat, 03 Februari 2017

PENGERTIAN SISTEM PENGENDALI TERDISTRIBUSI

SISTEM PENGENDALI TERDISTRIBUSI 
Abstrak
Sistem pengendali terdistribusi diterapkan di PT Petrokimia Gresik untuk mendapatkan kinerja yang handal dalam mengendalikan berbagai proses yang kompleks. Sistem ini, secara historis, mampu mengatasi kelemahan sistem pengendali pendahulunya, yakni sistem pengendali dengan arsitektur komputer terpusat (centralized computer architecture) dan sistem campuran (hybrid system architecture).

Di PT Petrokimia Gresik, sistem pengendali terdistribusi buatan Yamatake-Honeywell, yakni model TDC 3000 LCN System, dipakai di pabrik Amoniak dan Urea. Sistem ini memberikan kemudahan pengoperasian dan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap keamanan operasional, baik bagi operator, pengawas, maupun perekayasa.

Pendahuluan
PT Petrokimia Gresik (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bernaung di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Perusahaan yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 10 Juli 1972 ini memproduksi pupuk nitrogen (pupuk ZA dan urea) serta pupuk fosfat (TSP / SP 36) sebagai produk utama. Produk samping yang dihasilkan pula oleh perusahaan ini adalah bahan-bahan kimia seperti asam sulfat, asam fosfat, aluminium florida, amoniak, nitrogen gas dan cair, oksigen gas dan cair, karbon dioksida gas dan cair, serta es kering (dry ice).

Dalam menghasilkan produk-produk di atas, kondisi proses yang ada sangat kompleks, seperti:
  1. Media yang ada berupa padat, cair dan gas. Media padat misalnya belerang dan kapur. Media cair misalnya amoniak, dan asam sulfat. Media gas misalnya nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida.
  2. Jangkauan suhu dan tekanan yang cukup lebar. Suhu berkisar dari suhu ruang sampai dengan 1200oC, tekanan bervariasi dari 100 torr sampai dengan 200 kg/cm2 .
  3. Kondisi lingkungan beragam. Ada yang eksplosif seperti H2 , ada pula yang korosif antara lain H2 SO4. Ada juga yang beracun seperti arsen, gas HF dan sebagainya.
  4. Jumlah peralatan yang besar, diperkirakan sekitar 15.000 buah, meliputi motor, reaktor, kompresor, boiler dan masih banyak lainnya.
  5. Jumlah untai pengendalian juga sangat banyak, kurang lebih 3000 buah
Dari kondisi-kondisi seperti tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan bila diperlukan suatu sistem pengendalian yang handal, sehingga mempermudah dalam meng-operasikan dan memeliharanya, serta menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Dalam hal ini PT Petrokimia Gresik (Persero) menggunakan suatu Sistem Pengendali Terdistribusi (Distributed Control System = DCS) buatan Yamatake-Honeywell, yaitu TDC 3000 LCN System.

Tulisan ini menjelaskan tentang sistem pengendali terdistribusi dan lebih khusus tentang TDC 3000 LCN System. Juga menjelaskan tentang penerapan sistem tersebut pada pabrik yang ada di PT Petrokimia Gresik (Persero) yaitu di pabrik Amoniak dan pabrik Urea.

Sistem Pengendali Terdistribusi
Sistem pengendali terdistribusi adalah suatu jaringan sistem pengendali dimana pengendali dari tiap-tiap proses diletakkan di dekat unit-unit proses yang tersebar pada area yang luas, tetapi di antara masing-masing pengendali tersebut ada suatu pola komunikasi tertentu sehingga dimungkinkan terjadinya pemakaian data-data yang sama oleh lebih dari satu peralatan.
Sistem pengendali terdistribusi me- rupakan suatu sistem pengendali digital, yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem pengendali analog. Menurut Ogata (1985), keunggulan sistem pengendali digital bila dibanding dengan sistem pengendali analog setidaknya ada dua hal, yaitu:
  1. Sistem pengendali digital mampu me-lakukan perhitungan-perhitungan yang kompleks dengan ketelitian yang tetap, pada kecepatan tinggi.
  2. Sistem pengendali digital mempunyai fungsi yang sangat serbaguna. Pemberian program yang baru pada sistem ini akan benar-benar mengubah operasi yang dilakukannya.
Sistem pengendali terdistribusi me-rupakan semacam penggabungan antara sistem pengendali peranti diskrit dengan sistem pengendali berbasis komputer. Lukas (1986) menggambarkan penggabungan itu dalam suatu diagram evolusi teknologi pengendali industri.

Konsep tentang sistem pengendali terdistribusi mulai muncul pada pertengahan tahun 1960-an. Konsep ini muncul dalam rangka mengurangi kelemahan sistem pengendali berbasis komputer yang telah lebih dahulu populer, yaitu sistem pengendali dengan arsitektur sistem komputer pusat (central computer system architecture) dan arsitektur sistem campuran (hybrid system architecture). 

Kelemahan arsitektur sistem komputer pusat adalah bahwa kegagalan pada salah satu bagian saja, akan menghentikan seluruh proses. Penyelesaian untuk masalah ini sebetulnya sudah ada hanya saja terlalu mahal, yaitu dipasangnya sistem pengendali analog cadangan atau komputer cadangan. Kelemahan lainnya adalah adanya kesulitan untuk mengadakan perubahan atau penambahan pada sistem pengendali tersebut.

Arsitektur sistem campuran juga memiliki kelemahan, yaitu bila peranti-peranti yang terpasang pada sistem terdiri dari berbagai jenis dan berbagai karakteristik. Menjadikan berbagai jenis peranti tersebut untuk bekerja sebagai satu kesatuan, adalah suatu pekerjaan yang tidak sederhana.

Proses Proses Proses 
Gambar Arsitektur Sistem Campuran

Meskipun konsep tentang sistem pengendali terdistribusi sudah muncul sejak pertengahan tahun 1960-an, tetapi penerapannya terlambat karena teknologi yang mendukungnya belum tersedia pada saat itu. Baru di tahun 1970-an, ketika perangkat keras maupun perangkat lunak pendukung sudah berkembang dan relatif murah, penerapan konsep ini dimulai. Tahun 1977, Honeywell mengenalkan TDC 2000, sebuah sistem pengendali terdistribusi dengan cadangan yang pertama (Storthman, 1995).
Gambar Arsitektur Sistem Campuran

TDC 3000 LCN System
TDC 3000 LCN System (Total Distributed Control 3000 Local Control Network) adalah suatu sistem pengendali terdistribusi buatan Yamatake-Honeywell yang merupakan pengembangan dari TDC 3000 Basic atau yang sebelumnya dikenal dengan nama TDC 2000. Bentuk pengembangan yang tampak adalah telah ditambahkannya suatu Jaringan Kendali Lokal (Local Control Network), serta ditingkatkannya sistem cadangan (back-up) pada pengendali-pengendalinya (Nugroho, 1996).

Sebagaimana sistem berbasis komputer lainnya, TDC 3000 LCN System terdiri dari dua konfigurasi dasar, yakni perangkat keras dan perangkat lunak. Arsitektur perangkat keras TDC 3000 LCN System terdiri dari atas 2 (dua) bagian utama, yaitu Jaringan Kendali Lokal (Local Control Network) dan Jalur Data (Data Hiway). Keduanya berupa 2 buah kabel koaksial, salah satu sebagai cadangan (back-up). Sementara itu, perangkat lunak pada sistem ini, berdasarkan penggunanya, dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu untuk operator proses, untuk teknisi pemeliharaan dan untuk perekayasaan (engineering).

Jaringan Kendali Lokal (JKL) me-rupakan sarana komunikasi antara modul yang satu dengan modul lain yang ada di ruang kendali. JKL menggunakan pola komunikasi serial berkecepatan tinggi berdasarkan standar IEEE 802, yaitu dengan suatu protokol token-passing, sekaligus dengan beberapa tingkat pengecekan kesalahan. JKL ini beroperasi pada kecepatan 5 mega bit per detik (Anonim, 1991). Panjang maksimum JKL bila menggunakan kabel koaksial adalah 1000 kaki (sekitar 300 meter), dan dapat diperpanjang sampai 15000 kaki (sekitar 5000 meter) dengan menggunakan kabel serat optik (Maczka, 1993).

Sementara itu, Jalur Data merupakan sarana komunikasi antara Jaringan Kendali Lokal dengan instrumen-instrumen yang ada di lapangan, baik sebagai masukan atau pun keluaran pada suatu pengendalian proses. Jalur Data adalah suatu sarana komunikasi dengan pola serial, serta mempunyai sebuah kabel cadangan (back-up). Kecepatan transmisi alat ini adalah 250 kilobit per detik. Sebuah Data Hiway dapat dibentangkan sepanjang 20 ribu kaki (feet) atau sekitar 6700 meter, dan dapat dihubungkan dengan 28 peranti. Bahkan dengan penambahan Pengarah Lalulintas Jalur (Hiway Traffic Director), peranti terpasang dapat mencapai 63 buah.

Salah satu komponen yang tidak dapat diabaikan demi berjalannya TDC 3000 adalah perangkat lunak. Dengan adanya 3 macam pengguna, maka perangkat lunak dalam TDC 3000 ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yakni:
1. Operator Proses
Program ini berisi semua fungsi yang diperlukan oleh seorang operator untuk mengendalikan proses secara keseluruhan.

2. Teknisi Pemeliharaan
Perangkat lunak ini berisi semua fungsi yang diperlukan oleh seorang teknisi pe-meliharaan dalam memeriksa perangkat keras TDC 3000, apabila perangkat “TDC 3000 self diagnostic” kurang cukup mampu memberikan diagnosa tentang adanya suatu kerusakan pada sistem.

3. Perekayasaan (Engineering)
Perangkat lunak ini berisi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk menyusun konfigurasi sistem, basis data proses, dan lain-lain.

Perangkat lunak ini dibaca dan dimasukkan ke dalam pengingat (memory) Stasiun Universal dari Modul Sejarah, atau langsung dari disk drive. Masing-masing perangkat lunak dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dioperasikan lewat layar monitor melalui fasilitas layar sentuh (touch screen).

Pemakaian TDC 3000 LCN System di PT Petrokimia Gresik (Persero)
Sistem ini hanya dilpakai pada pabrik Amoniak dan Urea di PT Petrokimia Gresik. Konfigurasi perangkat kerasnya dibagi menjadi 3 panel, masing-masing untuk pabrik Amoniak, Urea dan Unit Pelayanan (Service Unit) yang dipasang pada satu Jaringan Kendali Lokal yang sama, serta dibedakan dalam 3 (tiga) Jalur Data (Nugroho, 1996).

Perangkat keras pada jaringan Kendali Lokal untuk pabrik Amoniak dan Urea antara lain unit: Modul Aplikasi, Modul Sejarah, Gerbang Komputer, masing-masing sebuah. Gerbang Jalur dan Stasiun Universal juga terpasang pada jaringan tersebut dengan jumlah 3 (tiga) buah, masing-masing untuk Amoniak, Urea dan Unit Pelayanan.

Masing-masing Stasiun Universal terdiri dari: 4 (empat) buah monitor 19 inci dilengkapi dengan fasilitas layar sentuh, 5 (lima) buah papan ketik terdiri 4 (empat) buah papan ketik operator dan sebuah papan ketik perekayasaan, sebuah unit printer, sebuah unit Penyalin Gambar (Video Copier), sebuah disk drive, sebuah panel annunciator dan sebuah panel push button. Pada Jalur Data untuk pabrik Amoniak terpasang 10 (sepuluh) buah Pengendali Multifungsi Tingkat Lanjut (PMTL) dan sebuah Antarmuka Proses Tingkat Rendah (APTR). Sementara untuk pabrik Urea terpasang 5 (lima) buah PMTL dan sebuah APTR, sedangkan untuk Unit Pelayanan hanya terpasang 3 (tiga) buah PMTL tanpa APTR (Nugroho, 1996).

Stasiun Universal (SU) merupakan antarmuka antara pengguna dengan peranti-peranti di dalam sistem secara keseluruhan, baik yang ada di lapangan (field) maupun yang ada di ruang kendali. Peranti ini dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dioperasikan serta mampu memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap fungsinya yang berupa jaminan keamanan operasional sistem secara keseluruhan. Dalam pemakaiannya, Stasiun Universal dipilah menjadi 3 macam pengguna yaitu operator, pengawas dan perekayasa (engineer). Seorang operator diijinkan melakukan perubahan titik kerja, tetapi tidak dapat mengubah batas-batas alarm. Seorang pengawas boleh mengubah titik kerja maupun batas-batas alarm, sedangkan bagi seorang perekayasa semua bentuk perubahan diijinkan.

Modul Sejarah (MS) berfungsi sebagai media penyimpan semua informasi yang ada pada TDC 3000 LCN System, baik berupa perangkat lunak operasi maupun data-data pada proses. Semua kejadian, seperti kondisi alarm, perubahan mode pengendalian, perubahan status sistem, pesan kesalahan dan sebagainya akan secara otomatis disimpan di dalam Modul Sejarah. Semua informasi yang disimpan di modul ini dikonfigurasikan oleh perekayasa proses pada saat mengkonfigurasi sistem, sehingga setiap bagian dapat memperoleh informasi tertentu yang memang dibutuhkan.

Modul Aplikasi (MA) merupakan suatu pemroses pengawas pengendalian yang me-miliki urutan langkah pengendalian tertentu. Modul ini dapat menerima masukan dari berbagai peranti yang terhubung pada jaringan Kendali Lokal. Modul ini juga menyediakan keluaran pengendalian untuk elemen pengendali atau modul-modul lain, termasuk dirinya sendiri. Modul ini difungsikan untuk mengerjakan hal-hal yang tidak dapat di-kerjakan oleh modul lain dalam sistem TDC 3000 LCN.

Gerbang Komputer (GK) merupakan antar-muka yang menghubungkan antara sistem TDC 3000 LCN dengan komputer-komputer lain yang terhubung padanya. Hal ini membuat pemakai dari komputer yang terpasang tersebut dapat mengakses berbagai data yang ada pada sistem.

Gerbang Jalur (GJ) merupakan antar-muka antara Jaringan Kendali Lokal dengan Jalur Data. Peranti ini melakukan konversi data, penyanggaan (buffering) dan pengurutan (sequencing) yang diperlukan dalam pertukaran informasi antara Jaringan Kendali Lokal dan Jalur Data.

Pengendali Multifungsi Tingkat Lanjut (PMTL) merupakan pengembangan dari Pengendali Multifungsi (MM TDC 3000 Basic) dengan peningkatan pada sistem cadangannya dari empat banding satu menjadi satu banding satu. Peranti ini mampu mengendalikan proses batch maupun kontinyu.

Unit Antarmuka Proses Tingkat Rendah (APTR) merupakan suatu perangkat keras yang khusus digunakan untuk memantau besaran-besaran proses yang ditransmisikan dalam bentuk sinyal berorde rendah seperti dari termokopel, termometer tahanan dan lain-lain.

Daftar Pustaka;
  • Anonim, 1991. Product Guide for Use in Process Automation and Factory Auto-mation, Yamatake-Honeywell.
  • Lukas, M.P., 1986. Distributed Control Systems, VNR, New York.
  • Maczka, W.J., 1993. DCS User Want It All, dalam InTech edisi April.
  • Nugroho, S., 1996. Process Control dan Aplikasinya di PT. Petrokimia Gresik (Persero), dalam Seminar Sistem Kendali pada Era Globalisasi, Teknik Elektro FT UGM bekerjasama dengan Masyarakat Sistem Kendali Indonesia. 
  • Ogata, K., 1985. Modern Control Engineering, Prentice Hall India, New Delhi.
  • Strothman, J., 1995. M&C Technology History: More than a Century of Measuring, dalam InTech edisi Juni..
Biodata;
  • Aris Nasuha, lahir di Sleman, tanggal 15 Juni 1969, lulus Sarjana Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, FMIPA, UGM, tahun 1993. Menjadi staf pengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FPTK IKIP Yogyakarta sejak tahun 1994 sampai sekarang.
  • Nurkhamid, lahir di Pati, tanggal 7 Juli 1968, lulus Sarjana Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, FMIPA, UGM, tahun 1996. Menjadi staf pengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika sejak tahun 1997 sampai sekarang.

PENGERTIAN SISTEM PENGENDALI TERDISTRIBUSI Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar