2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Rumah Susun
Pengertian atau istilah rumah susun, kondominium merupakan istilah yang dikenal dalam sistem hukum negara Italia. Kondominium terdiri atas dua suku kata con yang berarti bersama-sama dan dominum berarti pemilikan (Arie Sukanti, (a), 1994;15). Di negara Inggris dan Amerika menggunakan istilah Joint Property sedangkan negara Singapura dan Australia mempergunakan istilah Strata Title. Banyaknya istilah yang digunakan kalangan masyarakat di Indonesia seperti apartemen, flat, kondominium, rumah susun (rusun) pada dasarnya sama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun istilah tersebut jelas tersirat yaitu Rumah Susun (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 16 Tahun 1985). Adapun definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 Rumah Susun adalah “Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan dipergunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama”.
Masih dalam penjelasannya dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 yang dimaksud dengan rumah susun sederhana sewa yang juga disebut Rusunawa adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimanfaatkan dengan tata laksana sewa dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal dan cara hidup. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pengertian dan pembangunan rumah susun adalah :
- Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas, di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara keseluruhan merupakan tempat permukiman.
- Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok rumah susun yang terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan.
- Rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi-bagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan yang masingmasing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama dan tanah bersama.
- Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Rumah susun harus memenuhi syarat-syarat minimum seperti rumah biasa yakni dapat menjadi tempat berlindung, memberi rasa aman, menjadi wadah sosialisasi, dan memberikan suasana harmonis. Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas kampung asalnya. Pembangunannya diprioritaskan pada lokasi di atas bekas kampung kumuh dan sasaran utamanya adalah penghuni kampung kumuh itu sendiri yang mayoritas penduduknya berpenghasilan rendah. Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No. 4/1988).
2.1.2 Pembangunan Rumah Susun Sewa
Secara umum terdapat dua hal yang melatar belakangi rencana pembangunan rumah susun sederhana sewa yaitu kondisi perumahan perkotaan yang serba tidak memadai dan belum terbangunnya sistem perumahan yang tanggap terhadap kebutuhan rumah. Kondisi perumahan yang tidak memadai ditandai oleh tingginya angka kebutuhan perumahan di satu sisi dan kelangkaan tanah perkotaan di sisi lain. Kondisi yang tidak berimbang ini menjadikan masyarakat berpenghasilan rendah tidak mampu mengakses kebutuhan rumahnya secara formal, akibatnya muncul kantong-kantong permukiman informal yang tidak layak huni atau dikenal sebagai permukiman liar (squatter).
Potter dan Evans (1998:139) mendefinisikan permukiman liar (squatter or illegal settlement) sebagai suatu kawasan dimana orang-orang bertempat tinggal tanpa adanya ijin penggunaan lahan ataupun ijin perencanaan. Lebih lanjut, kondisi ekonomi yang rendah dari sebagian besar masyarakat khususnya diperkotaan juga berdampak pada rendahnya kemampuan untuk mengelola lingkungan permukiman sehingga mengakibatkan munculnya permukiman kumuh yang dikemal sebagai slum area. Lingkungan kumuh digambarkan sebagai bentuk hunian tidak berstruktur, tidak berpola dengan letak rumah dan jalan-jalan tidak beraturan, tidak tersedianya fasilitas umum, prasarana dan sarana permukiman tidak mendukung, terlihat tidak ada got, sarana air bersih, MCK dan lainnya, bentuk fisik tidak layak misalnya secara reguler tiap tahun kebanjiran dan lain sebagainya (Yudohusodo, 1991 : 34).
Krausse dan Cohen menggambarkan sebagai tempat tinggal tidak manusiawi berupa gubug-gubug tidak teratur, berdesakan, terbuat dari barang-barang bekas seperti bekas-bekas, plastik, karton, sisa-sisa bangunan, menempati tanah-tanah liar, becek dan tidak memenuhi standar kesehatan seperti di bawah jembatan, pinggir kali/sungai, pinggir rel kereta api, sekitar pasar, terminal dan lain-lain. Ia adalah tempat penduduk yang status sosial dan ekonominya rendah dan kondisi perumahan di bawah standar (Agung Ridho, 2001 : 21).
Ciri perumahan kumuh yang menonjol ialah berfungsinya daerah tersebut sebagai tempat transisi antara kehidupan perdesaan dengan kehidupan perkotaan (Yudohusodo, 1991:312). Dalam perkembangannya, kehadiran slum dan squatter area semakin merebak seiring dengan pesatnya jumlah perumbuhan penduduk perkotaan. Untuk itu perlu penanganan intensif guna menyelesaikan permasalahan perumahan permukiman perkotaan. Salah satunya konsep penanganannya adalah melalui peremajaan kota. Permajaan kota merupakan upaya yang terencana untuk mengubah atau memperbaharui suatu kawasan di kota yang mutu lingkungannya rendah menjadi suatu tatanan sosial ekonomi yang baru yang mampu menunjang pengembangan kota karena naiknya efektivitas, efisiensi dan produktivitas kawasan tersebut (Yudohusodo, 1991 : 332).
Lebih lanjut, Yudohusodo, (1991:334) menguraikan prioritas pelaksanaan peremajaan kota didasarkan pada lokasi permukiman kumuh yang terbagi menjadi 5 kelompok yakni :
- Berada pada lokasi yang strategis dan berpotensi untuk dapat dibangun bangunan komersial. Permajaan dapat dilaksanakan dengan prinsip membiayai sendiri atau mengembalikan modal sendiri dengan keuntungan yang wajar.
- Lokasinya kurang strategis dan kurang memiliki potensi komersial, sehingga kalau diremajakan tidak akan menguntungkan.
- Lokasinya tidak strategis dan hanya boleh dibangun untuk perumahan. Lingkungan semacam ini secara komersial tidak menguntungkan, sehingga dalam peremajaannya memerlukan subsidi.
- Berada pada lokasi yang tidak diperuntukkan bagi perumahan, sehingga dalam peremajaannya memerlukan subsidi.
- Berada pada lokasi yang berbahaya, seperti bantaran sungai, sepanjang jalur kereta api, dan sebagainya. Lingkungan semacam ini tidak boleh diremajakan, namun harus dibongkar dan permukimannya dipindah ke tempat lain.
Pembangunan perumahan senantiasa memerlukan tanah sebagai basis kegiatannya. Sementara itu luas tanah yang tersedia untuk pembangunan semakin terbatas, baik dalam arti kuantitas maupun kualitas. Model-model pembangunan berdasarkan pada masalah penyediaan tanah, mendorong lahirnya konsep pembangunan rumah susun sebagai alternatif penyelesaian yang tidak dapat dihindari.
Upaya pengembangan rumah susun ini dilandasi oleh beberapa pemikiran yakni :
- Berkurangnya lahan produktif dan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh berkembangnya perumahan perkotaan di wilayah pinggiran akibat tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan yang sangat signifikan.
- Masalah transportasi yang cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pemakai jalan yang tidak dapat diimbangi dengan penambahan luas jalan.
- Beban individu masyarakat yang cukup berat apabila tinggal relatif jauh dari pusat kota.
Kegiatan peremajaan kota melalui pembangunan rumah susun berdasarkan pada pertimbangan efisiensi pemakaian lahan, kepadatan yang cukup tinggi. Namun masih terdapat masalah utama dalam pembangunan rumah susun yaitu biaya pembangunan rumah susun lebih tinggi daripada biaya pembangunan rumah tidak bertingkat, karena rumah susun harus dibangun dengan standar kualitas konstruksi yang baik dan kuat.
2.1.3 Sarana dan Prasarana Rumah Susun
Andi Hamzah (2000 : 28-35) menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun adalah :
a) Persyaratan teknis untuk ruangan
Semua ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan dalam jumlah yang cukup.
b) Persyaratan untuk struktur, komponen dan bahan-bahan bangunan Harus memenuhi persayaratan konstruksi dan standar yang berlaku yaitu harus tahan dengan beban mati, bergerak, gempa, hujan, angin, hujan dan lain-lain.
c) Kelengkapan rumah susun terdiri dari : Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air, saluran, pembuangan sampah, jaringan telepon/alat komunikasi, alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alarm, pintu kedap asap, generator listrik dan lainlain.
d) Satuan rumah susun.
- Mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya.
- Memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti tidur, mandi, buang hajat, mencuci, menjemur, memasak, makan, menerima tamu dan lain-lain.
e) Bagian bersama dan benda bersama
- Bagian bersama berupa ruang umum, ruang tunggu, lift, atau selasar harus memenuhi syarat sehingga dapat memberi kemudahan bagi penghuni.
- Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi dan kualitas dan kapasitas yang memenuhi syarat sehingga dapat menjamin keamanan dan kenikmatan bagi penghuni.
f) Lokasi rumah susun
- Harus sesuai peruntukan dan keserasian dangan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah.
- Harus memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-saluran pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuang air hujan dan limbah.
- Harus mudah mencapai angkutan.
- Harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik.
g) Kepadatan dan tata letak bangunan
Harus mencapai optimasi daya guna dan hasil guna tanah dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya.
h) Prasarana lingkungan
Harus dilengkapi dengan prasarana jalan, tempat parkir, jaringan telepon, tempat pembuangan sampah.
i) Fasilitas lingkungan
Harus dilengkapi dengan ruang atau bangunan untuk berkumpul, tempat bermain anak-anak, dan kontak sosial, ruang untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk kesehatan, pendidikan dan peribadatan, dll.
2.1.4 Pasar
Definis Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa.
Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Fungsi-Fungsi Pasar
1. Pasar sebagai Sarana Distribusi Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan distribusi seringkali macet.
2. Pasar sebagai Pembentuk Harga Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, terbentuklah harga. Dengan demikian, pasar berfungsi sebagai pembentuk harga. Harga yang telah menjadi kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya, sedangkan pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa serta keadaan keuangannya.
3. Pasar sebagai Sarana Promosi Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat, keunggulan, dan kekhasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, memasang spanduk, menyebarkan brosur, pameran, dan sebagainya. Banyaknya cara promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen.
Jenis-jenis Pasar
Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya.
Ø Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata(abstrak). Maka kita lihat penjabaran berikut ini:
• Pasar Nyata
Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.
• Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Jenis pasar menurut cara transaksinya.
Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
2. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.
Jenis – Jenis Pasar menurut jenis barangnya.
Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar buah,pasar ikan dan daging serta pasar loak.
Jenis – Jenis Pasar menurut keleluasaan distribusi.
Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi:
• Pasar Lokal
Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.
• Pasar Daerah
Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.
• Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.
• Pasar Internasional
Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.
Jenis – Jenis Pasar Menurut Struktur (Jumlah Penjual dan Pembeli)
Sebenarnya pasar dibedakan dalam banyak jenis, namun yang akan dibahasas disini adalah Pasar Menurut Stuktur (Jumlah Penjual dan Pembeli).
Dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah pasar yang dimana mempunyai banyak pembeli dan banyak pula penjual dan keduanya sama-sama saling mengetahui keadaan pasar. Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply), Posisi tawar konsumen kuat, tetapi si produsen sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata. Di pasar ini para penjual menjajakan produk yang sama (homogen), semua produk terlihat identik , oleh karena itu, promosi dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan produk.
Pasar ini termasuk pasar yang sensitif terhadap perubahan harga, tetapi para produsen dan konsumen mudah untuk masuk dan keluar dari pasar.
- Produk-produk yang diperjualbelikan antara lain beras, gandum, batubara, kentang, dll.
- umlah Produsennya banyak.
Contohnya : Terdapat terutama dalam bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil pertanian seperti beras, terigu, kopra, dan minyak kelapa. Pada pasar ini terdapat pula perdagangan kecil dan penyelenggaraan jasa-jasa yang tidak memerlukan keahlian istimewa (pertukangan, kerajinan).
2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Terdiri dari :
A. Pasar Monopoli
Adalah suatu bentuk pasar yang hanya terdapat satu perusahaan saja atau bisa disebut suatu pasar yang penjualnya hanya ada satu dan pembelinya banyak serta menghasilkan barang yang tidak mempunyai pengganti. Semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal pula harga barang tersebut, dan sebaliknya. Dalam pasar monopoli barang yang dijual bersifat lain dari pada yang lain (unique). Tidak ada substitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual (produsen) tunggal tersebut, kecuali membeli dari black market (pasar gelap).
Biasanya pasar monopoli ini dijalankan oleh pemerintah untuk memenuhi kepentingan orang banyak. Sangat sulit untuk masuk ke pasar monopoli karena peraturan Undang-Undang maupun butuh sumber daya yang sulit didapat. Di pasar monopoli ini juga para penjual tidak perlu mati-matian untuk menawarkan produk mereka atau meng-iklankannya, karena pastilah para konsumen/pembeli yang akan dating mencari. Pasar Monopoli adalah sesuatu yang dilarang di Republik Indonesia yang diperkuat dengan undang-undang anti monopoli.
- Produk-produk yang diperjualbelikan antara lain kebutuhan yang vital seperti listrik, angkutan dll.
- Jumlah Produsennya hanya satu atau beberapa saja.
Contohnya : Microsoft Windows, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Kereta Api (PERUMKA) dll.
B. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang didominasi oleh beberapa perusahaan yang dominan dalam beberapa produk saja. Misalnya perusahaan mobil Toyota, Mazda, Daihatsu dll.
Disini persaingan sangat ketat, selain untuk mencegah konsumen beralih ke produk lain, juga untuk mencegah produsen baru yang punya potensi untuk laku bisa berkembang. Perubahan harga pada suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi harga produk perusahaan lain. Mau tidak mau mereka juga harus ikut menurunkan harga produk mereka kalau tidak mau kehilangan konsumen. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi.
Harga produk yang dijual di pasar oligopoly ini relatif sama, yang menjadi kunci sukses adalah pembedaan produk yang unggul. Biaya yang besar adalah bukti bagaimana sulitnya masuk ke pasar ini.
- Produk-produk yang diperjualbelikan antara lain semen, mobil, dll.
- Jumlah Produsennya/Penjual hanya dua sampai sepuluh saja.
Contohnya Industri/Perusahaan : Perusahaan mobil, perusahaan semen,dll.
C. Pasar Monopolistik
Pasar Monopolistik hampir sama dengan pasar persaingan sempurna, dimana penjual mudah keluar atau masuk dari pasar. Disini produsen mempunyai hak untuk menaikkan harga produk, tapi hanya relatif sedikit atau tidak signifikan. Produk yang dijual juga merupakan produk yang homogen, dibedakan hanya dari mutu, bentuk, ukuran dsb.
Biasanya di pasar monopolistik sang pembeli jarang berpindah merk, karena sudah percaya dengan mutu dari produk tersebut. Di pasar ini citra perusahaan sangat menentukan untuk menentukan laku tidaknya produk tersebut nantinya, sehingga promosi dan iklan sangat dibutuhkan pada persaingan pasar ini.
- Produk-produk yang diperjualbelikan biasanya produk jasa, seperti salon, butik, rumah makan, dan juga perusahaan motor dll.
- umlah Produsennya/Penjual banyak
Contohnya Industri/Perusahaan : Warung, toko, kios pinggir jalan, salon-salon, dll.
Kesimpulannya adalah pasar rawa buaya merupakan pasar tradisional yang dikelola oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), serta rusunawa yang diperuntukan untuk pedagang dan penghuni yang terkena penggusuran dari program pemprov. Dari jenis barang yang perjual-belikan, pasar ini merupakan pasar loak, pasar daging dan pasar sayur. Dimana lahan pasar ini yang akan dirancang merupakan milik pemprov DKI Jakarta.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Sustainable Energy Use
Sustainable energy adalah penyediaan energi yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Dari penggunaan dan sumber energi yang digunakan, ada 2 dasar utama sustainable energy :
1. Renewable energy ( energi yang diperbaharui ) dan non-Renewable energy ( energi yang tidak dapat diperbaharui ).
· Renewable energy
Energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti tenaga surya, tenaga angin, energi air, biomassa dan panas bumi.
Ø Tenaga surya
Tenaga surya dapat digunakan untuk:
- Menghasilkan listrik menggunakan sel surya
- Menghasilkan listrik Menggunakan menara surya
- Memanaskan gedung secara langsung
- Memanaskan gedung melalui pompa panas
- Memanaskan makanan Menggunakan oven surya.
Ø Tenaga angin
Perbedaan temperatur di dua tempat yang berbeda menghasilkan tekanan udara yang berbeda, sehingga menghasilkan angin. Angin adalah gerakan materi (udara) dan telah diketahui sejak lama mampu menggerakkan turbin. Turbin angin dimanfaatkan untuk menghasilkan energi kinetik maupun energi listrik. Energi yang tersedia dari angin adalah fungsi dari kecepatan angin; ketika kecepatan angin meningkat, maka energi keluarannya juga meningkat hingga ke batas maksimum energi yang mampu dihasilkan turbin tersebut. Wilayah dengan angin yang lebih kuat dan konstan seperti lepas pantai dan dataran tinggi, biasanya diutamakan untuk dibangun "ladang angin".
Ø Energi air
Energi air dimanfaatkan dalam bentuk:
- Bendungan pembangkit listrik. Yang terbesar adalah Three Gorges dam di China.
- Mikrohidro yang dibangun untuk membangkitkan listrik hingga skala 100 kilowatt. Umumnya dipakai di daerah terpencil yang memiliki banyak sumber air.
- Run-of-the-river yang dibangun dengan memanfaatkan energi kinetik dari aliran air tanpa membutuhkan reservoir air yang besar.
Ø Biomassa
Tumbuhan biasanya menggunakan fotosintesis untuk menyimpan tenaga surya, udara, dan CO2. Bahan bakar bio (biofuel) adalah bahan bakar yang diperoleh dari biomassa - organisme atau produk dari metabolisme hewan, seperti kotoran dari sapi. Ini juga merupakan salah satu sumber energi terbaharui. Biasanya biomass dibakar untuk melepas energi kimia yang tersimpan di dalamnya, pengecualian ketika biofuel digunakan untuk bahan bakar fuel cell (misal direct methanol fuel cell dan direct ethanol fuel cell).
Biomassa dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar atau untuk memproduksi bahan bakar jenis lain seperti biodiesel, bioetanol, atau biogas tergantung sumbernya. Biomassa berbentukbiodiesel, bioetanol, dan biogas dapat dibakar dalam mesin pembakaran dalam atau pendidih secara langsung dengan kondisi tertentu.
Ada tiga bentuk penggunaan biomassa, yaitu padat, cair, dan gas. Dan secara umum ada dua metode dalam memproduksi biomassa, yaitu dengan menumbuhkan organisme penghasil biomassa dan menggunakan bahan sisa hasil industri pengolahan makhluk hidup.
o Bahan bakar bio cair
Bahan bakar bio cair biasanya berbentuk bioalkohol seperti metanol, etanol dan biodiesel. Biodiesel dapat digunakan pada kendaraan diesel modern dengan sedikit atau tanpa modifikasi dan dapat diperoleh dari limbah sayur dan minyak hewani serta lemak. Tergantung potensi setiap daerah, jagung, gula bit, tebu, dan beberapa jenis rumput dibudidayakan untuk menghasilkan bioetanol. Sedangkan biodiesel dihasilkan dari tanaman atau hasil tanaman yang mengandung minyak (kelapa sawit, kopra, biji jarak, alga) dan telah melalui berbagai proses seperti esterifikasi.
o Biomassa padat
Penggunaan langsung biasanya dalam bentuk padatan yang mudah terbakar, baik kayu bakar atau tanaman yang mudah terbakar. Tanaman dapat dibudidayakan secara khusus untuk pembakaran atau dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti diolah di industri tertentu dan limbah hasil pengolahan yang bisa dibakar dijadikan bahan bakar. Pembuatan briket biomassa juga menggunakan biomassa padat, di mana bahan bakunya bisa berupa potongan atau serpihan biomassa padat mentah atau yang telah melalui proses tertentu seperti pirolisis untuk meningkatkan persentase karbon dan mengurangi kadar airnya. Biomassa padat juga bisa diolah dengan cara gasifikasi untuk menghasilkan gas.
o Biogas
Berbagai bahan organik, secara biologis dengan fermentasi, maupun secara fisiko-kimia dengan gasifikasi, dapat melepaskan gas yang mudah terbakar.
Biogas dapat dengan mudah dihasilkan dari berbagai limbah dari industri yang ada saat ini, seperti produksi kertas, produksi gula, kotoran hewan peternakan, dan sebagainya. Berbagai aliran limbah harus diencerkan dengan air dan dibiarkan secara alami berfermentasi, menghasilkan gas metana. Residu dari aktivitas fermentasi ini adalah pupuk yang kaya nitrogen, karbon, dan mineral.
Ø Panas bumi
Ada tiga cara pemanfaatan panas bumi:
- Sebagai tenaga pembangkit listrik dan digunakan dalam bentuk listrik.
- Sebagai sumber panas yang dimanfaatkan secara langsung menggunakan pipa ke perut bumi.
- Sebagai pompa panas yang dipompa langsung dari perut bumi.
- Non-Renewable energy
Ø Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah mati berjuta-juta tahun.
- Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang
- Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor
- Kerosin untuk bahan baku lampu minyak
- Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel
- LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas
- Oli ialah bahan untuk pelumas mesin
- Vaselin ialah salep untuk bahan obat
- Parafin untuk bahan pembuat lilin
- Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton)
Ø Batu Bara
Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri dan rumah tangga. Dimanfaatkan untuk bahan bakar industri dan rumah tangga.
Ø Gas alam
Merupakan bahan bakar fosil karena, sumber tersebut terbentuk lebih dari jutaan tahun oleh aksi panas dan inti bumi dan tekanan dari bebatuan dan tanah sisa ( fosil ) dari tanaman yang mati dan makhluk hidup mikroskopik.
2. Konservasi energi dan efisien energi.
Konservasi energi sendiri mengandung arti sebagai suatu usaha untuk tetap menggunakan energi secara rasional tapi tetap mempertahankan produktifitas dan terpenuhinya syarat-syarat kelola perusahaan. Penggunaan energi rasional diantaranya dengan penghematan dan efisiensi energi. Jadi harus dibedakan antara penghematan energi dengan konservasi energi. Penghematan energi bisa saja dilakukan dengan hanya mengurangi penggunaan energinya tapi kenyamanan dan produktitas menjadi turun. Sementara konservasi energi adalah penerapan kaidah-kaidah dalam pengelolaan energi tidak hanya mengurangi pemakaian energinya tapi juga menerapkan pola operasi yang efisien, pemasangan alat tambahan yang meningkatkan performa sistem sehingga pemakaian energinya lebih rendah tapi tidak mengurangi kenyamanan dan produktifitas. Jadi pada intinya konservasi energi merupakan panduan bagaimana menghemat energi dengan benar dan berisi metode-metode dan alat alat yang bisa dipakai untuk penghematan energi tanpa mengurangi produktifitas dan kenyamanan. Sementara efisiensi energi artinya perbandingan antara penggunaan energi dengan hasil produksinya. Yang dimaksud produksinya bisa kenyamanan, gerak dan lain-lain. Jadi efisiensi energi yang tinggi berarti pemakaian energinya rendah tapi produksi tinggi. Dengan demikian konsep konservasi energi lebih luas dibandingkan dengan efisiensi energi.
Menurut D’Nawa Sanga di http://id.scribd.com/ yang diakses tanggal 10 April 2014, Penerapan arsitektur berkelanjutan dalam efisiensi penggunaan energi diantaranya :
- Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
- Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air conditioner).
- Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya.
- Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestik.
- Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
2.2.2 Perancangan Pasif
Menurut Ken Yeang (1999), perancangan pasif berbasis pada kondisi iklim setempat. Berikut ini adalah beberapa metode perancangan pasif yang dapat digunakan dalam merancang Green Skyscraper dan bangunan sejenis lainnya, dengan menggabungkan sistem pasif dan aktif demi bentuk berkelanjutan ekologis dari energi :
- Konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan tapak.
- Orientasi bentuk bangunan (dari fasad utama dan bukaan).
- Desain fasad (termasuk jendela, lokasi, ukuran,dan detail).
- Perangkat penahan radiasi matahari (misalnya sun shading pada fasad dan jendela)
- Perangkat pasif siang hari.
- Warna dan bentuk selubung bangunan.
- Tanaman vertikal
- Angin dan ventilasi alami.
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalu energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan seorang arsitek bagaimana merancang sebuah bangunan dengan sendirinya mampu mengantisipasi permasalahan iklim luar.
2.2.3 Kenyamanan Termal ( thermal comfort )
Menurut James Rilatupa (2008), Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur. Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subjektif (kualitatif). Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif); yang meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal.
Kenyamanan termal dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho, 2011). Definisi yang lain menyebutkan sebagai lingkungan indoor dan faktor pribadi yang akan menghasilkan kondisi lingkungan termal yang dapat diterima sampai 80% atau lebih dari penghuni dalam sebuah ruang.
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Seperti diketahui, manusia merasakan panas atau dingin merupakan wujud dari sensor perasa pada kulit terhadap stimuli suhu di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi rangsangan kepada otak, dimana otak akan memberikan perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi untuk mempertahankan suhu sekitar 37ºC. Hal ini diperlukan organ tubuh agar dapat menjalankan fungsinya secara baik.
Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan. Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia menghendaki perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan. Sementara itu, standar Amerika (Anonymous, 1989) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya. Dalam standar ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal.
Menurut American Society of Heating, Refrigerating and Air-conditioning Engineers / ASHRAE (1989), kenyamanan termal adalah perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan temperatur lingkungannya, yang dalam konteks sensasi digambarkan sebagai kondisi dimana seseorang tidak merasakan kepanasan maupun kedinginan pada lingkungan tertentu. Jadi, kenyamanan termal bukan hanya diukur dari temperatur udara tapi dari jumlah individu yang merasa nyaman dengan temperatur lingkungan tersebut.
Menurut penelitian Sugini (2004), pengukuran kenyamanan termal seseorang dapat dikelompokan berdasarkan 6 (enam) kriteria utama, yaitu terdiri dari 4 (empat) parameter lingkungan : suhu udara, suhu radiasi, kelembaban, kecepatan udara dan 2 (dua) parameter perorangan : pakaian dan aktivitas.
Adapun pengukuran kenyamanan termal indoor dari 4 parameter lingkungan yaitu suhu udara, suhu radiasi, kelembaban dan kecepatan angin yang mengarah ke standar kenyamanan termal oleh para pakar kenyamanan termal. Berdasarkan Robert McDowall (Fundamental of HVAC System, 2008, p32-42) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan :
1. Aktivitas pengguna
Tubuh akan terus melakukan metabolism dan menghasilkan panas yang akan terus dipancarkan. Kita memproduksi panas paling minimum pada saat kita tertidur. Berdasarkan aktivitas maka bisa di mulai dari duduk, berjalan, berlari maka akan meningkat produksi panasnya. (1 met =18.4Btu/h ft2]).
3. Suhu udara (Temperature), ºC
Sangat sulit untuk menentukan suhu udara yang ideal bagi tubuh, karena suhu di kepala maupun di kaki akan mengalami perbedaan. Namun untuk daerah tropis suhu ideal tubuh berada di kisaran 24-28°C.
4. Radiasi suhu
Panas yang ditularkan dari benda yang lebih panas ke benda yang dingin tidak dipengaruhi oleh ruang intervensi. Semua benda mempunyai koefisien dalam memancarkan radiasi panas. Dalam bangunan, lantai langit-langit, dinding hampir mempunyai suhu yang sama. Namun apabila seseorang sedang duduk dekat jendela akan terasa bagaimana panas terkonveksi lewat kaca.
5. Kelembaban (Relative Humidity), %
- Kelembaban rendah :indikasi dari kelembaban rendah adalah kulit kering dan mata kering.
- Kelembaban tinggi: apabila konsentrasi air dalam udara begitu tinggi, secara teknis bisa hingga 100% pada 16°C.
6. Kecepatan udara
Semakin tinggi kecepatan udara di atas tubuh maka akan semakin besar efek pendinginan, dan kecepatan minimal yang dibutuhkan sekitar 0,2m/s.
- 0,25 m/s ialah nyaman, tanpa dirasakan adanya gerakan udara.
- 0,25 – 0,5 m/s ialah nyaman, gerakan udara terasa.
- 1,0 – 1,5 m/s aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan.
- Diatas 1,5 m/s tidak menyenangkan.
Apabila tidak mencapai kondisi ideal ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk setidaknya mendekati tingkat kenyamanan maksimum :
Peningkatan kecepatan udara
Kecepatan udara bisa mempercepat proses pendingian bila kecepatannya antara 0,8-1m/s bisa menurunkan hingga 2,8°C. Misalnya suhu yang bisa diterima antara 21,6-26,6°C, maka kisarannya bisa diperluas hingga 21,6-29,4°C.
Dalam contoh, gerakan udara di dekat permukaan tanah dapat bersifat sangat berbeda dengan gerakan di tempat yang tinggi. Bentuk topografi yang berbukit, vegetasi dan tentunya bangunan dapat menghambat atau membelokkan gerakan udara. Misalnya sebuah hutan tebal di daerah tropika basah dan di daerah dengan angin musim, angin dapat menyebabkan kekuatan angin berkurang setelah 30 m menjadi 60m-80%, setelah 60m-50%, dan setelah 120m hanya tinggal 7% dari kekuatan angin semula. Pada pepohonan yang jarang, misalnya pada hutan palem di daerah tepi pantai dan di daerah savana, terjadi pengurangan kekuatan angin tetapi arah angin tetap. Sebaliknya penebangan di tengah hutan yang lebat akan mengakibatkan pertukaran gerakan udara.
Pegunungan, kota, lembah dapat mengubah arah angin sampai 180° dan mengurangi kecepatannya. Penelitian di kota-kota besar menunjukkan bahwa kecepatan angin di permukaan jalan rata-rata hanya sepertiga dari kecepatan pada lansekap terbuka. Bangunan tinggi memiliki pengudaraan yang lebih baik pada bagian sebelah atas, karena di sini intensitas gerakan udara lebih besar dari pada di lantai.
Vertikal perbedaan suhu
Antara kaki dan kepala terjadi perbedaan suhu, udara hangat umumnya cenderung naik sehingga kepala terasa lebih hangat. Toleransi antara kepala dan kaki adalah 2,8°C.
Adapun tujuan dari vertical landscape ini adalah
- Pemecah angin
- Penyerap CO2 dan CO dan menghasilkan O2 (fotosintesis)
- Meningkatkan ekosistem dalam tapak
- Pendingin yang efektif
- Penahan bising dan bau
Radiasi variasi suhu
Orang terbiasa dengan dinding yang hangat, tapi bila dengan langit-langit yang panas biasanya orang tidak begitu nyaman, batas amannya adalah 8,4°C dari kisaran suhu yang telah dihitung.
Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan termal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 4°C, hal ini terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
Penelitian kenyamanan termis yang dilakukan Tri Harso Karyono memperlihatkan manusia di Jakarta merasa nyaman pada air temperature (Ta) 26,4oC atau operating temperature (To) 26,7oC. Sementara rentang nyaman antara 24,9 - 28 Ta dan 25,1 – 27,9 To. Standar kenyamanan termis di Indonesia yang berpedoman pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE 55-1992] merekomendasikan suhu nyaman dengan rentang antara 22 - 26oC To. Perbedaan ini akan berakibat pada jumlah energi yang dikonsumsi oleh bangunan. Sejumlah 596 karyawan dan karyawati yang bekerja pada tujuh bangunan kantor, yakni Gedung Agama- Thamrin, Gedung BPPT Thamrin, Gedung BCA-Sudirman, Gedung Depdikbud- Sudirman, Gedung Pajak-Sudirman, Gedung Widjojo-Sudirman, dan Gedung LIPI-Gatot Subroto, berpartisipasi dalam penelitian kenyamanan termis ini.
2.2.4 Konsep Kenyamanan termal
Mengaitkan penelitian Lippsmeier (menyatakan pada temperatur 26°C TE(Effective Temperature) umumnya manusia sudah mulai berkeringat serta daya tahan dan kemampuan kerja manusia mulai menurun) dengan pembagian suhu nyaman orang Indonesia menurut Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita butuhkan agar dapat beraktifitas dengan baik adalah suhu nyaman optimal (22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%). Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia yang dapat mencapai angka 35°C dengan kelembaban 80%.Bagaimana usaha mengendalikan faktor-faktor iklim di atas untuk memperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan? Cara yang paling mudah adalah dengan pendekatan mekanis yaitu menggunakan AC tetapi membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit. Pendekatan kedua adalah mengkondisikan lingkungan di dalam bangunan secara alami dengan pendekatan arsitektural.
Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan lansekap serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter iklim tropis panas lembab. Melalui ke empat hal di atas, temperatur di dalam ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis.
Menurut penelitian Basaria Talarosha (2005), ada beberapa strategi untuk pencapaian kenyamanan termal, diantaranya :
1. Orientasi Bangunan
a. Orientasi Terhadap Matahari
Orientasi bangunan terhadap matahari akan menentukan besarnya radiasi matahari yang diterima bangunan. Semakin luas bidang yang menerima radiasi matahari secara langsung, semakin besar juga panas yang diterima bangunan. Dengan demikian, bagian bidang bangunan yang terluas (mis: bangunan yang bentuknya memanjang) sebaiknya mempunyai orientasi ke arah Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang pendek, (menghadap Timur – Barat) yang menerima radiasi matahari langsung.
b. Orientasi terhadap Angin (Ventilasi silang)
Kecepatan angin di daerah iklim tropis panas lembab umumnya rendah. Angin dibutuhkan untuk keperluan ventilasi (untuk kesehatan dan kenyamanan penghuni di dalam bangunan). Ventilasi adalah proses dimana udara ‘bersih’ (udara luar), masuk (dengan sengaja) ke dalam ruang dan sekaligus mendorong udara kotor di dalam ruang ke luar. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan. Untuk kenyamanan, ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan pencegahan peningkatan kelembaban udara (khususnya di daerah tropika basah), terutama untuk bangunan rumah tinggal. Kebutuhan terhadap ventilasi tergantung pada jumlah manusia serta fungsi bangunan.
Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan udara) di dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan peningkatan kelembaban udara dapat dihindari.
Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari sekaligus arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk daerah tropika basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin primer lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap radiasi matahari sebab panas radiasi dapat dihalau oleh angin yang berhembus. Kecepatan angin yang nikmat dalam ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik. Besarnya laju aliran udara tergantung pada:
- Kecepatan angin bebas
- Arah angin terhadap lubang ventilasi
- Luas lubang ventilasi
- Jarak antara lubang udara masuk dan keluar
- Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara
Pola aliran udara yang melewati ruang tergantung pada lokasi inlet (lobang masuk) udara dan shading devices yang digunakan di bagian luar. Secara umum, posisi outlet tidak akan mempengaruhi pola aliran udara. Untuk menambah kecepatan udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di bagian atas , luas outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot yang menghalangi gerakan udara di dalam ruang. Gerakan udara harus diarahkan ke ruang ruang yang membutuhkan atau ruang keluarga. Penggunaan screen serangga akan mengurangi aliran udara ke dalam bangunan. Bukaan jendela (Jalousie atau louvered) akan membantu udara langsung ke tempat-tempat yang membutuhkan.
Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (khususnya bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan ke ruang di bawah langit-langit tersebut. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai suhu ruang yang rendah. Serangga akan mengurangi aliran udara ke dalam bangunan. Bukaan jendela (Jalousie atau louvered) akan membantu udara langsung ke tempat-tempat yang membutuhkan.
2. Elemen Arsitektur
Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari, maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus dihindari karena radiasi panas yang langsung masuk ke dalam bangunan (melalui bukaan/kaca) akan memanaskan ruang dan menaikkan suhu/temperatur udara dalam ruang. Di samping itu efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu. Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading devices).
3. Elemen Lansekap
a. Vegetasi
Di samping elemen arsitektur, elemen lansekap seperti pohon dan vegetasi juga dapat digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari. Keberadaan pohon secara langsung/tidak langsung akan menurunkan suhu udara di sekitarnya, karena radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesa dan penguapan. Efek bayangan oleh vegetasi akan menghalangi pemanasan permukaan bangunan dan tanah di bawahnya. Lippsmeier memperlihatkan suatu hasil penelitian di Afrika selatan, pada ketinggian 1m di atas permukaan perkerasan (beton) menunjukkan suhu yang lebih tinggi sekitar 4°C dibandingkan suhu pada ketinggian yang sama di atas permukaan rumput. Perbedaan ini menjadi sekitar 5°C apabila rumput tersebut terlindung dari radiasi matahari. Efektifitas pemanfaatan pohon sebagai pelindung matahari juga dapat digambarkan dengan angka shading coefficient seperti tabel di bawah:
Pohon dan tanaman dapat dimanfaatkan untuk mengatur aliran udara ke dalam bangunan. Penempatan pohon dan tanaman yang kurang tepat dapat menghilangkan udara sejuk yang diinginkan terutama pada periode puncak panas. Menurut White R.F (dalam Concept in Thermal Comfort, Egan, 1975) kedekatan pohon terhadap bangunan mempengaruhi ventilasi alami dalam bangunan.
Jarak Pohon terhadap Bangunan dan Pengaruhnya terhadap Ventilasi Alami
Sekumpulan pohon juga dapat dimanfaatkan sebagai ‘windbreak’ untuk daerah yang kecepatan anginnya cukup besar. Pohon sebagai ‘windbreak’ dapat mengurangi kecepatan angin lebih dari 35 % jika jaraknya dari bangunan sebesar 5 x tinggi pohon. Bangunan harus dirancang dimana kecepatan angin di daerah pedestrian dan bukaan kurang dari 10 mph (mil per jam). Untuk bangunan tinggi, pengujian dengan menggunakan model bangunan yang berskala untuk memprediksi kekuatan bangunan terhadap kecepatan angin seringkali harus dilakukan dengan menggunakan terowongan angin (wind tunnels). Di bawah ini menunjukkan bagaimana pengaruh kecepatan angin terhadap manusia.
b. Unsur Air
Untuk memodifikasi udara luar yang terlalu panas masuk ke dalam bangunan dapat dilakukan dengan membuat air mancur di dalam bangunan. Keberadaan air akan menurunkan suhu udara di sekitarnya karena terjadi penyerapan panas pada proses penguapan air. Selain menurunkan suhu udara, proses penguapan akan menaikkan kelembaban. Untuk daerah iklim tropis basah seperti di Indonesia yang memiliki kelembaban yang tinggi maka peningkatan kelembaban harus dihindarkan. Oleh sebab itu penggunaan unsur air harus mempertimbangkan adanya gerakan udara (angin) sehingga tidak terjadi peningkatan kelembaban.
4. Material/Bahan Bangunan
Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding, atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.
Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak (48%) dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan.
2.2.5 Bukaan terhadap Kenyamanan Termal
Penghawaan silang seharusnya selalu dilakukan, sekalipun pada ruang yang menggunakan AC. Sekali waktu pasti membutuhkan udara segar untuk menggantikan udara panas dalam ruangan. Ventilasi di sisi ruangan bisa berfungsi sebagai sekop angin diletakkan di pojok fasad akan menangkap angin. Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi.
Pola dan konfigurasi bukaan mempengaruhi radiasi, aliran udara, dan pencahayaan. Luasan, bentuk, lokasi, dan posisinya juga berpengaruh pada pergerakan udara, pencahayaan, dan silau pada ruang dalam. Jika bukaan tidak terbayangi, maka akan mempengaruhi panas radiasi yang didapatkan. Bukaan pada level yang lebih tinggi, menambah aliran udara, dikenal sebagai ‘stack effect’. Posisi bukaan mempengaruhi distribusi cahaya pada ruang dalam sebagaimana dia mempengaruhi refleksi pada ruang dalam.
Untuk daerah tropis, bukaan sangat diperlukan untuk memfasilitasi masuknya udara. Sosoran yang lebar lebih disukai bila memotong radiasi matahari. Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang baik bagi tubuh manusia. Ambang bukaan bawah mungkin lebih disukai. Jendela yang tinggi menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung dan difus. Jendela yang rendah memungkinkan tanah memantulkan cahaya. Partisi seharusnya tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan mengacaukan arah aliran angin. Akan lebih disukai untuk menyediakan setiap ruangan dengan jendela paling tidak di dua sisi dinding. Ventilasi dibutuhkan 85% setahun, dan ventilasi silang timur barat diperlukan. Elemen-elemen seperti layar, louvre, dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari matahari.
Orientasi bukaan berepngaruh terhadap radiasi sinar matahari yang diterima dan pergerakan udara. Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya tidak sama. Seharusnya antara 45º tegak lurus arah angin. Menyusun bangunan dengan bukaan utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan keuntungan dalam mengurangi beban AC.
Kontrol bukaan akan mempengaruhi radiasi, pergerakan udara, dan pencahayaan alami. Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut dapat mencegah radiasi sinar matahari. Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi. Pembayangan, vertical dan horisontal akan mengontrol panas radiasi yang didapat. Light shelves akan membawa banyak cahaya ke dalam ruangan, yang akan dipotong oleh pembayangan horisontal. Kasa akan mengontrol masuknya serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan. Untuk meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan memodifikasi jendela itu sendiri (Givoni B.:1994)
Yang dimaksud dengan ventilasi silang yaitu bukaan atau lubang untuk aliran udara yang perletakkannya tidak pada satu sisi dinding melainkan pada dua atau tiga sisi yang berlawanan sehingga angin dapat mengalir masuk kedalam ruangan.
Bukaan ventilasi yang tepat merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruang. Ventilasi yang baik adalah yang memungkinkan terjadinya aliran udara selama 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis. Harus ada ventilasi untuk malam hari bila jendela dan pintu ditutup.
Perletakan dan luas ventilasi dapat menentukan arah aliran dan volume udara sesuai yang diinginkan. Aliran udara sebaiknya terbentuk pada tempat dimana manusia berada. Ventilasi yang hanya pada satu sisi dinding menyebabkan angin tidak mengalir.
Supaya angin dapat mengalir harus ada lubang udara masuk atau inlet dan lubang udara keluar outlet. Penempatan dan luas inlet dan outlet sangat menentukan volume udara yang mengalir. Luas bukaan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktivitas penghuni, suhu udara , kecepatan angin, Penghuni dengan jumlah yang lebih banyak, dan aktivitas lebih berat membutuhkan pertukaran udara yang lebih besar dalam kondisi suhu dan kecepatan angin yang sama. Luas lubang ventilasi dipengaruhi pula oleh suhu udara dan kecepatan angin. Bahwa semakin rendah suhu udara semakin perlahan pula hendaknya arus angin. Kecepatan angin 0,5 m/s pada suhu 30oC masih terasa nikmat, tetapi kecepatan 0,5 m/s pada suhu 12oC terasa sangat dingin. Artinya luas lubang ventilasi harus lebih kecil untuk daerah bersuhu dingin. Tetapi bisa dikatakan pula sangat tergantung dengan kebiasan penghuninya, yang terbiasa didaerah bersuhu dingin, sedang atau panas. Untuk tempat yang sering dihembus angin kencang seperti daerah pantai ventilasinya harus diatur agar angin berhembus secara perlahan lahan. Jadi luas ventilasi pada satu ruangan sangat tergantung dari jumlah penghuni, aktifitas penghuni, suhu udara, kecepatan angin (Sri Umiati:2008)
Sebuah hunian tidak lepas dari peran lingkungan sekitar yang mempengaruhi orang-orang atau manusia yang berada atau tinggal disekitarnya. Menurut pendapat Tri Endangsih, ST. (2007) yang menyatakan bahwa kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan disekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan. Selain itu terdapat beberapa pendapat dari para arsitektur dunia seperti Ken Yeang dalam bukunya. The Green Skyscraper (Yeang, 2000). Yang menyatakan bahwa terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep dasar desain sadar energi diantaranya :
1. Kenyamanan Termal
Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan bangunan yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi matahari secukupnya untuk pendinginan.
2. Kenyamanan Visual
Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya.
3. Kontrol Lingkungan Pasif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen–elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap) yang dirancang tanpa menggunakan energi (listrik).
4. Kontrol Lingkungan Aktif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal dan visual dengan memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik).
5. Kontrol Lingkungan Hibrid
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal maupun visual dengan kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal.
2.26 Studi Banding
Studi banding menurut penelitian Daryanto, Firza Utama S. , diantaranya :
Kesimpulan dari studi banding adalah posisi dan luas jendela yang berhadapan dapat memberikan rasa sejuk di dalam ruangan serta tanpa ada penyekat di dalam ruangan tersebut. Menurut penelitian Novan H. Toisi dan Kussoy Wailan John (2012) menyatakan ruang yang tidak memenuhi syarat-syarat minimum luas bukaan dalam SNI Departemen Pekerjaan Umum bahwa, sebuah ruang pada rumah tinggal harus memiliki ventilasi tidak kurang dari 5% dari luas lantai ruangan dan jendela 20% dari luas lantai ruangan, kecepatan angin yang didapatkan berada dibawah standar minimum kecepatan angin kenyamanan termal.
0 komentar:
Posting Komentar