Jumat, 10 Februari 2017

TEORI LENGKAP KOMPRESOR

1 Pengertian Kompresor
Kompresor adalah mesin untuk memapatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya menghisap udara dari atmosfer. Namun ada pula yang menghisap udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat ( Booster ). Sebaliknya kompresor ada yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari pada tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor disebut Pompa Vakum.

2. Asas Kerja dan Klasifikasi Kompresor
2.1 Azas Pemampatan Zat
Kompresor pada dasarnya bekerja memampatkan gas. Adapun gas yang bisa dimapatkan bukan hanya gas saja melainkan juga zat padat. Benda padat yang dapat dimapatkan dan dapat menyimpan energi, contohnya adalah pegas. Energi regangan akan diperoleh kembali jika pegas diberi kesempatan memuai kedalam semula. Namun energi rengangan benda padat tidak mudah disalurkan ketempat lain yang memerlukan.

2.2 Azas Kompresor
Azas kerja kompresor jika suatu zat di dalam sebuah ruangan tertutup diperkecil volumenya, maka gas akan mengalami kompresi. Adapun pelaksanaannya dalam praktek memerlukan konstruksi seperti diperlihatkan pada gambar 1. disini digunakan torak yang bekerja bolak- balik didalam sebuah silinder untuk menghisap, menekan, dan mengeluarkan gas secara berulang- ulang. Dalam hal ini gas yang ditekan tidak boleh bocor melalui celah antara dinding yang saling bergerak. Untuk itu digunakan cincin tolak sebagai perapat.

Pada kompresor ini torak tidak digerakkan dengan tangan melainkan dengan motor melalui poros engkol seperti terlihat pada gambar 1. dalam hal ini katup isap dan katup keluar dipasang pada kepala silinder. Adapun yang digunakan sebagai penyimpan udara dipakai tanki udara. Kompresor semacam ini dimana tolak bergerak bolak- balik disebut kompresor bolak- balik.

Kompresor bolak- balik banyak menimbulkan getaran yang terlalu keras sehingga tidak sesuai untuk beroperasi pada putaran tinggi. Karena itu berbagai kompresor putar ( rotary ) telah dikembangkan dan telah banyak dipasaran.

3 Teori Kompresi
3.1 Hubungan antara tekanan dan volume
Jika selama gas, temperatur gas dijaga tetap ( tidak bertambah panas ) maka pengecilan volume menjadi ½ kali akan menaikkan tekanan menjadi dua kali lipat. Demikian juga volume manjadi 1/3 kali, tekanan akan menjadi tiga kali lipat dan seterusnya. Jadi secara umum dapat dikatakan sebagai berikut ” jika gas dikompresikan ( atau diekspansikan ) pada temperature tetap, maka tekanannya akan berbanding terbalik dengan volumenya ”. Peryataan ini disebut Hukum Boyle dan dapat dirumuskan pula sebagai berikut : jika suatu gas mempunyai volume V1 dan tekanan P1 dan dimampatkan ( atau diekspansikan ) pada temperature tetap hingga volumenya menjadi V2, maka tekanan akan menjadi P2 dimana :
P1V1 = P2V2 = tetap
Disini tekanan dapat dinyatakan dalam kgf/ cm2 ( atau Pa ) dan volume dalam m3.

3.2 Hubungan antara temperature dan volume
Seperti halnya pada zat cair. Gas akan mengembang jika dipanaskan pada tekanan tetap. Dibandingkan dengan zat padat dan zat cair, gas memiliki koefisien muai jauh lebih besar. Dari pengukuran koefisien muai berbagai gas diperoleh kesimpulan sebagai berikut : ” semua macam gas apabila dinaikkan temperaturnya sebesar 1oC pada tekanan tetap, akan mengalami pertambahan volume sebesar 1/273 dari volumenya pada 0oC. Sebaliknya apabila diturunkan temperaturnya sebesar 1oC akan mengalami jumlah yang sama.
Peryataan diatas disebut Hukum Charles.

4 Proses Kompresi
4.1 Kompresi Isotermal
Bila suatu gas dikompresikan, maka ini ada energi mekanik yang diberikan dari luar pada gas. Energi ini diubah menjadi energi panas sehingga temperature gas akan naik jika tekanan semakin tinggi. Namun jika proses kompresi ini juga dengan pendinginan untuk mengeluarkan panas yang terjadi, temperature dapat dijaga tetap. Kompresor secara ini disebut kompresor Isotermal ( temperatur tetap ). Hubungan antara P dan V untuk T tetap dapat diperoleh dari persamaan :

P1V1 = P2V2 = tetap .............................................. ( 1 )

4.2 Kompresi Adiabatik
Yaitu kompresi yang berlangsung tanpa ada panas yang keluar/ masuk dari gas. Dalam praktek proses adiabatik tidak pernah terjadi secara sempurna karena isolasi didalam silinder tidak pernah dapat sempurna pula.

4.3 Kompresi Politropik
Kompresi pada kompresor yang sesungguhnya bukan merupakan proses Isotermal, namun juga bukan proses adiabatik, namun proses yang sesungguhnya ada diantara keduannya dan disebut Kompresi Politropik.

Hubungan antara P dan V pada politropik ini dapat dirumuskan sebagai :

P. Vn = tetap ......................................................... ( 2 )

Untuk n disebut indek politropik dan harganya terletak antara 1 ( proses isotermal ) dan k ( proses adiabatik ). Jadi 1<n<k. Untuk kompresor basanya, n = 1,25 – 1,4. yaitu kompresor yang terjadi karena adanya panas yang dipancarkan keluar.

5 Efisiensi Volumetrik
Sebuah kompresor dengan silinder D ( cm ), langkah tolak S ( cm), dan putaran N ( rpm ) seperti terlihat pada gambar 2. dengan ukuran seperti ini kompresor akan memampatkan volume gas sebesar Vs= ( π/4 ) D2 x S ( cm3 ). Untuk setiap langkah kompresor yang dikerjakan dalam setiap putaran poros engkol. Jumlah volume gas yang dimampatkan per menit disebut perpindahan tolak. Jadi jika poros kompresor mempunyai putaran N ( rpm ) maka :

Vs = ( π/4 ) D2 x S ( cm3 ) .................................................. ( 3 )

Perpindahan torak :

Vs x N = ( π/4 ) D2 x S x N ( cm3 / min ).......................... ( 4 )

Seperti pada gambar 4. torak memuai langkah kompresinya pada titik ( 1 ) ( dalam diagram P-V ). Torak bergerak ke kiri dan gas dimampatkan hingga tekanan naik ketitik ( 2 ) pada titik ini tekanan di dalam silinder mencapai harga tekanan Pd yang lebih tinggi dari pada tekanan di dalam pipa keluar ( atau tanki tekan ), sehingga katup keluar pada kepala silinder akan terbuka. Jika torak terus bergerak ke kiri maka gas akan didorong keluar silinder pada tekanan tetap sebesar Pd di titik ( 3 ) torak mencapai titik mati atas, yaitu titik mati akhir gerakan torak pada langkah kompresi dan pengeluaran.

Pada waktu torak mencapai titik mati atas ini antara sisi atas torak dan kepala silinder masih ada volume sisa yang besarnya Vc. Volume ini idealnya harus sama dengan 0 agar gas dapat didorong seluruhnya keluar silinder tanpa sisa. Namun dalam praktek harus ada jarak ( Clearance ) diatas torak agar torak tidak membentur kepala silinder.

Karena adanya volume sisa ini ketika torak mengakhiri langkah kompresinya diatas torak masih ada sejumlah gas dengan volume sebesar Vc, dan tekanan sebesar Pd, jika kemudian torak memuai langkah isapnya ( bergerak kekanan ), katup isap tidak dapat terbuka sebelum sisa gas diatas torak berekspansi sampai tekanannya turun dari Pd menjadi Ps. Disini pemasukan gas baru mulai terjadi dan proses pengisapan ini berlangsung sampai titik mati bawah.

Untuk volume langkah torak ( VL ) adalah jumlah volume yang diisap dikurangi dengan volume sisa. Maka rumus dari volume langkah torak dapat didefisinikan sebagai berikut : 

VL = π/4 .D2.S.N ............................................................... ( 5 )

Dimana;
VL = Volume Langkah Torak ( cm3 )
D = Diameter Torak ( cm )
N = Jumlah Silinder 

Dengan diketahuinya volume langkah dari torak maka kita dapat mengetahui volume yang diisap oleh kompresor ( Va ). Volume yang dihisap oleh kompresor ( Va ) adalah volume langkah yang dilakukan di kalikan dengan efisiensi volumetrik dari kompresor.

Va = VL x ηv x N .............................................................. ( 6 )

Dimana
VL = Volume Langkah ( cm3/ detik )
ηv = Efisiensi Volumetrik ( % )
N = Jumlah Putaran ( Rpm )

6 Perhitungan Daya Pada Kompresi Adiabatik
Besarnya daya kompresor secara teoritis dapat kita hitung dengan menggunakan rumus :
Nth = 0,037. P1 – V1. k P2 k-1 - 1 ..................... ( 7 )
k - 1 P1 k
Ni = Nth .................................................................... ( 8 )
ηm
Ne = Ni ..................................................................... ( 9 )
ηm
Keterangan :
Nth = Daya teoritis yang digunakan untuk menggerakkan Kompresor 
( HP )
P1 = Tekanan Gas awal ( kg/ cm2 )
P2 = Tekanan akhir kompresi ( kg/ cm2 )
k = Eksponen adiabatik
Ni = Daya Indikator
Ne = Daya Efektif
Nm = Daya Mekanis

Diasumsikan untuk eksponen adiabatik udara adalah k: 1,4
( 1 TK = 1 HP dan 1 HP = 0,746 kW )

Untuk efisiensi volumetrik dan efisiensi adiabatik keseluruhan sebenarnya tidak tetap harganya berubah- ubah menurut konstruksi dan tekanan keluar kompresor. Karena itu perhitungan daya tidak dapat dilakukan semudah cara diatas. Namun untuk perhitungan efisiensi adiabatik dapat diambil kira- kira 80 – 85% untuk kompresor besar, 75 – 80% untuk kompresor sedang dan 65 – 70% untuk kompresor kecil.

Dengan diketahuinya daya yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor ( Wc ), kita dapat menghitung daya motor yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor.

7 Jenis Penggerak dan Transmisi Daya Poros
Sebagai penggerak kompresor umumnya dipakai motor listrik atau motor bakar torak. Adapun macam, sifat dan penggunaan masing- masing jenis penggerak tersebut adalah sebagai berikut :

7.1 Motor Listrik
Motor listrik dapat diklasifikasikan secara kasar atas motor induksi dan motor sinkron. Motor induksi mempunyai faktor daya efisiensi yang lebih rendah dari pada motor sinkron. Arus awal motor induksi juga sangat besar. Namun motor induksi sampai 600 KW banyak dipakai karena harganya relative murah dan pemeliharaannya mudah. Motor induksi ada dua jenis sangkar bajing ( squirrel cage ) dan jenis rotor lilit ( wound rotor). Akhir- akhir ini jenis motor sangkar bajing lebih banya dipakai karena mudah pemeliharaannya. Meskipun motor sinkron mempunyai faktor daya dan efisiensi yang tinggi, namun harganya mahal. Dengan demikian motor ini hanya dipakai bila diperlukan daya besar dimana pemakaian daya merupakan faktor yang sangat menentukan.

7.2 Motor Bakar Torak
Motor bakar torak dipergunakan untuk penggerak kompresor bila tidak tersedia sumber listrik ditempat pemasangannya atau bila kompresor tersebut merupakan kompresor portable. Untuk daya kecil sampai 5.5 kW dapat dipakai motor bensin dan untuk daya yang lebih besar dipakai motor diesel.

7.3 Transmisi Daya Poros
Untuk mentranmisikan daya dari poros motor penggerak ke poros kompresor ada beberapa cara yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Sabuk V
Keuntungan cara ini adalah pada putaran kompresor dapat lebih bebas sehingga dapat dipakai motor putaran tinggi. Namun kerugiannya adalah pada kerugian daya yang disebabkan oleh slip antara puli dan sabuk serta kebutuhan ruangan yang lebih besar untuk pemasangan. Cara transmisi ini sering dipergunakan untuk kompresor kecil dengan daya kurang dari 75 kW.

2. Kopling Tetap
Hubungan dengan kopling tetap memberikan efisiensi keseluruhan yang tinggi serta pemeliharaan yang mudah. Namun cara ini memerlukan motor dengan putaran rendah dan motor dengan putaran rendah adalah mahal. Karena itu, cara ini hanya sesuai untuk kompresor berdaya antara 150 – 450 kW.

3. Rotor Terpadu ( Direct Rotor )
Pada cara ini poros engkol kompresor menjai satu dengan poros motor. Dengan cara ini ukuran mesin dapat menjadi lebih ringkas sehingga tidak memerlukan banyak ruang. Pemeliharaannyapun mudah.

4. Kopling Gesek
Cara ini dipakai untuk menggerakkan kompresor kecil dengan motor bahan bakar torak. Disini motor dapat distart tanpa beban dengan membuka hubungan kopling. Namun untuk kompresor dengan fluktuasi momen puter yang besar diperlukan kopling yang dapat meneruskan momen puter yang besar pula.

2.8 Kapasitas
Pada kompresor torak, angka kapasitas yang tertulis didalam katalog menyatakan perpindahan torak dan bukan laju volume yang dihasilkan. Untuk kompresor putar, yang tertulis dalam katalog pada umumnya menyatakan volume yang sesungguhnya dihasilkan. Pada kapasitas normal, kompresor mempunyai efisiensi adiabatik keseluruhan yang maksimum.

Apabila kompresor dioperasikan pada kapasitas atau beban yang lebih rendah, maka efisiensinya menurun. Karena itu pemilihan kapasitas kompresor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam pemakaianya nanti kompresor akan dapat dioperasikan pada atau disekitar titik normalnya. Selain itu, apabila kebutuhan udara atau gas sangat fluktuasi sebaiknya dipilih kompresor dengan kapasitas normal sebesar puncak kebutuhan.

2.9 Konstruksi Kompresor Torak
Kompresor torak atau kompresor bolak- balik dibuat sedemikian rupa sehingga gerakan putar penggerak mula diubah menjadi gerak bolak- balik pada torak. Gerakan torak ini akan menghisap torak udara didalam silinder dan memampatkannya.

9.1 Konstruksi Kompresor Torak
Seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini, kompresor torak atau kompresor bolak- balik pada dasarnya dibuat sedemikian rupa hingga gerakan putar dari penggerak mula menjadi gerak bolak- balik. Gerakan ini diperoleh dengan menggunakan poros engkol dan batang penggerak yang menghasilkan gerak bolak- balik pada torak.
- Isap
Bila proses engkol berputar dalam arah panah, torak bergerak ke bawah oleh tarikan engkol. Maka terjadilah tekanan negative ( di bawah tekanan atmosfer ) di dalam silinder, dan katup isap terbuka oleh perbedaan tekanan, sehingga udara terhisap.
  • Piston bergerak dari TDC ke BDC
  • Intake valve membuka & exhaust valve menutup
  • Udara luar terisap ( karena didalam ruang bakar kevakumannya lebih tinggi )
- Efisiensi Volumetrik
Efisiensi volumetrik adalah persentase pemasukan udara yang diisap terhadap volume ruang bakar yang tersedia.

- Kompresi
Bila torak bergerak dari titik mati bawah ketitik mati atas, katup isap tertutup dan udara di dalam silinder dimampatkan.
  • Piston bergerak dari BDC ke TDC
  • Kedua valve menutup
  • Udara dikompresikan Panas ( karena ruangnya dipersempit )
- Power Stroke
  • Gas sisa pembakaran mengembang ( ekspansi karena panas, yang menyebabkan gaya dorong )
  • Kedua valve menutup
  • Piston terdorong turun ke BDC
- Keluar atau Buang
Bila torak bergerak keatas, tekanan didalam silinder akan naik, maka katup keluar akan terbuka oleh tekanan udara atau gas, dan udara atau gas akan keluar.
  • Piston bergerak dari BDC ke TDC
  • Exhaust valve membuka
  • Sisa pembakaran terbuang ( melalui exhaust valve & exhaust manifold )
9.2 Silinder dan Kepala Silinder
Gambar berikut memberikan potongan kompresor torak kerja tunggal dengan pendinginan udara. Silinder mempunyai bentuk silinder dan merupakan bejana kedap udara dimana torak bergerak bolak- balik untuk menghisap dan memampatkan udara.

Silinder harus cukup kuat untuk menahan tekanan yang ada. Untuk tekanan yang kurang dari 50 kgf/ cm2 ( 4.9 Mpa ) umumnya dipakai besi cor sebagai bahan silinder. Permukaan dalam silinder harus disuperfinis sebab licin torak akan meluncur pada permukaan ini. Untuk memancarkan panas yang timbul dari proses kompresi, dinding luar silinder diberi sirip- sirip. Gunanya adalah untuk memperluas permukaan yang memancarkan panas pada kompresor dengan pendinginan udara.

Tutup silinder terbagi atas 2 ruangan, satu sebagai sisip isap dan sebagai sisip keluar. Pada kompresor kerja ganda terdapat tutup atas silinder dan tutup bawah silinder. Sebagai mana pada silinder, tutup silinder harus kuat, maka terbuat dari besi cor dan dinding luarnya diberi sirip- sirip pemancar panas/ selubung air pendingin.

9.3 Torak dan Cincin Torak
Torak harus cukup tebal untuk menahan tekanan dan terbuat dari bahan yang cukup kuat. Untuk mengurangi gaya inersia dan getaran yang mungkin ditimbulkan oleh getaran bolak- balik, harus dirancang seringan mungkin.

Cincin torak dipasang pada alur- alur dikeliling torak dan berfungsi mencegah kebocoran antara permukaan torak dan silinder. Jumlah cincin torak bervariasi tergantung pada perbedaan tekanan antara sisi atas dan sisi bawah torak. Tetapi biasanya pemakaian 2 sampai 4 buah cincin dapat dipandang cukup untuk kompesor dengan tekanan kurang dari 10 kgf/ cm2. dalam hal kompresor kerja tunggal dengan silinder tegak, juga diperlukan cincin penyapu minyak yang dipasang pada alur paling bawah dari alur cincin yang lain. Cincin ini tidak dimaksud untuk mencegah kebocoran udara dan melulu untuk menyeka minyak yang terpercik pada dinding dalam silinder.

9.4 Alat Pengatur Kapasitas
Kompresor harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengatur laju volume udara yang diisap sesuai denga laju aliran keluar yang dibutuhkan yang disebut pembebas beban (unloader). Pembebas beban dapat digolongkan menurut azas kerjanya yaitu pembebas beban katup isap, pembebas beban celah katup, pembebas beban trolel isap dan pembebas beban dengan pemutus otomatik.

Untuk mengurangi beban pada waktu kompresor distart agar penggerak mula dapat berjalan lancar, maka pembebas beban dapat dioperasikan secara otomatik atau manual. Pembebas beban jenis ini disebut pembebas beban awal.

Adapun ciri- ciri, cara kerja dan pemakaian berbagai jenis pembebas beban adalah sebagai berikut :

1. Pembebas Beban Katup Isap
Jenis ini sering dipakai pada kompresor berukuran kecil/ sedang. Jika kompresor bekerja maka udara akan mengisi tanki udara sehingga tekanannya akan naik sedikit demi sedikit. Tekanan ini disalurkan kebagian bawah katup pilot dari pembebas beban. Namun jika tekanan didalam tanki udara naik maka katup isap akan dodorong sampai terbuka.

Jika tekanan turun melebihi batas maka gaya pegas dari katup pilot akan mengalahkan gaya dari tekanan tanki udara. Maka katup pilot akan jatuh, laluan udara tertutup dan tekanan dalam pipa pembebas beban akan sama dengan tekanan atmosfer.

2. Pembebas Beban dengan Pemutus Otomatik
Jenis ini dipakai untuk kompresor yang relative kecil, kurang dari 7.5 KW. Disini dipakai tombol tekanan ( pressure switch) yang dipasang ditanki udara. Motor penggerak akan dihentikan oleh tombol ini secara otomatis bila tekanan udara dalam tanki udara melebihi batas tertentu. Pembebas beban jenis ini banyak dipakai pada kompresor kecil sebab katup isap pembebas beban yang berukuran kecil agak sukar dibuat.

9.5 Pelumasan
Bagian- bagian kompresor yang memerlukan pelumas adalah bagian- bagian yang saling meluncur seperti silinder, torak, kepala silang, metal- metal bantalan batang penggerak dan bantalan utama.

Tujuannya adalah untuk mengecek keausan, merapatkan cincin torak dan paking, mendinginkan bagian- bagian yang saling bergeser dan mencegah pengkaratan. Untuk kompresor kerja tunggal yang berukuran kecil, pelumasan dalam maupun pelumasan luar dilakukan secara bersama dengan cara pelumasan percik atau dengan pompa pelumas jenis roda gigi. Pelumasan percik menggunakan tuas percikan minyak yang dipasang pada ujung besar batang penggerak. Metode pelumasan paksa menggunakan pompa roda gigi yang dipasang pada ujung poros engkol. Kompresor berukuran sedang dan besar menggunakan pelumas dalam yang dilakukan dengan pompa minyak jenis plunyer secara terpisah.

9.6 Peralatan Pembantu
1. Saringan Udara
Jika udara yang diisap kompresor mengandung banyak debu maka silinder dan cincin torak akan cepat aus bahkan terbakar

Saringan yang banyak dipakai biasanya terdiri dari tabung- tabung penyaring yang berdiameter 10 mm dan panjang 10 mm. Dengan demikian jika ada debu yang terbawa akan melekat pada saringan sehingga udara yang masuk kompresor menjadi bersih.

2. Katup Pengaman
Katup pengaman harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tingkat kompresor. Katup ini harus membuka dan membuang udara keluar jika tekanan melebihi 1.2 kali tekanan normal maksimum kompresor.

3. Tanki Udara
Alat ini dipakai untuk menyimpan udara tekan agar apabila ada kebutuhan udara tekan yang berubah- ubah jumlahnya dapat dilayani dengan baik dan juga udara yang disimpan dalam tanki udara akan mengalami pendinginan secara pelan- pelan dan uap air yang mengembun dapat terkumpul didasar tanki.

4. Peralatan Pengaman Lainnya
Kompresor juga mempunyai alat pengaman lainnya untuk menghindari kecelakaan :
  • Alat penunjuk tekanan rele tekanan udara dan rele tekanan minyak
  • Alat petunjuk temperature dan rele termal ( untuk temperature udara keluar, temperatur udara masuk, temperature air pendingin, temperature minyak, dan temperature bantalan ).
  • Rele aliran air, untuk mendeteksi aliran yang berkurang/ berhenti.
10 Pemasangan dan Operasional
10.1 Penempatan
- Pemilihan tempat
Dalam memilih tempat yang sesuai untuk instalasi kompresor yang akan dipasang perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut:
  1. Instalasi kompresor harus dipasang sedekat mungkin dengan tempat yang memerlukan udara. Jika tempat- tempat ini terpencar letaknya maka kompresor sedapat mungkin dipasang di tengah- tengah. Dengan maksud agar mengurangi tahanan gesek dan kebocoran pada pipa penyalur disamping untuk menghemat ongkos- ongkos.
  2. Di daerah sekitar kompresor tidak boleh ada gas yang mudah terbakar/ meledak. Pengamanan harus dilakukan sebab gas- gas yang berbahaya yang terisap oleh kompresor dapat menimbulkan reaksi kimia akan meledak dan kebakaran. Selain itu bahan yang mudah terbakar harus diajuhkan dari kompresor.
  3. Pemeliharaan dan pemeriksaan harus dapat dilakukan dengan mudah. Meskipun kompresor merupakan salah satu dari sumber tenaga yang besar tetapi sering ditempatkan di sudut ruangan/ tempat yang menyulitkan untuk pemeriksaan. Karena itu pelumasan harian/ pengurasan air sering terlupakan sehingga kompresor rusak. Berhubungan dengan hal tersebut harus disediakan ruangan yang cukup untuk memudahkan pengawasan pemeliharaan dan perbaikan.
  4. Ruangan kompresor harus terang, cukup luas dan berventilasi baik. Bila sebuah kompresor besar dipasang disebuah ruang kompresor, maka kondisi lingkungan yang menyangkut cahaya, luar dan ventilasi harus memenuhi persyaratan. Dengan cahaya yang cukup apabila terjadi kelainan ( kebocoran ) akan segera diketahui. Luas ruangan yang cukup akan memudahkan pemeriksaan, pemeliharaan dan mempertinggi keamanan kerja. Ventilasi yang baik berguna untuk menghindari akibat buruk dari kebocoran gas apabila kompresor bekerja dengan jenis gas khusus. Untuk kompresor udarapun ventilasi sangat penting untuk mencegah kenaikan temperature yang tinggi di dalam ruangan.
  5. Temperature ruangan harus lebih rendah 40oC. Kompresor mengeluarkan panas pada waktu bekerja. Jika temperature ruangan naik. Hal ini mengakibatkan kompresor bekerja pada temperature diatas normal yang dapat memperpendek umur kompresor. Sebaliknya jika temperature ruangan sangat rendah sampai dibawah 40oC, seperti keadaan pada musim dingin, maka sebelum dijalankan kompresor perlu dipanaskan dahulu. Hal ini perlu supaya kompresor tidak mengalami kerusakan pada saat start atau jalan karena pembekuan air pendingin atau air kurasan.
  6. kompresor harus ditempatkan didalam gedung. Badan kompresor atau motor dapat cepat rusak atau kecelakaan yang disebabkan oleh listrik dapat terjadi jika kompresor dibiarkan kehujanan.
10.2 Pemasangan
Sebelum kompresor dipasang pondasi beton harus dipastikan sudah mengerah seluruhnya dan letak dan ukuran lubang baut diperiksa apakah sesuai dengan gambar kerja. Baut jangkar pondasi dapat ditanam pada posisi yang tepat jika penetapannya dilakukan pada waktu pemasangan kompresor. Namun jika baut- baut ini harus ditanam mendahului pemasangan kompresor, penempatan baut harus dilakukan sesuai gambar kerja pondasi dengan menggunakan plat pola bila perlu. Setiap baut harus muncul dengan panjang tertentu diatas permukaan pondasi. Dalam hal ini sepertiga bagian atas baut dibiarkan tidak dicor dengan beton untuk memungkinkan sedikit penyesuaian pada waktu pemasangan kompresor. Kompresor dan motor yang akan dihubungkan dengan sabuk V harus sejajar dan rata, dengan tegangan sabuk tepat. Kompresor dan motor yang akan dihubungkan dengan kopling secara langsung memerlukan pelurusan.

10.2.1 Kabel Listrik
Pemasangan kabel- kabel listrik harus menggunakan bahan kabel yang memenuhi standart yang berlaku, yaitu:
  • Ukuran dan kapasitas kabel, sekering dan tombol- tombol harus ditentukan dengan hati- hati.
  • Jika kabel terlalu panjang atau ukuran yang terlalu kecil dapat terjadi penurunan tegangan yang terlalu besar. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan atau kerusakan pada waktu start dimana motor dapat terbakar. Tegangan listrik pada terminal motor tidak boleh kurang dari 90% harga normalnya.
Pengujian Lapangan
Setelah kompresor selesai dipasang, harus dilakukan uji coba. Sebelum pengujian dilaksanakan perlu dilakukan pemeriksaan lebih dahulu.

10.3.1 Pemeriksaan sebelum uji coba
  1. Kondisi instalasi
  2. Kondisi kabel- kabel listrik
  3. Kondisi pemipaan
Selain itu kompresor terlebih dahulu diisi dengan minyak pelumas sebelum dijalankan. Pada kompresor kecil, minyak pelumas biasanya dikeluarkan lebih dahulu sebelum kompresor dikirim dari pabrik.

10.3.2 Uji Coba
1. Pemeriksaan arah putaran kompresor
Untuk ini dihidupkan kompresor selama beberapa detik untuk meyakinkan bahwa kompresor berputar dalam arah sesuai dengan arah panah yang ada. Kompresor kecil mempunyai puli sebagai kipas anginan untuk mendinginkan kompresor. Jika kompresor berputar dalam arah yang salah, pendinginan tidak akan sempurna dan kompresor menjadi panas dan dapat mengalami gangguan. 

2. Operasi tanpa beban
Operasi ini dilakukan dalam masa running in untuk dapat mendeteksi kelainan di dalam sedini mungkin. Operasi ini harus dilakukan selama jangka waktu yang ditentukan dimana getaran, bunyi dan temperature disetiap bantalan diamati.

3. Operasi dengan beban sebagian
Setelah operasi tanpa beban menunjukan hasil yang memuaskan tekanan dinaikkan sampai suatu harga yang ditentukan, secara berangsur- angsur dengan mengontrol katup penutup utama disisi keluar. Temperature pada setiap bantalan dan getaran serta bunyi diamati terus.

4. Pengujian peralatan pelindung
Pada akhir operasi beban sebagian, kerja katup pengaman dan katup pembebas beban harus diuji. Disini batas- batas tekanan ditentukan harus dapat dicapai sesuai dengan buku petunjuk dari pabrik.

5. Operasi stasioner
Operasi ini dilakukan dengan menjaga tekanan keluar yang tetap pada kompresor menurut spesifikasi dari pabrik. Selama itu temperature di setiap bagian, getaran, bunyi tak normal, kebocoran pada pipa- pipa dan lain yang kendor harus diamati dengan cermat.

6. Penghentian operasi
  • Turunkan beban kompresor sampai menjadi nol dan tutup katup air pendingin.
  • Biarkan kompresor berjalan selama beberapa menit untuk membersihkan silinder- silinder dari uap air yang mengembun.
  • Matikan motor, buka katup penguras dan katup laluan udara dan keluarkan air pendingin.
  • Bila temperature air pendingin disisi keluar turun, aliran air pendingin melalui pendingin akhir dihentikan dan air dikeluarkan seluruhnya dari pendingin ini.
  • Buang air embun dari pemisah di pendingin akhir.
  • Udara tekan didalam pipa keluar harus dibuang. Hal ini untuk mencegah kembalinya air embun di pipa keluar ke dalam silinder.
11 Mekanisme Pengisian Udara Bertekanan Kedalam Tanki Kompresor
Udara dalam suatu benda yang berbentuk gas yang bisa disalurkan dan dimampatkan kedalam sebuah benda atau bangun ruang. Seperti contoh nyata dari kompresor pemindahan yang paling umum dan sederhana adalah pompa ban untuk sepeda atau mobil seperti terlihat dalam gambar 14 dan gambar 15 cara kerjanya adalah sebagai berikut : jika udara ditarik keatas, tekanan silinder pompa dibawah torak akan menjadi negatip ( lebih kecil dari tekanan atmosfer ).

Sehingga udara akan masuk melalui celah katup isap. Katup ini terbuat dari kulit dipasang pada torak, yang sekaligus berfungsi juga sebagai perapat torak. Kemudian jika torak ditekan kebawah, volume udara yang terkurung dibawah torak akan mengecil sehingga tekanan akan naik. Katup isap akan menutup dengan merapatkan torak dan dinding silinder. Jika torak ditekan terus, volume akan semakin mengecil dan tekanan didalam silinder akan naik melebihi tekanan didalam ban. Pada saat ini udara akan terdorong masuk kedalam dan melaui pentil ( yang berfungsi sebagai katup keluar ), maka tekanan didalam ban akan semakin bertambah besar.

Pada kompresor yang sesungguhnya torak tidak digerakkan dengan tangan melainkan dengan motor melalui engkol. Dalam hal ini katup isap dan katup keluar dipasang pada kepala silinder. Adapun sebagai penyimpan energi dipakai tanki udara. Tanki ini dapat dipersamakan dengan ban pada pompa ban. Udara yang dimampatkan oleh kompresor melalui putaran poros engkol torak ditarik kebawah kemudian didalam silinder terjadi tekanan negative ( tekanan dibawah atmosfer ) dan melalui katup isap yang terbuka udara masuk kedalam. Kemudian saat torak bergerak dari titik mati bawah ( TMB ) ketitik mati atas ( TMA ) katup isap tertutup dan udara didalam silinder terjadi pemampatan kemudian katup keluar akan terbuka oleh tekanan udara atau gas didalam silinder dan udara atau gas akan keluar masuk kedalam tanki kompresor melaui saluran pipa sebagai penghantar udara / gas. Demikian proses tersebut terjadi berulang- ulang dalam jangka waktu tertentu sampai udara didalam tanki kompresor mencapai titik tekanan yang telah ditentukan, dan kompresor akan berhenti bekerja.

Jumlah udara yang masuk dalam kompresor ( Vu ) dapat kita hitung dengan menggunakan rumus :
Vu = V2 - Vc .......................................................... ( 10 )
Dimana :
Vc = Volume Clearance
Vc = 5% x VL .................................................... ( 11 )
Dimana :
VL = Volume Langkah
Untuk mengetahui volume akhir ( V2 ) dapat menggunakan persamaan
( P1.V1 )k = ( P2.V2 )k .......................................... ( 12 )
Dimana :
P1 = Tekanan Awal ( kg/ cm2 )
P2 = Tekanan Akhir ( kg/ cm2 )
V1 = Volume Awal (cm3 )
V2 = Volume Akhir (cm3 )
K = Eksponen adiabatic ( dipakai = 1,4 )

Langkah yang diperlukan untuk mengisi tanki ( n ) dapat kita hitung dengan menggunakan rumus :
N = Vt ............................................................. ( 13 )
Vu
Bentuk tanki kompresor pada sisi samping sebenarnya mempunyai lengkung invalut, akan tetapi karena diameter lengkung invalut tersebut terlalu besar maka dianggap tidak ada lengkung sehingga bentuk tanki kompresor adalah silinder tabung. Karena itu volume tabung dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Vt = Luas alat x tinggi
Vt = π r2 x Lt ..................................................... ( 14 )

Dimana :
Vt = Volume Tanki (cm2 )
r = Jari- jari (cm )
Lt = Panjang Tanki (cm )

Kemudian waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ( t ) tabung sampai titik tekanan yang telah ditentukan ( 10k kg/ cm2 ) dapat kita hitung dengan rumus :
t = n ............................................................. ( 15 )

n1 
Dimana
t = Waktu yang dibutuhkan ( menit )
n = Jumlah langkah torak
n1 = Putaran puly/ menit ( 1000 rpm )
kita juga dapat menghitung tebal tanki yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus :
S = P x d ............................................................. ( 16 )
2τt
Dimana :
S = Tebal tanki
P = Tekanan dari dalam ( 7 kg/ cm2 )
d = Diameter silinder
τt = Tegangan tarik yang diperbolehkan (dipakai : 875 kg/ cm2)

Dimana bahan plat dari silinder tabung diambil dari st.35 dengan besarnya tegangan tarik yang diperolehkan sebesar 875 kg/ cm2 .

Gaya yang bekerja pada tanki ( F ) adalah :
F = P x d ............................................................. ( 17 )
Dimana :
P = Tekanan dari dalam ( 7 kg/ cm2 )
d = Diameter tanki

maka gaya yang bekerja pada dinding tanki ( F1 ) adalah :
F1 = F ............................................................. ( 18 )

2 Tegangan yang terjadi pada tanki ( ot ) dapat dihitung dengan rumus :
Ot = F/2 = F/2 .................................................... ( 19 )
A txl

Dimana : 
A = t x L ............................................................. ( 20 )

Dimana :
t = Tebal tanki ( cm )
L = Panjang tanki ( cm )

TEORI LENGKAP KOMPRESOR Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar