A. Perencanan Produksi Agregat
1. Pengertian Perencanaan Produksi Agregat.
Perencanan produksi agregat merupakan suatu perencanan yang dibuat dari penjabaran rencana organisasi perusahaan, berdasarkan jangka waktu tertentu, berdasarkan hasil peramalan, kondisi dan situasi perekonomian umum, keadaan industri, dan aspek persaingan.
Proses menentukkan tingkat produksi dari suatu kelompok produk dalam jangka waktu tertentu dan disesuaikan dengan rencana perusahaan disebut perencanaan produksi menyeluruh (Aggregate Output Planning).
Definisi perencanaan agregat menurut Roger G. Schroeder (2000:159), “Operation Management” adalah sebagai berikut:
“Aggregate planning is concerned,concepts with matching supply and demand of output over the medium time range,up to approximatelly 12 months into the future.”
Sedangkan menururt Jay heizer dan Barry Render (1986:161), memberikan definisi Perencanaan Agregat sebagai berikut:
“Aggregate planning is concerned with determining the quantity and scheduling of production for the intermediate future,ussualy from 3 to 18 month a head.”
2. Tujuan Perencanaan Aggregate
Adalah menentukan tingkat output (produk) dalam jangka waktu menengah yang menghadapi berfluktuasinya permintaan atau terjadi ketidakpastian permintaan. Perencanaan agregat tidak hanya menentukkan tingkat output (produk). Tetapi juga menentukan sumber daya input (fasilitas produksi) yang digunakan.
Dalam Perencanaan Agregat fasilitas produksi diasumsikan tetap. Adam dan Ebert (1992:78), dalam bukunya “Production and Operation Management : Concept, Model, and Behaviour”, ada 3 tujuan dari suatu perencanaan agregat sebagai berikut:
- Aggregate plan has to provide the overall levels of output, inventory, and back logs dictated by the bussines plan.
- To use the fasility’s capacity in a manner consistents with organization’s strategy.
- Aggregate plan should be consistent with the company’s goals and policies regarding its employees.
Manajer Operasi / produksi dapat menentukan jalan terbaik untuk memenuhi perkiraan (ramalan) permintaan dengan cara menyesuaikan rata-rata produksi tingkat penggunaan tenaga kerja, tingkat persediaan, lembur, sub-kontrak dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Sebagai hasil dari Perencanaan Agregate adalah keputusan strategi yang hendak digunakan perusahaan untuk memperoleh suatu perencanan agregat menurut
Jay Heizer dan Barry render yaitu :
- Perusahaan membutuhkan ukuran penjualan dan output (produk) secara logis.
- Manajer operasi/produksi harus mampu meramalkan permintaan output dalam jangka waktu perencanan.
- Manajer operasi harus dapat menentukkan biaya-biaya yang relevan yang harus dikeluarkan dalam perencanaan agregat.
- Manajer operasi / produksi mengembangkan model perencanaan agregat yang merupakan kombinasi dari peramalan dan biaya sehingga keputusan penjadwalan yang baik dapat dibuat selama periode perencanaan.
Sedangkan menurut Norman Gaither (1986;397), Tujuan dari penyusunan Perencanaan Produksi Agregat adalah:
- It facilities fully loaded facilities and minimize over loading, their keeping production costs low.
- Adequated production capacity is provide to meet expected aggregate demand.
- Orderly and systematic transaction of production capacity to meet the peak and valley of expected costumer demand is facilitated.
- In time of scale produtive resurces, getting the most output for the amount of resources available in enhanced.
Sedangkan tujuan utama dari Perencanan Produksi Aggregate menurut Norman Gaither (1986:397) adalah:
- Provide enough production capacity to satisfy market demand.
- Keep production costs low.
Secara umum Perencanaan Produksi Agregat memberi pedoman bagi perusahaan dalam hal Penentuan Persediaan, Pemanfaatan kapasitas fasilitas perusahaan, serta pemanfaatan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek.
Perencanaan Produksi Agregat dibuat untuk menentukkan tingkat produksi dan persediaan pada suatu jangka waktu tertentu sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen dengan biaya produksi yang efesien.
3. Langkah-langkah Perencanaan Produksi Agregat.
Langkah-langkah proses Perencanaan Produksi Agregat menururt Lee J. Krajewski dan Larry P.Ritzman (1996:599), “Operation Management Strategy And Analysis ” adalah sebagai berikut:
- Determining demand requirements.
- Identifying alternatives, constrain,and costs.
- Preparing and acceptable plan.
- Implementing and updating the plan.
1. Determining Demand Requirements.
Langkah pertama adalah menentukkan jumlah permintaan untuk setiap periode perencanaan yang akan datang dengan menggunakan suatu metode peramalan.
2. Identifying Alternatives , constraints, and costs
Langkah kedua adalah mengidentifikasi alternatif, batasan, dan biaya untuk perencanaan. Disarankan untuk menggunakan alternatif yang bersifat reaktif dahulu pada perusahaan agregat dibanding dengan alternatif yang bersifat agresif.
Alternatif Perencanaan Reaktif adalah tindakan yang diambil untuk menyesuaikan jumlah produksi dengan jumlah permintaan yang sudah ada, sedangkan mengatur atau mempengaruhi pola permintaan. Alternatif perencanaan reaktif yang dapat dilakukan oleh manager operasi dalam memenuhi permintaan adalah dengan mengatur jumlah harga kerja lembur, persediaan dan sub-kontrak.
Hubungan disini menggambarkan keterbatasan fisik (physical limitationus) dan kebijaksanaan manajerial (managerial polities) yang berhubungan dengan perencanaan agregat. Contoh dari keterbatasan fisik antara lain adalah kapasitas mesin dan tempat penyimpanan persediaan yang terbatas sedangkan kebijaksanaan manajerial diantaranya adalah keterbatasan pada jumlah backordering, tingkat persediaan minimal yang diperlukan untuk mencapai safety stock yang diinginkan.
Pemilihan perencanaan produksi agregat dan beberapa strategi yang dilakukan didasarkan atas biaya produksi yang paling minimal. Biaya yang harus dipertimbangkan adalah :
a. Biaya Jam Kerja Normal
Biaya ini mencangkup upah jam kerja normal yang diberikan ditambah berbagai tunjangan seperti: tunjangan kesehatan, tunjangan sosial dan cuti-cuti tertentu.
b. Biaya Kerja Lembur.
Biaya lembur adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk meningkatkan kapasitas dengan melakukan penambahan jumlah jam kerja.
c. Biaya Penarikan dan Penghentian Tenaga Kerja.
Biaya penarikan termasuk biaya pencarian, penyaringan, dan pelatihan yang dibutuhkan karyawan agar dapat melakukan tugasnya secura produktif. Sedangkan biaya penghentian termasuk biaya pesangon dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penghentian seorang tenaga kerja.
d. Biaya Penyimpanan Barang Jadi.
Biaya ini termasuk biaya modal yang tertanam dalam persediaan, biaya gudang, biaya asuransi, serta biaya lain yang berkaitan dengan produk jadi.
e. Biaya Backorder dan Stockout Costs.
Biaya ini termasuk biaya keuntungan penjualan dan biaya kemungkinan kehilangan pelanggan yang beralih ke pesaing pada masa yang akan datang kadang-kadang disebut (loss of goodwill).
3. Preparing an Acceptable plan.
Pengembangan suatu rencana yang baik merupakan suatu proses berulang-ulang, perencanaan mungkin memerlukan beberapa revisi dan penyesuaikan. Rencana produksi tersebut merupakan rencana dengan priode waktu bulanan yang mencangkup tingkat produksi bulanan, akumulasi persediaan , produksi dari sub-kontrak dan tenaga kerja bulanan. Rencana tersebut kemudian harus ukur dengan batasan-batasan dan dievaluasi jika rencana ini tidak sesuai maka dikembangkan rencana yang baru,jika menajemen menilai rencana yang dikembangkan telah sesuai maka rencana tersebut akan diterapkan.
4. Implementating and updating the plan.
Langkah terakhir adalah implementasi dan pembaharuan rencana agregat. Implementasi memerlukan komitmen dari para manajer. Para manajer dapat memberikan rekomendasi perubahan rencana selama implementasi atau pembaharuan untuk menjadi lebih baik.
B. Strategi Perencanaan Produksi Agregat
Adanya fluktuasi permintaan terhadap produk mengakibatkan perusahaan harus memilih strategi-strategi di dalam perencanaan produksinya. permintan terhadap produk mengakibatkan perusahaan harus memilih strategi-strategi di dalam perencanaan produksinya. Permintaan yang relatif stabil tidak akan menimbulkan masalah serius dalam merencanakan kapasitas tenaga kerja dan bahan karena tingkat produksi direncanakan secara stabil.
Menururt Adam dan Evert (1992:382-383), terdiri dari 3 strategi dasar dalam Perencanaan Produksi Agregat, yaitu Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Persediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja.
“ Several short term capacity adjustment can be used to absortb monthly demand fluctuation.Common in make to stock organization are three of these adjustment:work force size,inventories and work force utilization. Any of these can be varied to meet demand variation without consideration of the other two ( Thus they can be strategies). Usually however,some combination of the three is better then using just one.”
Ketiga strategi pokok yang dapat dilaksanakan adalah:
- Vary the number of production employee in respon to varying output requirement.
- Maintain a consistant work force size but very the utilization of the work force.
- Vary the size of inventory in response to varying demand.
1. Vary the number of production employee in response to varying output requirement.
Strategi ini menyatakan bahwa perusahaan dapat menyesuaikan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja perbulan, yang disesuaikan dengan jumlah permintaan. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki data historis sehingga dapat diketahui produktivitas rata-rata pertenaga kerja. Jadi apabila sewaktu-waktu output yang diminta perbulan menurun maka perusahaan dapat mengurangi jumlah tenaga kerja.juga sebaliknya, apabila output perbulan meningkat, maka perusahan dapat menambah jumlah tenaga kerja.
Namun strategi ini memiliki kelemahan, dimana dengan diadakan penyesuaian jumlah tenaga kerja maka akan memerlukan tingginya biaya rekrutmen dan PHK, selain itu juga adanya kesulitan untuk mencari tenaga kerja dengan keahlian yang cukup pada saat dibutuhkan. Strategi ini juga dapat menyebabkan rendahnya loyalitas karyawan terhadap perusahaan, timbulnya reaksi mengalir dari lingkungan perusahaan atas tindakan hiring dan laid-off yang ada.
2. Maintain a consistant work force size but very the utilization of the work force.
Pada strategi ini perencanaan produksi dibuat sesuai dengan permintaan, perusahaan menggunakan jumlah tenaga kerja yang tetap dan disertai dengan pengawasan terhadap permintaan dengan cara mengurangi atau menambah jam kerja. Strategi ini memiliki keunggulan dalam penurunan biaya perekrutan dan pemecatan, tetapi strategi ini dapat menimbulkan biaya lembur. Jam kerja memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja, kualitas, dan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Vary the size of inventory in response to varying demand.
Pada strategi ini, persediaan barang jadi digunakan sebagai antisipasi terhadap permintaan yang berfluktuasi. Jumlah tenaga kerja yang ada dipertahankan agar jam kerja lembur maupun waktu menganggur dapat dihindari selama masa tertentu. Dengan memproduksi pada tingkat yang tetap, pada waktu permintaan rendah maka persediaan barang jadi terakumulasi, sedang jika permintaan melebihi kapasitas produksi, akan di penuhi dari persediaan tersebut. Strategi ini menghasilkan tingkat persediaan yang berfluktuasi selama jangka waktu perencanaan. Adapun keunggulan dari strategi ini adalah pemakaian tenaga kerja tetap tidak ada lembur atau pun idle time . Tetapi strategi ini memiliki kelemahan, antara lain munculnya biaya penyimpanan persediaan, biaya penanganan material, dan lainya yang diakibatkan karena adanya jumlah persediaan yang tinggi dan berfluktuasi.
Selain itu, menurut Jay Heizer dan Barry Render (1996:508 - 510), ada beberapa strategi untuk mengatasi masalah aggregate Planning. Strategi-strategi tersebut di bagi dalam dua sisi :
1. Capacity option.
1.1 .Changing inventory level.
1.2 .Varying work-force size by hiring and layoffs
1.3 .Varying production rates throught overtime and idle time.
1.4 .Sub-Contract.
1.5.Using part-time workers.
1. Changing inventory level.
Salah satu cara untuk memenuhi permintaan yang tinggi dimasa yang akan datang adalah dengan menaikkan persediaan selama periode permintaan yang rendah. Penggunaan strateg ini meningkatkan biaya yang berhubungan dengan penyimpanan, asuransi, kerusakan, dan modal yang diinvestasikan tetapi ketika perusahaan memasuki proses permintaan yang meningkat, kekurangan persediaan dapat menyebabkan kehilangan penjualan karena pelayanan pelanggan kurang.
2. Varying work-force size by hiring and layoffs.
Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan menaikkan dan memberhentikan pekerja untuk menyesuaikan dengan tingkat produksi, tetapi sering pekerja yang baru dilatih belum terbiasa sehingga produktivitas rata-rata menurun sementara ketika mereka bekerja pada perusahaan. Pemberhentian atau pemecatan pekerja dapat menyebabkan moral pekerja rendah.
3. Varying production rates throught overtime and idle time.
Strategi ini dapat berubah-ubah jam kerja untuk menyesuaikan dengan perubahan permintaan. Upah lembur memerlukan tambahan biaya, dan jam lembur yang terlalu lama akan menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun.
4. Sub-Contract.
Perusahaan dapat menangani periode permintaan yang meningkat dengan mengadakan sub-kontrak beberapa pekerjaan kepada perusahaan lain. Dalam melakukan sub-kontrak perusahaan mempunyai beberapa kendala, diantaranya : biaya mahal, berisiko membuka jalan bagi klien kepada pesaing, dan sulit untuk mencari perusahaan yang dapat menghasilkan produk dengan kualitas dan waktu yang tepat.
5 .Using part-time workers.
Pekerja paruh waktu dapat mengisi posisi pekerja yang tidak terlatih terutama dalam sektor jasa. Penyewaan pekerja paruh waktu biasanya sangat cocok dipakai di Supermarket, Toko dan Restaurant.
6. Influencing demand.
Saat periode permintaan rendah, perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan permintaan dengan iklan, promosi, personal selling, dan pemotongan harga. Cara-cara yang dilakukan perusahaan tidak selalu berhasil, tetapi dapat digunakan untuk menyeimbangkan permintaan dengan tingkat produksi.
7. Back ordering.
Back orders adalah pesanan kembali atas dan jasa yang diproduksi perusahaan tetapi tidak dapat memenuhi pada saat itu. Backorder dilakukan hanya jika pelanggan mau menunggu keterlambatan pesanan
8. Counter seasonal product workers.
Perusahaan berusaha membuat beberapa produk yang dijual dalam musim berlawanan. Penggunaan strategi-strategi ini tergantung dari situasi dan keadaan yang dihadapi oleh perusahaan yang akan menggunakannya, sehingga suatu modal perencanaan yang cocok bagi suatu perusahaan belum tentu cocok bagi perusahaan yang lain. Selain itu juga kondisi perusahaan berubah perlu dilakukan penyesuaian kembali strategi yang digunakan.
G Biaya Produksi
1. Pengertian Biaya
Dalam kegiatan produksi untuk mengubah input menjadi output, perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output. Produksi menunjukkan jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang hasilkan, sedangkan biaya produksi menunjukkan pada biaya perolehan input tersebut (nilai uangnya). Biaya produksi penting peranannya bagi perusahaan untuk menentukan jumlah output.
Menurut Mulyadi (1999:8), pengertian biaya dalam arti luas adalah :
“ Pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”
2. Biaya Produksi
Dalam perusahaan manufaktur, ada dua kelompok biaya: Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, Mulyadi, (1999:17).
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku, biaya bahan pendukung / penolong biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi menurut objek pengeluaran.
3. Jenis-jenis Biaya Produksi.
Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan bagian yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi bahan baku yang diolah dalam suatu perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri. Dalam banyak industri, biaya bahan baku merupakan bagian terpenting dari seluruh biaya produksi.Tapi pada industri tertentu biaya bahan baku saja tidak material jumlahnya, bahkan bisa jadi tidak memerlukan pengorbanan untuk mendapatkanya. Bahan merupakan komponen utama yang diolah menjadi produk selesai dalam setiap proses produksi. Atau bisa dikatakan sebagai bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
Biaya Tenaga kerja langsung.
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau metode yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja merupakan elemen biaya yang penting pada tahap pengkonsumsian bahan baku menjadi produk akhir tersebut. Biaya tenaga kerja langsung meliputi gaji,upah dan macam-macam tunjangan yang dibayarkan kepada karyawan. Untuk menghitung harga pokok produk, biaya tenaga kerja yang temasuk biaya produksi dikelompokkan kedalam kategori langsung dan tak langsung. Biaya tenaga tenaga kerja yang termasuk biaya produksi diklasifikasikan kedalam kategori langsung dan tak langsung. Biaya tenaga kerja langsung dibebanan secara langsung kepada setiap produk yang dihasilkan, sedangkan biaya tenaga kerja tak langsung dikumpulkan sebagai elemen biaya overhead pabrik dan dibebankan kepada produk melalui berbagai tahap alokasi.
Menurut Mulyadi (1993:14), biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut:
” Batas jasa yang diberikan pengolahan kepada tenaga kerja langsung dan juga manfaatnya dapat diidentifikasikan bagi produk tertentu.”
Biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik terdiri dari berbagai macam biaya, baik yang memerlukan maupun yang tidak memerlukan pengeluaran pada saat terjadinya biaya.
Dengan kata lain semua biaya produksi yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung yang bersifat tidak langsung.
Menurut Mulyadi (1973:14), biaya Overhead Pabrik adalah sebagai berikut:
”Biaya produksi yang tidak dapat ditentukan secraa langsung kepada produk, yaitu semua biaya produk diluar biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung.”
H. Biaya Perencanaan Produksi Agregat.
Pemilihan biaya perencanaan produksi agregat dilakukan atas dasar biaya yang paling minimal. Biaya produksi yang dihitung, haruslah biaya produksi yang relevan saja.
Pengertian biaya relevan menurut Horngren, Foster, Datar (2000:378) adalah sebagai berikut:
“ Relevan costs are those expected future costs that differ among alternative courses of action.”
Sedangkan menurut Fogarty, Blackstone, dan Hoffmann (1991:182), adalah sebagai berikut :
“Relevan cost are cost that are incurred because of a decision.”
Jadi biaya relevan disini adalah suatu biaya yang akan terjadi diakibatkan adanya keputusan untuk memilih suatu alternatif.
Biaya-biaya yang berkaitan dengan Perencanaan Agregat menurut Roger G.Schroeder (1993:447), adalah sebagai berikut:
- Hiring and Layoff costs.
- Overtime and Undertime costs.
- Inventory-Carrying costs.
- Sub-Contracting.
- Part time Labor cost.
1. Hiring and Layoff Costs.
Biaya hiring meliputi biaya perekrutan, penyaringan dan pelatihan tenaga kerja baru agar menjadi tenaga kerja yang produktive sepenuhnya. Semakin tinggi keahlian yang diperlukan semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan. Sedangkan biaya penghentian (Layoff) meliputi biaya PHK, tunjangan pekerjaan dan sebagainya.
2. Overtime and Undertime Costs.
Biaya jam kerja lembur biasanya lebih besar dari biaya jam kerja reguler. Sedangkan biaya jam kerja reguler dilihat dari penggunaan tenaga kerja yang berkurang dari produktivitas penuh.
3. Inventory - Carrying cost.
Merupakan biaya penyimpanan persediaan barang jadi yang meliputi biaya modal yang tertanaman dalam persediaan, biaya kerusakan barang dalam persediaan, biaya asuransi persediaan, dan lain-lain. Biaya persediaan sering dinyatakan dalam persentase dari nilai barang yang disimpan dan tergantung pada banyaknya unit barang yang disimpan.
4. Sub Contracting costs.
Biaya sub-kontrak adalah biaya yang harus di bayarkan kepada sub-kontraktor yang menghasilkan sejumlah satuan produk yang diinginkan, biasanya biaya sub kontrak lebih besar dari biaya produksi itu sendiri.
5. Part- Time labor Costs.
Biaya pekerja paruh waktu biasanya lebih murah dari pekerja tetap, karena pekerja paruh waktu tidak mendapatkan tunjangan.
6. Costs of Stockout or Backorder.
Biaya kekurangan persediaan atau pengiriman yang terlambat dapat menyebabkan berkurangnya pelayanan konsumen. Biaya ini sulit diukur tetapi dapat di tentukan dengan hilangnya kepercayaan konsumen.
0 komentar:
Posting Komentar