ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, PENELITIAN DAN STATISTIK
A. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN PENELITIAN Dalam Repelita I kegiatan penelitian diselenggarakan oleh beberapa lembaga penelitian yang telah berdiri pada waktu itu, antara lain LIPI, BATAN, LAPAN, BAKOSURTANAL, BPS serta sejumlah Departemen dan Perguruan Tinggi yang telah mempunyai unit penelitian. Titik berat kegiatan lembaga-lembaga penelitian diletakkan pada konsolidasi intern lembaga dan usaha peningkatan kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing, khususnya peningkatan tenaga manusia (jumlah dan mutu), saran, prasarana dan lain sebagainya. Menjelang Repelita II, dalam kabinet Pembangunan II ditetapkan adanya Menteri Negara Riset dengan Keppres No. 9 Tahun 1973. Dalam Repelita II konsolidasi lembaga-lembaga penelitian ditingkatkan dan diletakkan dasar-dasar untuk koordinasi dan kerjasama antar lembaga penelitian, baik di dalam negeri maupun dengan luar negeri. Dalam bulan Oktober 1976 didirikan Proyek Pembangunan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) sebagai Program Utama Nasional di bawah pengarahan dan koordinasi langsung Menteri Negara Riset.
Dalam Repelita III, peranan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang pembangunan nasional lebih ditingkatkan lagi. Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 menegaskan bahwa kebijaksanaan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Repelita III, diarahkan kepada pengembangan kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan serta prioritas pembangunan.
Berdasarkan kebijaksanaan dasar tersebut ditetapkan Program-program Utama Nasional Ristek sebagai pedoman/arah bagi semua program/proyek Ristek di Indonesia, yaitu Program Utama Nasional Ristek di bidang Kebutuhan Dasar Manusia, Sumber Alam dan Energi, Industrialisasi, Pertahanan dan Keamanan, serta di bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Falsafah, Hukum dan Perundang-undangan. Untuk memonitor, mengevaluasi dan merumuskan program-program utama nasional itu didirikan Team Perumus dan Evaluasi Program-program Utama Nasional (Team Pepunas) Ristek yang merupakan unit organisasi non struktural dan langsung berada di bawah Menteri Negara Ristek.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan nasional tersebut di atas dimana kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi ma-kin ditingkatkan, maka dalam Kabinet Pembangunan III fungsi Menteri Negara Riset diperluas menjadi Riset dan Teknologi. Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan teknologi (LPND Ristek, Litbangdep, Litbang Perguruan Tinggi dan Badan Usaha Negara) lebih dimantapkan dan di samping itu didirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Dalam Repelita IV, kebijaksanaan Nasional Ristek merupakan kelanjutan dan peningkatan dari kebijaksanaan nasional Ristek Repelita III. Khususnya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 memberikan arah kebijaksanaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian sebagai berikut :
- Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditujukan pada peningkatan kemampuan nasional dalam ilmu dan teknologi yang diperlukan dalam pembangunan, sesuai dengan kebutuhan serta prioritas pembangunan.
- Dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta hasil-hasil penelitian bagi pembangunan, terus ditingkatkan iklim yang menggairahkan bagi tenaga peneliti, kegiatan penelitian dan pengembangan ilmunya. Cabang-cabang ilmu yang penting tetapi yang kurang peminatnya perlu diberi perhatian khusus dengan mengambil langkah-langkah pyata untuk mengembangkannya.
- Lembaga-lembaga penelitian lebih ditingkatkan dayaguna dan partisipasinya dalam pembangunan dan pemecahan masalah-masalah yang mendesak, dengan meningkatkan pendekatan penelitian secara interdisiplin, terpadu dan operasional. Di samping itu lebih ditingkatkan jaringan informasi ilmiah termasuk kepustakaan, kearsipan dan kestatistikan, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya dalam pelaksanaan pembangunan.
- Kemampuan lembaga penelitian di dalam maupun di luar lingkungan perguruan tinggi lebih ditingkatkan melalui peningkatan peralatan dan mutu maupun jumlah tenaga penelitinya. Selanjutnya perlu dikembangkan sistem penghargaan.yang lebih sepadan bagi hasil karya ilmiah yanmanfaat bagi ilmu pengetahuan serta berguna untuk pembangunan.
- Dalam mendorong kegiatan pembangunan perlu dilanjutkan peningkatan efisiensi serta pemanfaatan teknologi yang tepatguna, termasuk teknologi tradisional, dengan meneliti secara seksama teknologi yang akan dipilih sehingga dapat menunjang usaha peningkatan produksi, perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan, serta pemeliharaan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.
2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah
Dalam rangka pelaksanaan seefektif dan seefisien mungkin penggarisan yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara, maka dalam Repelita III telah diadakan suatu Pola Dasar Kebijaksanaan Nasional dalam bidang Riset dan Teknologi, yang dikenal sebagai Program-program Utama Nasional dalam bidang Riset dan Teknologi (PUNAS - RISTEK).
Budaya, Hukum dan Perundangundangan.
Sejak awal Repelita IV, MenRistek dibantu oleh suatu De-wan Riset Nasional yang memonitor kegiatan-kegiatan dari berbagai lembaga penelitian dalam rangka PUNAS RISTEK tersebut. Koordinasi pelaksanaan penelitian lintas sektoral dan lintas instansi ini, membantu penyempurnaan tatanan kelembagaan riset dan teknologi, maupun peningkatan kemampuan lembaga-lembaga penelitian di dalam negeri. Dewan Riset Nasional merupakan suatu organisasi non-struktural yang membantu Menteri Riset dan Teknologi dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi-fungsinya.
3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan
Sejak Repelita I, pelaksanaan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengutamakan peningkatan baik jumlah maupun mutu para peneliti dan teknisi, pengadaan sarana dan prasarana riset dan teknologi, peningkatan sistem informasi ilmiah, dan popularisasi ilmu pengetahuan, riset dan teknologi bagi masyarakat luas, terutama kaum remaja.
Pertambahan jumlah serta peningkatan kualitas dari para peneliti ilmuwan dan tenaga riset dan teknologi lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dilaksanakan dengan memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di dalam negeri.
Jumlah tenaga peneliti, khususnya dari LIPI, LAPAN, BATAN, BAKOSURTANAL DAN BPPT, yang menjalani pendidikan lanjutan dalam Repelita III dan awal Repelita IV pada umumnya telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita II. Untuk berbagai tingkat pendidikan (doktor, magister, sarjana, kursus dan pendidikan khusus) yang di dalam negeri, dalam tahun 1978/79 tercatat 925 orang dan dalam tahun 1983/84 sebanyak 2.556 orang serta 1.753 orang dalam tahun 1984/85 (Tabel XVII-1). Sedangkan untuk pendidikan di luar negeri, tercatat 94 orang dalam tahun 1978/79 dan 238 orang dalam tahun 1983/84, serta meningkat lagi menjadi 573 tenaga dalam tahun 1984/85 (Tabel XVII-2). Khusus dalam tahun 1984/85 nampak adanya pengalihan titik berat dari pendidikan di dalam negeri ke luar negeri yang akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV.
Dalam Repelita I, II, dan III serta tahun 1984/85 secara bertahap telah diadakan berbagai prasarana dan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendorong kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
- Sebagai fasilitas dalam bidang penelitian nuklir bagi BA-TAN telah selesai dibangun biological shielding reactor, laboratorium instrumentasi, radio kimia, pengolahan sampah nuklir di Yogyakarta, gedung-gedung laboratorium untuk standardisasi dan pengolahan nuklir di Jakarta, serta pembangunan tahap I reaktor serba guna PUSPIPTEK di Serpong. Dalam Repelita II telah diselesaikan pembangunan reaktor atom Kartini di Yogyakarta yang dipergunakan untuk pro-gram pendidikan dan latihan bagi para ahli dan teknisi nuklir Indonesia. Gedung ini antara lain dipergunakan pula untuk pendidikan dalam bidang nuklir untuk kawasan ASEAN dan Asia Tenggara bekerja disamping itu di Bandung telah dibangun reaktor atom yang ditujukan pada kemampuan produksi radio isotop. Telah pula diselesaikan studi kelayakan berupa rancangan suatu Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jawa Tengah.
- Sarana penelitian di PUSPIPTEK/Serpong yang telah siap dibangun dan yang sudah mulai berfungsi ialah Laboratorium Uji Konstruksi (LUK), Laboratorium Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi (KIM), sedangkan reaktor serba guna tahap I masih dalam tahap pembangunan. Kelompok reaktor ini terdiri dari laboratorium radio-isotop, laboratorium elemen bakar reaktor dan pengolahan limbah radioaktif. Pembangunan kompleks penelitian di Serpong ini dimulai tahun 1976 dengan tanah aeluas 344,6 ha. Di samping sarana pengolahan nuklir yaitu reaktor serba guna, dibangun pula laboratorium uji konstruksi yang mulai beroperasi dalam tahun 1984 di samping laboratorium kalibrasi dan instrumentasi yang mulai beroperasi pada tahun yang sama. Selanjutnya perencanaan terperinci telah dimulai untuk laboratorium aerogasdinamika dan getaran, laboratorium sumber daya energi, laboratorium elektroteknika, laboratorium fisika terapan dan laboratorium kimia terapan. Laboratorium Uji Konstruksi (LUK) telah mampu mengadakan berbagai kegiatan seperti : penelitian analisasi tegang eksperimental, penelitian metalografi dan fotografi, penelitian/uji rangkak, uji logam secara statis, uji logam secara dinamis, uji komponen dinamis dan uji komponen dan konstruksi dinamis serta penelitian steering force.
- Selain itu dalam Repelita III untuk LIPI telah dibangun gedung bagi penelitian ilmu-ilmu sosial dan sedang dirancang pembangunan sarana penelitian bioteknologi di Cibinong (Jawa Barat). Penyebaran dokumentasi dan informasi ilmu pengetahuan dan ristek telah ditingkatkan oleh lem-baga Pusat Dokumentasi dan Informasi Nasional.
- Sarana penelitian dalam bidang pemetaan telah pula ditingkatkan, sehingga semenjak awal Repelita III BAKOSURTANAL telah mampu membuat berbagai jenis peta (termasuk jenis tematik) untuk berbagai keperluan perencanaan pembangunan. Proses pemetaan ulang dari Indonesia sendiri dilanjutkan secara bertahap mengingat luasnya tanah air Indonesia dan perubahan berbagai kondiai geografik dan topografik serta lahan. Kegiatan pemetaan merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan terus menerus. Dengan peningkatan sarana dan kemampuan pemetaan darat maupun pemetaan laut di Indonesia terbinalah suatu bidang ilmu pengetahuan baru di Indonesia, khususnya pengembangan ilmu geografi.
- Semenjak Repelita I dan terutama dalam Repelita II dan Repelita III sarana pengembangan ilmu kedirgantaraan telah mengalami banyak kemajuan. Dalam Repelita III telah berhasil dibangun baik stasiun bumi yang dikaitkan dengan satelit cuaca maupun stasiun bumi yang dikaitkan dengan satelit sumber daya alam. Dengan adanya stasiun-stasiun bumi penerima isyarat-isyarat satelit-satelit khusus ini, informasi tentang cuaca maupun sumber daya alam dapat dipergunakan secara lebih cepat untuk keperluan praktis, seperti penentuan alur penerbangan yang aman apabila ada gunung meletus di suatu daerah, ataupun perencanaan pengolahan sumber daya alam untuk keperluan pembangunan ekonomi. Dalam tahun pertama Repelita IV telah dimulai. usaha-usaha pendidikan para perencana dari berbagai propinsi (BAPPEDA) untuk diperkenalkan dengan teknologi baru dalam arti interpretasi data dalam rangka perencanaan regional. Wilayah yang telah siap berbagai jenis datanya ialah pulau Sumatera, sedangkan untuk pulau-pulau lainnya akan diselesaikan baik peta-peta tematik maupun peta topografiknya.
- Suatu hasil mandiri berdasarkan pengolahan dana secara baik dan efisien telah dilakukan oleh LEN/LIPI. Sebagai hasil peningkatan kemampuannya untuk membangun pemancarpemancar untuk keperluan siaran televisi dan radio, maka telah dibangun sebanyak 90 pemancar di sepanjang daerah perbatasan Indonesia.
- Berbagai peningkatan sarana penelitian dalam bidang bioteknologi untuk energi telah dimulai di Lampung dengan pengadaan sarana pendidikan dan penelitian, masing-masing di Sulusuban dan Tulang Bawang. Saran penelitian ini mengkhususkan diri dalam memperoleh energi bahan bakar dari singkong dalam bentuk ethanol. Peneliti dan perancang serta pembangunan dari pabrik ethanol itu sendiri dibuat oleh tenaga-tenaga dalam negeri.
- Untuk menunjang kegiatan-kegiatan penelitian diperlukan pula kesadaran masyarakat yang menghargai dan menghayati pentingnya kegiatan ini, khususnya di kalangan generasi muda yang akan mengisi kesempatan kerja yang mulai tersedia. Untuk itu dilaksanakan berbagai kegiatan pengenalan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembinaan partisipasi para remaja. Beberapa kegiatan terse-but ialah peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi di Mataram, Palembang, Tanjung Karang, Pontianak dan Surabaya, kegiatan latihan perkemahan alam remaja dalam rangka mengikuti proses gerhana matahari di Indonesia tahun 1983, kegiatan Widya Wisata Pers dan Widya Wisata Remaja Bahari, penataran penulisan ilmiah popular, penataran bagi pengajar ilmu pengetahuan dan matematika, latihan dan pengenalan metodologi penelitian bagi guru, temu pendapat organisasi profesi ilmiah, berbagai kegiatan ceramah dan diskusi serta peliputan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui siaran radio dan televisi. Selanjutnya, beberapa kegiatan untuk memasyarakatkan'ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya untuk mengajak remaja sedini mungkin menaruh perhatian pada bidang-bidang ini ialah penyelenggaraan Lomba Karya Ilmiah bagi remaja dan pemuda di bawah umur 21 tahun dan penyebaran berbagai media cetak/terutama majalah. Berbagai majalah ilmiah telah diterbitkan baik dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, maupun bidang-bidang antar-disiplin (umum) serta data tehnis lainnya. Beberapa terbitan di antaranya ialah Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Masyarakat Indonesia, Treubia, Bio-Indonesia, Alam Kita, Buletin Kebun Raya, Pewarta Lembaga Biologi Nasional, Oseanologi Indonesia (dengan terbitan terpilih dalam bahasa Inggris: Marine Research in Indonesia dan Oceanographical Cruise Report), Pewarta Oseana, Instrumentasi, Metalurgi, Komunika dan lain-lain.
- Dalam rangka meningkatkan komunikasi antar ilmuwan serta peningkatan koordinasi penelitian, dalam Repelita II dan III telah diadakan dua kali kongres ilmu pengetahuan nasional (KIPNAS), yang hasil-hasilnya sangat bermanfaat membantu dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan penelitian/ ilmu pengetahuan dan teknologi antar instansi/departemen.
- Suatu jenis kegiatan yang sangat penting dalam memasuki tahap industrialisasi ialah kegiatan penelitian instrumentasi dan standardisasi peralatan maupun mutu. Kegiatan standardisasi mempunyai arti yang penting terutama untuk sektor industri di samping untuk usaha peningkatan ekspor non-minyak dan gas alam. Untuk itu telah dibentuk pengurus harian Dewan Standardisasi Nasional dengan tugas merumuskan kebijaksanaan standardisasi dan merencanakan program-program serta mengesyahkan baik standar-standar maupun penerapannya, dan mengadakan evaluasi terhadap kegiatan standardisasi di Indonesia.
Kegiatan standardisasi nasional meliputi 4 (empat) bidang, yaitu kegiatan pengadaan dan pelaksanaan standar, pengujian dan sertifikasi serta penyebaran dan usaha memperoleh informasi standardisasi internasional. Sebagai awal telah dimulai penyempurnaan lambang-lambang grafik listrik KBL, studi pengembangan sistem nasional untuk pengujian dan sertifikasi sebagai bahan pertimbangan, pengadaan Daftar Standar Indonesia 1983, sebagai revisi terhadap daftar standar tahun 1981 dan kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional seperti ISO dan IEC.
Selanjutnya dilaporkan secara ringkas penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dilaksanakan dalam tahun-tahun Repelita I, II dan III serta tahun 1984/85:
a. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bidang Kebutuhan Dasar Manusia (PUNAS - Ristek - I).
1) Program penelitian tenaga kerja dan transmigrasi
Dalam rangka menunjang kebijaksanaan perluasan dan pemerataan kesempatan kerja Serta peningkatan mutu dan perlindungan tenaga kerja, maka sejak awal Repelita III penelitian difokuskan pada penyebarluasan teknologi yang padat karya, dampak pengeluaran dan investasi pemerintah terhadap perluasan kesempatan kerja, penciptaan lapangan kerja, dan kebijaksanaan tenaga kerja dalam sektor informal.
Penelitian masalah tranemigrasi dalam rangka pelaksanaannya secara terpadu ditujukan untuk mengembangkan konsepsi dasar dan kebijaksanaan baik umum dan operasional maupun lintas sektoral, khususpya untuk mendukung pembinaan daerah transmigrasi agar pendapatan transmigran dapat meningkat.
Selanjutnya dalam tahun 1984/85 telah diadakan penelitian mengenai peranan wanita dalam pembangunan di Sumatera Barat, Jawa Timur dan Bali; penelitian profil tenaga kerja wanita dalam sektor informal di kotamadya Semarang; penelitian mengenai pendapatan dan kehidupan para petani karet di Sumatera Selatan; penelitian transmigran dan pola usaha tani di Sulawesi Tenggara, serta penelitian mengenai kondisi sosial-ekonomi dan pola pendapatan nelayan di Muncar (Jawa Timur), Semarang dan Jepara (Jawa Tengah).
Khusus dalam bidang ketenagakerjaan telah dilakukan 94 penelitian. Penelitian-penelitian tersebut antara lain mencakup : peranan kelembagaan dan partisipasi penduduk dalam pembangunan di Bali dan Jawa; kesempatan kerja di sektor konstruksi, masalah tenaga kerja di Jawa Timur; pasaran kerja dalam rangka penyediaan kebutuhan tenaga kerja terampil di Jawa Timur, kesempatan kerja golongan ekonomi terlemah dan tukang becak di daerah perkotaan di Jawa dan luar Jawa; peningkatan kesejahteraan buruh dan keluarga melalui perluasan kesempatan kerja anak-anak buruh; masalah pengembangan lembaga pasar kerja di Indonesia; kesempatan kerja, perlindungan dan perawatan buruh tani di Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat; tenaga kerja anak-anak dan buruh wanita di sub sektor industri rokok dan perusahaan batik; masalah anak putus sekolah; pengumpulan dan penyebarluasan teknologi yang sesuai; dan cara-cara produksi yang banyak menyerap tenaga kerja di bidang perikanan. Selain itu dalam tahun 1984/85 dilaksanakan penelitian keadaan tenaga kerja wanita di Indonesia; keadaan rumah tangga di Indonesia; penyerapan dan pembakuan data di bidang perselisihan perburuhan di DKI Jakarta; kesempatan kerja, perlindungan buruh tani di Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat; penyerapan dan pembakuan data di bidang AKAD/AKAN; penyerapan dan pembakuan data serikat buruh menurut lapangan pekerjaan (SBLP); penyerapan dan pembakuan data di bidang perselisihan perburuhan dan pengupahan, pengembangan pelaksanaan dan penampungan TKS, BUTSI; usaha-usaha untuk mendorong pengupahan barang-barang yang bersifat padat karya di bidang komoditi impor; penggunaan traktor mini di kabupaten Maros dan Sidrap (Sulawesi Selatan), Pulau Jawa dan Bali; perluasan kesempatan kerja melalui pemanfaatan musim senggang di bidang pertanian pangan; perluasan kesempatan kerja di sektor industri kecil/rakyat yang banyak menyerap tenaga kerja; masalah kesempatan kerja di sektor informal di daerah pedesaan; masalah kelembagaan dalam peningkatan pasar kerja; peningkatan efektifitas kegiatan balai latihan kejuruan (BLK) industri dan pertanian; peningkatan peranan lembaga buruh dan pengusaha dalam perlindungan tenaga kerja; teknik padat karya bagi penanaman modal; pengamatan penghapusan jaring trawl terhadap masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di Cilacap (Jawa Tengah); peranan lembaga buruh dan pengusaha dalam rangka perlindungan tenaga kerja; masalah kesempatan kerja dalam rangka pergeseran tenaga kerja di sub sektor industri rokok dan tekstil; masalah tenaga kerja muda dan jenis-jenis keterampilan yang menunjang pertumbuhan mini industrial estate (MIE); kebijaksanaan pengupahan di sektor industri dalam menciptakan hubungan perburuhan Pancasila, dan berbagai penelitian lainnya.
2) Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Teknologi Pangan.
Hasil-hasil penelitian dalam bidang pertanian dan pangan, semenjak Repelita I hingga kini telah banyak membantu tercapainya peningkatan hasil pertanian untuk berbagai bahan pangan dan komoditi lainnya.
Dalam 10 tahun terakhir telah dimasyarakatkan sebanyak 48 varitas padi dengan berbagai sifat yang sesuai dengan lahan irigasi, lahan kering, lahan pasang surut, lebak dan lahan berkadar garam tinggi. Dengan varitas-varitas unggul ini, potensi stabilitas produksi padi dalam berbagai kondisi lingkungan telah lebih terjamin. Sejak Repelita I sampai dengan akhir Repelita III, telah dilepas sejumlah varitas unggul baru (termasuk varitas pengenalan yang berpotensi produksi 4,5 - 6 ton/ha dan tahan terhadap hama wereng coklat). Varitasvaritas yang dilepas dalam Repelita III ialah antara lain Cisadane, Cimandiri, Ayung, Samara, Cipunegara, Barito, Krueng Aceh, Batang Agam, Sandang, Bahbolon, Sentani, Tondano, Citandui, Klara, Bogowonto, Porong, Singkarak, Mahakam serta Atomita I dan Atomita II. Demikian pula telah dilepas varitas IR-42, IR-50, IR-52, IR-46, IR-54 dan IR-56. Dalam tahun 1984 telah dilepas 6 varitas baru untuk padi, yaitu Batang, Ombilin, Kapuas, Arias, Ranau, Cikapundung dan Maninjau.
Beberapa usaha selanjutnya ialah pemanfaatan energi nuklir dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, meningkatkan sumber daya alam dan energi, dan kebutuhan bidang industri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, kegiatan irradiasi telah menghasilkan Atomita I dan Atomita II yang telah dicoba di berbagai daerah. Dalam musim tanam tahun 1984/85 telah diadakan penyebaran varitas Atomita I, antara lain di Jawa Barat di sawah-sawah seluas 1.124 ha, di Kalimantan Timur seluas 1 ha, di Sulawesi Utara seluas 5 ha, dan di Sulawesi Tengah seluas 1 ha. Selain itu, varitas Atomita II telah pula disebarkan di sawah-sawah di Jawa Barat seluas 827 ha, di Kalimantan Selatan 32 ha, di Sulawesi Utara 2 ha dan di Nusa Tenggara Barat seluas 15 ha. Demikian pula kedua varitas ini telah disebarluaskan di DI-Yogyakarta di sawah seluas 1.074 ha, Jawa Timur 101 ha, Lampung 2 ha, Jawa Tengah 223 ha dan di Sumatera Utara 2 ha.
Berbagai penelitian dan evaluasi telah dilaksanakan pula dalam rangka usaha meningkatkan dampak positif pada bidang
pertanian dan perkebunan. Selama Repelita III usaha tersebut meliputi tanaman pangan (perluasan daerah padi, palawija, hortikultura dan gandum); peternakan (menyediakan teknologi tepatguna untuk meningkatkan produksi daging, susu dan telur, perbaikan aneka ternak); perikanan melalui terutama pembudidayaan udang tambak, penangkapan ikan cakalang, peningkatan budi daya ikan darat dan ikan laut; dan perkebunan yang ditunjang oleh berbagai teknologi tepatguna untuk menunjang produksi tanaman melalui intensifikasi, perluasan areal maupun rehabilitasi.
Di samping itu telah dilanjutkan penelitian padi hibrida. Keuntungan dari hibrida ialah antara lain, berumur lebih genjah (7-14 hari) terhadap induk aslinya, memiliki ketahanan yang lebih baik dan lebih besar dibandingkan dengan induk semula, serta mempunyai potensi produksi yang lebih tinggi.
Dalam hubungan ini diadakan pula penelitian pengendalian hama dan penyakit, terutama dalam usaha menjamin stabilitas produksi tanaman. Dalam tahun 1984/85 kegiatan penelitian ini ditujukan terhadap hama penyakit ganjur, penggerek batang, lalat bibit, tikus, wereng hijau, wereng penggung putih, bakteri daun, penyakit tungro, virus, kerdil rumput dan kerdil hampa.
Dalam usaha penambahan baik varitas maupun komoditi palawija (jagung, kedele, kacang hijau dan ubi kayu) telah dicapai berbagai kemajuan pula, sehingga pada akhir tahun 1984 berhasil dilepas varitas-varitas sebagai berikut:
- jagung : Varitas Harapan baru, Arjuna, Bromo, Parikesit, Abimanyu, Hibrida Cl, Nakula dan Sadewa
- kedelai : Varitas Orba, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis dan Dempo
- kacang tanah : Varitas Rusa dan Anoa
- kacang hijau : Varitas no. 129, Merak, Nuri, Manyar dan Betet
- ubi kayu : Adira I dan Adira II
- ubi jalar : Varitas Daya, Borobudur dan Prambanan
- sorghum : Varitas Keris.
Dalam Repelita I dan Repelita II telah diteliti proses fermentasi oncom dan dilakukan kegiatan inokulum tempe dalam skala laboratorium yang dalam Repelita III dikembangkan menjadi skala besar untuk menambah nilai ekonomi dan daya tahan bahan baku terhadap pembusukan. Demikian pula diusahakan agar produksi tahu lebih menguntungkan untuk menjamin pasaran yang lebih luas dan meningkatkan pula penghasilan para pengrajin tahu. Hal ini antara lain tercapai dengan merendam terlebih dahulu kedelai dalam larutan kalium sorbat, sehingga pengaruh kontaminasi awal dapat dihindari sebanyak mungkin.
Sampai dengan tahun 1985 penelitian dalam bidang hortikultura telah berhasil melepaskan varitas tomat Intan, Ratna dan Berlian yang berpotensi produksi tinggi dan tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varitas kentang Cipanas merupakan hasil persilangan Thung 151 C dengan Desiree dan kubis kultivar-KK Cross dan KY Cross. Penelitian kentang diarahkan pula untuk memperoleh varitas kentang baik untuk dataran sedang maupun dataran rendah.
Dalam tahun 1983/84 telah diketemukan pula cara pemberantasan Citroes Phloem Degeneration (CVPD) dan cara baru untuk mempercepat perbanyakan bibit nanas, pemuliaan bibit durian serta pengecambahan bibit duku dan umbi belah pada pisang. Di samping itu telah diketemukan pula suatu cara pengemasan dan penyimpanan buah-buahan serta pembiakan anggrek yang siap untuk dikembangkan.
Dalam tahun 1984/85 telah dilepas beberapa hasil penelitian yang meliputi varitas Giti Hijau, Giti Merah (bayam), Grant Cipanas, Talaud, Sangihe (petai), Bima Brebes, Medan, Keling, Raja Cipanas (bawang merah), kangkung darat Sutera, Lumbu Kuning, Lumbu hijau (bawang putih), kacang tunggak-1, kacang panjang-1, kacang panjang-2, Manalagi, Rome Beauty (apel), Mas, Sitokong Petruk, Sukun, Sunan (durian), Golek-31, Manalagi-69, Arumanis-143 (mangga), Binjai, Rapiah dan, Lebak Bulus (rambutan). Penelitian pasca panen tanaman pangan dan hortikultura ditujukan untuk mengurangi kehilangan hasil panen serta meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya guna limbah.
Dalam penelitian peternakan perhatian utama diberikan pada usaha untuk menambah berat badan ternak khususnya sapi dan kerbau, melalui penggunaan makanan bermutu tinggi dengan bahan yang relatif mudah didapat. Penelitian penggemukan sapi Grati, Ongole, Bali dan Madura, berturut-turut memberikan pertambahan berat badan per hart sebesar 0,3 kg, 0,8 kg dan 0,66 kg, serta 0,7 kg pada kerbau. Hasil penelitian terhadap sapi perah menunjukkan bahwa dengan persilangan antara Fries- sen lokal dengan semen impor telah dapat diperoleh produksi yang lebih tinggi daripada sapi perah lokal, yakni dari antara 2.000 kg dan 2.705 kg menjadi antara 2.263 kg dan 3.405 kg per laktasi. Sapi perah yang diimpor langsung memberikan produksi laktasi pertama dengan hasil lebih tinggi daripada sapi perah Friessen lokal, yaitu antara 3.000 kg dan 3.190 kg. Melalui proses pembekuan semen dari ternak kerbau telah diperoleh perbaikan mutu genetik ternak kerbau. Penelitian ruminansia kecil (domba dan kambing) menunjukkan bahwa ternak ini mempunyai potensi yang tinggi, terutama bila ditinjau dari segi tingkat kesuburannya dan kemampuan domba lokal untuk dijadikan bibit unggul.
Dalam rangka peningkatan mutu gizi bahan pangan telah pula diusahakan penggunaan metoda nilai gizi nisbi (NGN) atau relative nutritive value terhadap ayam dengan tetrahymena pyriformis.
Selain itu, hasil penelitian yang telah dicapai adalah penemuan vaksin ialah vaksin pencegahan dan pemberantasan penyakit ngorok pada sapi dengan kekebalan yang lebih lama melalui pemberian dosis pengobatan yang lebih rendah dan cara penggunaan yang lebih mudah daripada jenis vaksin yang telah diketemukan sebelumnya. Untuk pengadaan makanan ternak dan ikan, telah diketemukan pula cara pengolahan silase ikan, sebagai pengganti tepung ikan. Pengolahan silase ikan lebih sederhana dan murah, serta hemat energi.
Penelitian dalam bidang perikanan ditujukan kepada usaha menemukan sumber-sumber ikan di berbagai perairan di Indonesia seperti di Laut Jawa, Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Selat Makasar. Selanjutnya informasi yang dapat dikumpulkan menunjukkan bahwa di Selat Bali dan perairan sekitar Jawa Timur, diketemukan sumber ikan Lemuru. Hal ini akan memungkinkan pengembangan dan pembudidayaan komoditi ikan untuk bebe-rapa daerah di Jawa, Bali dan Sulawesi. Demikian pula telah diusahakan hibridasasi dari ikan mas Majalaya dan Taiwan, yang telah dilepas dalam tahun 1985. Juga telah diketemukan teknik pembudidayaan untuk, antara lain, udang galah, udang windu, udang penois dan bandeng. Penelitian budidaya ikan laut terhadap beberapa kerang juga telah dilaksanakan seperti kerang darah, kerang hijau dan rumput laut. Pembudidayaan ini antara lain telah dilaksanakan di beberapa daerah di Jawa, Bali dan Sulawesi.
Untuk mengatasi masalah suplai nener bandeng telah diketemukan pula beberapa daerah nener seperti di Bengkulu, Lombok, Timor Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur, yang diperkirakan berpotensi sekitar 100 juta nener setiap musimnya.
Juga telah diadakan penelitian pasca panen perikanan, yang bertujuan menyelamatkan mutu hasil tangkapan, menjamin pengawetan dan pengolahan dengan mutu produksi yang tinggi, meningkatkan teknik sanitasi pabrik pengolahan, standardisasi mutu produk dan memanfaatkan limbah, serta penyediaan data dan informasi mengenai aspek sosial ekonomi dan teknoekonomi yang diperlukan dalam rangka kebijaksanaan usaha produksi, pengolahan dan pemasaran hasil ikan.
Penelitian tanaman industri dan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan produksi dan mutu komoditi serta pendapatan petani karet, kelapa sawit, kopi, teh, tabu, cengkeh, kelapa, tembakau, tanaman serat-seratan dan tanaman obat-obatan. Da-lam usaha peremajaan dan peningkatan produksi karet rakyat, telah dihasilkan berbagai klon unggul karet GT-1, ABROS-2037, PR-228, PR-255, PR-261, PR-300, PR-303 dan BPM-1. Khusus klon PR-255, PR-261, PR-300 dan PR-303 mempunyai potensi produksi di atas 1.400 kg/ha/tahun.
Penelitian pasca panen telah menghasilkan cara pengolahan barang jadi karet seperti untuk sol sepatu, roller, mesin giling, seal kotak peluru dan aspal karet jalan raya. Sebagai hasil penelitian tentang pengawetan lateks pekat maka mutunya berhasil diperbaiki. Selain itu biji karet sebagai penghasil minyak ternyata dapat dimanfaatkan untuk industri sabun dan cat, yang hasil penelitiannya kini sudah dalam taraf pengembangan.
Penelitian kelapa sawit dalam tahun 1984 telah berhasil melepaskan varitas kelapa sawit Sungai Pancur dan DPL (Dura Dumpy x Pzifera), yang merupakan tanaman pendek dengan hasil tinggi (lebih tinggi 30% daripada varitas yang ada).
Penelitian kopi telah menghasilkan klon kopi Robusta berpotensi produksi di atas 3.000 kg/ha, hibrida kopi dengan potensi di atas 2.000 kg/ha, dan untuk kopi Arabika di atas 1.000 kg/ha.
Penelitian tanaman tabu telah menghasilkan tiga besar klon unggul, yaitu F-154, PS-56, M-442 dan 51. Ketiga klon ini mempunyai daya adaptasi yang luas. Potensi produksi ketiga klon di atas berkisar pada 10 - 14 ton/ha di lahan sawah, dan 5 - 10 ton/ha di tanah tegalan. Ketahanan ketiga klon tersebut sangat tinggi terhadap penyakit virus mozaik tabu.
Penelitian pemuliaan kelapa telah menghasilkan varitasvaritas baru yang dikenal sebagai KB-1, KB-2, KB-3, dan KB-4 yang berproduksi tinggi, masing-masing 4 ton kopra/ha/tahun. Berbagai usaha penyilangan antara kelapa genjah dengan kelapa dalam, telah menghasilkan hibrida KHINA-1, KHINA-2 dan KHINA-3. Dengan kelapa hibrida ini, usia non-produktif kelapa dapat dipersingkat dari 7 tahun menjadi 4 tahun, dengan produktivitas di atas 4 ton kopra/ha/tahun.
Penelitian pemberantasan kumbang kelapa dan hams sexava secara biologik, telah berhasil memperbaiki pengendalian hama-hama ini. Penelitian penyakit layu Natuna berhasil dicegah penyebarannya. Selain itu percobaan pemupukan kelapa rakyat untuk kelapa yang relatif tua (20-25 tahun) di Jawa Barat dan Sulawesi Utara memperoleh partisipasi masyarakat yang cukup tinggi dalam kegiatan pemupukan.
Dalam usaha menunjang peningkatan produksi kapas, telah diuji adaptasi berbagai varitas kapas dengan hasil yang memuaskan.
Penelitian tanaman lada telah menghasilkan cara penanaman dengan stek atau buku berdaun tunggal. Dengan cara ini pemakaian bibit dapat dihemat sampai 25%. Di samping itu telah diperoleh berbagai informasi bagi peningkatan pelayanan pemberantasan penyakit kuning pada lada, yang antara lain telah mengakibatkan kerugian yang besar pada tanaman lada di Bangka.
Penelitian tanaman obat-obatan ekstraksi solasodin dan diosgenin telah dikembangkan demi pembuatan bahan kontraseptif oral. Bahan baku asal tanaman tersebut mendukung penyediaan senyawa hormon steroid bagi keperluan pembuatan pil untuk kegiatan keluarga berencana secara lebih mudah dan mu-rah.
3) Penelitian dalam bidang kesehatan
Dalam Repelita I penelitian dalam bidang kesehatan dilakukan dalam rangka merumuskan kebijaksanaan dan langkah-langkah bagi pembangunan bidang kesehatan dalam Repelita II dan III. Sementara itu dalam Repelita II dan III telah diadakan berbagai usaha peningkatan kemampuan penelitian dalam bidang kesehatan, yaitu melalui kerjasama antar instansi di dalam negeri maupun kegiatan kerjasama internasional. Jumlah-jumlah penelitian yang dilaksanakan adalah 143 buah dalam Repelita II dan 220 judul dalam Repelita III serta 29 buah dalam tahun
pertama Repelita IV (1984/85). Telah dilakukan pula peningkatan dan perluasan jaringan informasi dan dokumentasi dalam bidang kesehatan dan kedokteran, peningkatan kemampuan pengolahan dan pengelolaan data kesehatan dan pelayanan informasi ilmiah. Juga telah disempurnakan metodologi penelitian dengan melibatkan sejumlah tenaga peneliti untuk dididik lebih lanjut di berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.
4) Penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan
Sampai dengan Repelita III telah dilaksanakan/dikembangkan berbagai kegiatan antara lain: pengembangan dan penyempurnaan kurikulum dan sarana pendidikan; berbagai kegiatan pengembangan tentang SD PAMONG dan SD Kecil, jaringan penelitian, SMP Terbuka, sistem pengujian, bank soal, teknologi pendidikan, sistem pendidikan luar biasa, dan pendidikan pedesaan terpadu; studi-studi tentang kualitas pendidikan, putus sekolah dan pengulangan kelas, evaluasi komprehensif PSPP; berbagai studi lainnya tentang kesahihan sistem seleksi masuk perguruan tinggi, perkembangan kognitif, keterbacaan, kemampuan mengarang, perwajahan buku/tipografi, efektivitas tenaga kependidikan, dan relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Sementara itu dilaksanakan pula pengembangan sistem kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan fungsional guru.
Dalam rangka menunjang usaha pengembangan suatu sistem pendidikan yang mantap telah dilakukan secara berkelanjutan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan. Hasil-hasil pelaksanaan kegiatan ini antara lain: penyusunan naskah akademik tentang pendidikan kejuruan, tenaga kependidikan, dan pendidikan menengah umum dalam rangka penyusunan bahan bagi peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran lebih lanjut naskah Undang-undang tentang Pendidikan Nasional; penyusunan proyeksi data untuk pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga, perkembangan angka partisipasi dan angka melanjutkan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Dalam tahun 1984/85 dilaksanakan antara lain penelitian proses belajar mengajar, penelitian kelembagaan pendidikan kedinasan, penelitian-penelitian hubungan antara pendidikan dan angka serta antara masyarakat dan kebudayaan, pengembangan naskah-naskah akademik, pengembangan sistem jaringan informasi, pendayagunaan informasi pendidikan, pengembangan bank data, pengembangan kurikulum, pengembangan bank soal, pemantapan kebijaksanaan umum pembangunan jangka pendek, serta penerbitan dan penyebaran informasi pendidikan dan kebudayaan, dan pengadaan sarana dan prasarana produksi media pendidikan.
5) Penelitian di bidang kependudukan dan keluarga berencana.
Dalam tahun 1984/85 berbagai macam penelitian telah dilaksanakan dalam program kependudukan dan keluarga berencana. Penelitian-penelitian tersebut dapat merupakan pengamatan mengenai masalah kependudukan dan keluarga berencana sendiri tetapi juga kaitannya dengan sektor-sektor pembangunan lain‑ nya. Dalam pelaksanaannya, penelitian dikerjakan bersama dengan lembaga penelitian kependudukan maupun Biro Pusat Statistik.
b. Program Utama Nasional Bisset dan Teknologi di Bidang Sumber-sumber Dana Alam dan Energi (PUNAS-BISTEK II).
Program utama ini menunjang usaha pemanfaatan, pemeliharaan dan pengamanan sumber-sumber daya alam dan energi untuk pembangunan nasional, dan meliputi berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang bersifat hayati, non hayati, mineral, energi konvensional dan non-konvensional.
1) Penelitian sumber daya alam dalam bidang pertanian
Penelitian sumber daya alam meliputi kegiatan penelitian tentang tanah, air, flora dan fauna, sumber akuatik, plasma nutfah energi pedesaan, limbah pertanian dan kesejahteraan rakyat dengan mengusahakan agar keserasian dan kelestarian tetap terpelihara.
Dalam rangka penelitian sumber daya tanah, penelitian konservasi tanah telah dapat menyajikan faktor-faktor yang menentukan kepekaan erosi dari beberapa jenis tanah dan faktor tanaman yang dapat mempengaruhi sifat-sifat erosi hujan. Penelitian reklamasi tanah kritis, telah menghasilkan cara-cara untuk memperbaiki tanah-tanah kritis menjadi produktif kembali, termasuk penanganan tanah-tanah podsolik merah kuning. Survai kesuburan tanah menghasilkan peta kadar hara dan identifikasi faktor pembatas seperti P, K, Mg, Zn, Al dan Fe.
Mengenai sumber daya air, beberapa penelitian telah dilaksanakan, seperti penelitian berbagai aspek pengairan pada padi sawah, antara lain penelitian evapotranspirasi pada beberapa varitas padi sawah, pengaruh dalamnya air irigasi dan pengaruh penggiliran pengairan (termasuk pengairan secara intermiten) pada berbagai stadia tumbuh dari tanaman. Penelitian tentang tanaman pangan dikaitkan pula dengan usaha pemuliaan dan pelestarian sumber. Dalam kaitan ini telah diujicobakan sekitar 600 klon karet di kepulauan Sumbawa, yang masing-masing merupakan kekayaan plasma nutfah yang sangat penting untuk pengembangan serta budidaya karet yang akan datang. Usaha menambah plasma nutfah dilakukan dengan ekspedisi ke Brazil dalam rangka kerjasama dengan Dewan Penelitian Karet Internasional.
Dalam tahun 1984/85 telah mulai dilakukan pula penelitian sosial-ekonomi pertanian di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat, untuk dilanjutkan di seluruh wilayah Indonesia dalam Repelita IV. Beberapa hasil penelitian yang diperoleh dalam bidang agro-ekonomi menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani masih jauh di bawah rata-rata pendapatan nasional. Hal ini diakibatkan oleh pola dan struktur produksi pertanian yang belum begitu tanggap terhadap dinamika perubahan permintaan konsumen dalam bidang pertanian dan belum banyak memberikan umpan bagi dinamika perkembangan in-dustri dan jasa secara efisien. Keeratan hubungan yang saling menunjang antar-sektor ekonomi sendiri, merupakan salah satu syarat pembangunan ekonomi yang perlu memperoleh perhatian khusus, yaitu terutama mengenai hubungan dinamis antar-sektor.
2) Penelitian dan penkembangan pangan sumber daya hayati laut.
Penelitian sumber daya hayati antara lain juga mencakup penelitian sumber daya laut. Sejak Repelita I, beberapa penelitian secara terus menerus telah dilaksanakan, untuk mengetahui baik potensi ekonomi sumber daya laut maupun perkembangannya sebagai akibat/dampak dari peningkatan pelayanan dengan teknologi, perkembangan industri dengan kemungkinan limbahnya dan lain-lain. Beberapa penelitian yang memperoleh perhatian sejak Repelita I ialah :
- Penelitian rumput laut, yang mengkhususkan diri pada pengumpulan jumlah koleksi species, dengan hasil 28 jenis algae laut, 22 jenis algae coklat dan 30 jenis algae merah.
- Penelitian moluska telah berhasil mengumpulkan sebanyak 122 jenis yang meliputi 21 suku dari kelas dastropoda Keong dan 12 suku dari kelas Pelecypoda kerang; termasuk yang bernilai ekonomik antara lain Trochus Niloticus, Tridacna Crocae, T. Maxima, T. Squamosa dan Hippopus, Pinctada Haliotis
- Asinina dan H. Varia, serta jenis tiram Saccostrea sp. dan S. Echinata yang dapat dipergunakan untuk pangan
Penelitian krustasea dalam pengumpulannya mencapai 95 jenis dari daerah-daerah sepanjang pantai Utara maupun Selatan pulau Jawa. Jenis udang karang yang bernilai ekonomik, terbanyak diketemukan di Teluk Sentoro/Pacitan/Jawa Timur yang keseluruhannya berjumlah 8 jenis yaitu Panulirus Homarus, P. Pennicillatus, P. Longipa, P. Ornatus, P. Versocolot dan P. Modo.
Penelitian biologik udang di perairan Maluku Utara, untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan, potensi ekonomi, hubungan antara panjang dan berat badan. Jenis-jenis yang bernilai komoditi ekonomik ialah metapenaeus ensis, P. Monodon, P. Merguensis, P. Indicus, dan P. Semisulcatus.
Penelitian ekosistem hutan, peran tumbuh-tumbuhan dan satwanya terutama ditinjau dari segi penetrasi manusia ke hutan-hutan. Penelitian ekologik dan ekosistem telah dilaksanakan di Kalimantan Timur, Aceh Tenggara dan Sulawesi Utara. Penelitian hutan mencakup studi tentang karakteristika struktural hutan yang dikaitkan dengan penyebaran berbagai jenis hutan, kepadatan, komposisi, produksi limbah dan tipe hutan kerangasnya. Selanjutnya telah dipelajari pula pengaruh hutan tropis di daratan rendah yang mengalami perubahan sebagai akibat dari pengusahaan hutan secara mekanis dan usaha menemukan proses suksesi sekunder bagi hutan, hal mana penting untuk pelestarian hutan.
3) Perekaman/pemetaan sumber-sumber kekayaan alam
Sejarah pemetaan Indonesia yang dimulai tahun 1823 telah mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Demikian pula petapeta yang dibuat dalam zaman penjajahan Jepang dengan skala 1 : 50.000 untuk beberapa daerah kecil dari Jawa dan Madura, Bali dan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Nusa Tenggara, telah mengalami perbaikan serta pengulangan pengadaan petanya dalam Repelita III. Fasilitas dan kemampuan pemetaan bagi ahli-ahli di Indonesia telah pula ditingkatkan sejak tahun 1976.
Antara tahun 1970 dan tahun 1982 telah dilakukan pemetaan skala 1 : 100.000 untuk peta geodesi di Kalimantan Barat, Sumatera, Maluku dan Irian Jaya. Demikian pula pemetaan dalam tahun 1978/79 dipergunakan untuk membuat peta topografi untuk beberapa daerah di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Madura serto Bali dan kepulauan Nusa Tenggara. Untuk meningkatkan kemampuan produksi peta maupun interpretasi peta, sejak tahun 1975 dimulai pengadaan suatu Pusat Pendidikan Peta Fotogrametri dan Kartografi maupun peningkatan saran BAKOSURTANAL di Cibinong. Selanjutnya telah didirikan pula suatu Pusat Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Survai Terpadu dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam inventarisasi dan evaluasi sumber daya dan lingkungan, dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, Sampai dengan tahun 1982 telah berhasil diproduksi sekitar 50.000 lembar peta sistematik yang terdiri dari 18.000 lembar foto udara false-colour‑ infra-red (= infra merah warna semu). Hal ini sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya sekitar tahun 1970. Dewasa ini bahkan sejumlah peta topografi dengan skala 1 : 50.000 telah selesai dibuat untuk Kalimantan Barat dan sebagian Sumatera, seperti Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Bengkulu bagian Utara. Walaupun pemetaan udara telah selesai dibuat terhadap berbagai daerah Indonesia, namun pemetaan topografik dengan skala 1 : 50.000 diperkirakan masih memerlukan waktu lama. Mengingat bahwa peta-peta topografi merupakan titik tolak bagi pembuatan peta-peta tematik seperti peta tanah, peta tataguna lahan, peta hutan, peta geologi, peta perkebunan, peta hidrologi, peta militer dan sebagainya, maka sejak akhir Repelita III dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat pembuatan peta-peta topografi. Hal ini mengingat bahwa peta-peta tematik merupakan informasi dan landasan perencanaan terpadu untuk pembangunan regional maupun pembangunan fisik.
Peran dan kerjasama dengan universitas-universitas ditingkatkan dan demikian pula minat generasi muda dalam bidang pemetaan, antara lain melalui pengadaan pusat-pusat pendidikan seperti Pusat Pendidikan Interpretasi Penginderaan Jauh dan Survai Terpadu (PUSPICS) di Universitas Gajah Mada/Yogyakarta. Dalam kaitan ini, pada akhir Repelita III telah berhasil dididik sebanyak 175 ahli penafsir citra penginderaan jauh yang berasal dari berbagai instansi. Dalam pada itu, diperkirakan bahwa pada akhir Repelita IV diperlukan sebanyak 500 - 750 penafsir.
Mendesaknya kebutuhan akan ahli penafsir peta dan citra penginderaan jauh ialah antara lain dalam kaitan penggunaan lahan yang dapat dilaksanakan secara tepat, yaitu apabila bentuk lahan (geomorfologi) diketahui, maka perencanaan ten-tang sumber daya air, pemukiman dan transmigrasi dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Bahaya makin menurunnya persediaan air di Jawa dan beberapa tempat di luar Jawa terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya serta berpenduduk padat, dapat dikurangi apabila ada cukup pengetahuan yang dini tentang morfologi lahan yang bersangkutan maupun terdapat cukup informasi sebelum penentuan kawasan industri.
Dalam rangka ini telah diadakan dalam Repelita III berbagai peta dengan skala 1 : 100.000 dan 1 : 25.000 serta berbagai survai. Dari 200 juts ha yang telah disurvai, telah diadakan peta tanah eksplorasi dengan skala 1 1.000.000 yang mencakup 99,5 ha juta tanah, peta tanah tinjau dengan skala 1 : 150.000 yang mencakup 62,6 juta ha, peta tanah tinjau dalam dengan skala 1 : 100.000 dan peta tanah semi-rinci dengan skala 1 : 100.000 serta 1 : 25.000.
Juga telah diadakan survai terhadap 127 calon lokasi transmigrasi dengan luas areal 1.924.494 ha, di samping lahan yang diperuntukkan program-program pengairan, pertanian tadah hujan, pembangunan pabrik gula, pendayagunaan daerah rawa dan pasang surut, pengelolaan DAS dan untuk reklamasi tanah kritis.
Selain meningkatkan jumlah dan jenis peta tematik untuk 'keperluan perencanaan, diadakan pula peningkatan kemampuan teknologi pemetaan dan tukar-menukar informasi antar-instansi mengenai interpretasi peta, yaitu antara lain melalui sistem “digital image processing system”. Sistem ini dikembangkan dengan kerjasama antar-departemen melalui masing-masing terminalnya, seperti di Universitas Gajah Mada, Departemen Pekerjaan Umum dan BAKOSURTANAL, sementara LAPAN sendiri pada akhir Repelita III berhasil memutakhirkan kemampuannya untuk menerima secara langsung informasi dan citra dari berbagai satelit sumber daya alam dan cuaca.
Salah satu syarat dalam peningkatan efisiensi tukar-menukar informasi peta ialah terbentuknya suatu sistem terpadu baik dalam pengadaan survai maupun pemetaan dan pembakuan/interphasing dari berbagai sistem informasi peta yang telah ada di Indonesia. Usaha ini telah dimulai dalam akhir tahun 1984 dengan meningkatkan koordinasi antara berbagai instansi seperti Departemen Pekerjaan Umum, BAKOSURTANAL, LAPAN, Badan Meteorologi dan Geofisika dari Departemen Perhubungan, Lembaga Penelitian Tanah dari Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Agraria dan Direktorat Jenderal Pengembangan Desa dari Departemen Dalam Negeri serta persiapan-persiapan bagi BAPPEDA-BAPPEDA untuk dapat menerapkan sistem penafsiran peta untuk perencanaan pembangunan di daerahnya. Dengan demikian, kegiatan survai dan pembuatan peta di Indonesia telah melamngunan.
Dalam tahun pertama Repelita IV telah dimulai pengembangan suatu sistem bank data informasi peta baik pada tingkat nasional maupun propinsi, yang akan saling terpaut satu sama lain, sehingga tukar-menukar informasi akan lebih efisien. Hal ini antara lain dilakukan melalui kegiatan evaluasi dan perencanaan sumber daya lahan bagi perencanaan. Selain itu telah dimulai ditingkatkan pembuatan peta di wilayah Indonesia bagian Timur seperti Maluku, Irian Jaya terutama untuk keperluan transmigrasi, serta akan diselesaikan pula pemetaan wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat dengan luas lahan 50.000 km2, seperti juga daerah propinsi Riau dan Jambi seluas 20.000 km2, masing-masing dengan Skala 1 : 50.000. Daerah-daerah yang sukar dipetakan karena padat awan, seperti bagian dari Kalimantan Timur dan sebagian dari Irian Jaya, yaitu masing-masing seluas 168.000 km2 dan 105.000 km2, telah dimulai dalam tahun 1984/85 untuk diselesaikan dengan teknologi mutakhir, dalam hal ini dengan pemetaan citra radar.
Manfaat peta selanjutnya ialah antara lain bagi peramalan cuaca, monitoring letusan gunung berapi, maupun untuk memonitor kebakaran hutan dan lain-lain. Hal tersebut akan meningkatkan kemampuan nasional untuk memperoleh informasi geografik secara cepat dan efisien. Sehubungan dengan itu telah ditingkatkan pula kemampuan pengambilan data melalui alat sensor dan perekam oleh balun stratosfir, melalui penggunaan wahana roket dan lain-lain. Dengan demikian telah pula diteliti keadaan hutan kesepakatan, diadakan penelitian terhadap pencemaran hutan bakau dan perubahan Segara Anakan di bagian Selatan Jawa Tengah.
Dalam kaitan ini telah dilakukan pula usaha-usaha lain, seperti mengukur umur jenis-jenis tanaman pertanian di DASSerayu, DAS Brantas. Penerapan lainnya ialah pembuatan peta suhu laut maupun pengukuran kepadatan plankton. Dengan demikian melalui citra satelit dapat pula diketahui sumber-sumber yang kaya akan ikan di laut. Juga satelit GMS membantu dalam pengumpulan data tentang berbagai hal seperti liputan global cuaca, data liputan awan, citra tentang suhu laut, medan angin, curah hujan, awan konfektif dan indeks kehijauan secara bulanan maupun musiman.
Beberapa informasi penting yang sudah dapat diperoleh melalui perekaman citra satelit sumber daya alam di Indonesia, antara lain ialah penyempurnaan peta dasar dan peta tematik, pantauan lingkungan dan ekosistem serta survai geologi, oseanografi dan hidrologi serta pengelolaan hutan dan daerah transmigrasi. Selain itu, informasi yang cukup dini tentang gangguan-gangguan seperti letusan gunung berapi, telah dapat membantu dalam menentukan jalur penerbangan sementara demi keamanan pesawat terbang.
4) Penelitian lingkungan hidup
Beberapa hasil penelitian yang terutama telah dilaksanakan dalam tahun 1984/85 dalam usaha meningkatkan mutu lingkungan hidup manusia adalah sebagai berikut:
Apabila perairan di Selat Malaka, Selat Bangka masih memperlihatkan kondisi mutu biologik, kimiawi dan mikrobiologik yang baik, maka perairan di Teluk Jakarta terutama perairan yang mencapai jarak 4 - 10 mil dari pantai Utara telah menunjukkan mutu yang makin memburuk akibat pencemaran laut. Teknologi radio isotop juga telah dipergunakan untuk menunjang penelitian pencemaran lingkungan. Isotop radio aktif (perunut) dalam kaitan ini dapat membantu melacak penyebaran polusi serta penumpukan dan perilaku berbagai bahan cemaran dalam lingkungan. Penelitian yang telah dilakukan mencakup kegiatan pemantauan terhadap kandungan radionuklida, persenyawaan lo- gam berat dan residu pestisida dalam bahan pangan, hasil laut, dan dalam makanan kaleng. Dalam rangka ini selain Selat Malaka dan Selat Bangka serta Teluk Jakarta, telah diteliti pula DAS Citarum, DAS Bengawan Solo, DAS Brantas dan beberapa daerah aliran sungai lainnya di Sumatera.
Sebaliknya dengan makin berkembang dan meluasnya penggunaan isotop radio aktif dalam teknik dan penelitian kesehatan, maka ditingkatkan pula kecermatan terhadap penggunaannya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kegiatan ini meliputi pengelolaan buangan limbah radio aktif secara aman, pengukuran radio aktivitas lingkungan bioassay, studi parameter meteorologik terhadap penyebaran radionuklida ke lingkungan, pengaruh radiasi terhadap material biologik, seperti studi kontaminasi dan dekontaminasi internal serta studi tentang peranan tanaman dan mahluk hidup lainnya terhadap akumulasi radio nuklida dan lain-lain.
Dalam usaha penanggulangan pencemaran lingkungan, penelitian juga telah dilakukan terhadap pemanfaatan buangan limbah industri kertas/pulp untuk soil conditioner bekas lahar dingin, buangan limbah petrokimia di Gresik dan lapis listrik untuk bahan pengawet kayu.
Di bidang pertanian telah pula dilakukan inventarisasi terhadap potensi limbah pertanian dan pemanfaatannya sebagai sumber pakan ruminansa dan cara pemrosesannya. Penelitian-penelitian di bidang pengelolaan limbah industri, telah pula berhasil dalam pembuatan prototip peralatan pengolah air limbah industri tapioka, industri kulit dan dewasa ini mencapai tingkat uji cobanya di lapangan.
Telah pula dilakukan penelitian dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan hidupnya dan dampak perubahan lingkungan terhadap kegiatan manusia, khususnya sebagai dasar perumusan pola-pola pengelolaan dan pengembangan pertumbuhan kehidupan manusia beserta lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengungkapkan masalah pembangunan daerah pedesaan dengan memanfaatkan unsur sumber daya manusia. Aspek-aspek yang sedang diteliti ialah: a) aspek mobilitas penduduk; b) tenaga kerja dan kesematan kerja; c) partisipasi masyarakat dalam pembangunan; d) kegiatan dalam rangka meningkatkan pendapatan; e) peningkatan kesehatan; dan, f) citra dan kearifan tentang lingkungan sebagai budaya masyarakat setempat yang perlu dikembangkan demi kelestarian lingkungan hidup yang serasi.
Berbagai penelitian hidrogeologi dan konservasi air bumi telah pula dilakukan untuk melayani dan menjamin kelestarian potensi air bumi untuk kota dan wilayah pemukiman. Kegiatan ini mencakup kegiatan pemetaan hidrogeologi bersistem, evaluasi potensi air tanah serta pengembangan kemampuan konservasinya. Penelitian geologik terhadap tata kota dan tata daerah dilaksanakan dalam rangka kemungkinan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia, tetapi di lain pihak mengusahakan penghindaran akibat pengembangan negatif di daerah penggalian dan penambangan, dalam rangka perencanaan pengembangan daerah yang lebih mantap, seperti daerah pedesaan, daerah perkotaan maupun daerah pesisir pantai.
Dalam usaha mempertahankan daya dukung lingkungan, telah pula diadakan beberapa penelitian sistem ekeplorasi yang mengakibatkan pencemaran air, akibat pestisida pada budidaya ikan di sawah (mina padi), maupun penelitian terhadap residu pestisida di tambak, perairan payau.den sekitarnya.
Dalam usaha meningkatkan mutu lingkungan hidup yang se-hat, telah pula dilakukan berbagai penelitian mengenai geologi tata lingkungan dan tata daerah pemukiman serta perkotaan, seperti juga penelitian terhadap berbagai konstruksi bangunan sipil guna menghindari bahaya gerakan tanah.
Selain itu dalam rangka menanggulangi kerusakan lingkungan karena bencana alam, telah dimulai pengadaan penelitian dan pelengkapan data mengenai berbagai gunung berapi di Indonesia, terutama dalam penentuan wilayah-wilayah berbahaya, pengamatan kegiatan gunung berapi. Dalam kaitan ini penelitian terhadap gunung Galunggung, gunung Gamalama dan gunung Colo dilaksanakan terus-menerus, sehingga gunung yang diamati secara kontinyu kini berjumlah 31 buah, pelaksanaan peta daerah bahaya mencapai 80 daerah, pengadaan peta geologi gunung berapi mencapai 15 daerah, dan pengadaan peta topografi untuk 32 daerah gunung berapi, di samping diadakan penelitian lapangan secara khusus untuk tiga wilayah khusus.
5) Pengembangan energi alternatif
Penelitian dan pengembangan terhadap energi angin sebagai salah satu energi alternatif dilanjutkan dalam tahun 1984/85 untuk mencapai tahap awal pembuatan peta angin bagi Indonesia dalam usaha pemanfaatan teknologi konversi energi angin. Penelitian ini telah diadakan di pulau Jawa, Madura, Nusa Tenggara Timur (Kupang), Sumatera Utara (Sibolga), Aceh, Riau (Pangkal Pinang), Biak, Sulawesi Utara (Manado) dan beberapa tempat lainnya. Dalam usaha ini telah berhasil diadakan peta awal energi angin dan peta awal rata-rata kecepatan angin per tahunnya. Hasil ini diperoleh setelah mengadakan penelitian dan pencatatan terus menerus selama 5 tahun berturut-turut. Selain itu dalam usaha pemanfaatan sumber daya energi angin dan energi surya/energi matahari, telah pula dikembangkan kemampuan produksi prototip jenis turbin angin untuk kekuatan 5 KW dan jenis penggunaan baling-baling berkapasitas 10 KW untuk pembangkitan tenaga listrik sekala kecil. Di samping itu telah disempurnakan pula pemanfaatan energi angin melalui penggunaan kincir angin sistem sudu majemuk untuk pemompaan air ke permukaan yang lebih tinggi.
Energi alternatif seperti energi surya juga telah dikembangkan di daerah pedesaan, antara lain untuk keperluan air bersih, ataupun membekukan ikan dengan es. Dewasa ini sedang dirancang penggunaan energi surya untuk pembangkitan tenaga listrik untuk menggerakkan generator pemancar televisi dan radio. Juga sedang diusahakan pengadaan perahu yang digerakkan oleh energi surya dengan pengadaan Kapal Surya. Selain itu telah diusahakan pula pengadaan metan sebagai bahan bakar dari eceng gondok sebagai salah satu sumber energi alternatif.
c. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bidang industrialisasi (PUNAS - RISTEK III).
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelaksanaannya memperhatikan syarat-syarat sebagaimana ditentukan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1983, yaitu tetap memberikan kesempatan kerja yang banyak, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menggunakan alat-alat yang sebanyak mungkin dihasilkan sendiri dan mampu untuk dipelihara sendiri serta mendukung tercapainya sasaran-sasaran pembangunan dan mempertinggi keterampilan untuk menggunakan teknologi yang lebih maju di kemudian hari. Dalam kaitan ini diikuti pemikiran, strategi transformasi industri dan teknologi dalam pembangunan bidang industri. Pendekatan utamanya ialah :
menggunakan teknologi yang sudah ada untuk proses nilai tambah dari produk barang-barang yang telah ada di pasaran melalui :
- investasi penelitian dan pengembangan;
- pengalihan teknologi;
- produksi berdasarkan lisensi;
- pelaksanaan rencana produksi progresif;
- integrasi teknologi yang sudah ada, memadai rancangan dan produksi barang bermutu;
- pengembangan teknologi dalam rangka merancang produk-produk masa depan;
- melaksanakan penelitian dasar.
Disadari pula bahwa keberhasilan pengembangan teknologi baru oleh bangsa sendiri hanya akan mungkin apabila sekaligus terjadi suatu integrasi proses produksi ke dalam sistem sosial dan sistem teknologi yang ada. Selanjutnya kemampuan mengintegrasikan berbagai teknologi ke dalam sistem nasional, akan memungkinkan pengembangan lebih lanjut suatu sistem nasional sesuai dengan strategi transformasi menuju industrialisasi. Untuk itu diperlukan wahana-wahana transformasi industrialisasi, yaitu :
- wahana industri penerbangan;
- wahana maritim dan perkapalan;
- wahana industri transportasi darat;
- wahana industri telekomunikasi;
- wahana industri energi;
- wahana industri rekayasa;
- wahana industri alat dan mesin pertanian;
- wahana industri pertahanan;
- wahana industri perangkat lunak.
Dalam kaitan ini tugas penelitian dan pengembangan teknologi ialah mengkaji berbagai masalah teknologi dan kemungkinan integrasi produksi dan teknologi ke dalam sistem sosial dan sistem produksi yang ada, agar penggunaan teknologi benar-benar bermanfaat dan selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan serta dayaguna teknologi yang bersangkutan, demi pemecahan masalah dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa.
(a) Wahana Industri Penerbangan
Sesuai dengan usaha menunjang perkembangan industri di Indonesia, di PUSPIPTEK/Serpong telah selesai dibangun Laboratorium Uji Konstruksi (LUK) dan Laboratorium Terowongan Angin dengan Kecepatan Rendah (ILST) untuk penelitian aero‑ dinamika pada konfigurasi pesawat terbang. Tujuan pengadaan terowongan ini ialah untuk meneliti ciri-ciri lepas landas dan pendaratan suatu pesawat terbang, mengetahui prestasi penjelajahannya dengan kecepatan sedang, pengembangan alat-alat angkat tinggi, integrasi rangka pesawat mesin pendorong, dan interferensi komponen. Pada LUK diadakan penelitian terhadap aplikasi bahan campuran karbon (carbon fibre) yang dipergunakan khusus untuk pesawat terbang. Dewasa ini bahkan pesawat terbang CN-235 sedang mengalami pengujian kelelahan, untuk membuktikan kemampuan CN-235 berkemampuan sama dengan FAR-25 dengan kemampuan normal 60.000 penerbangan tanpa reparasi yang mahal, identifikasi titik-titik lemah pada struktur primernya secara sempurna, serta dalam usaha menyusun prosedur perawatan dan inspeksi di Indonesia.
Guna menunjang keperluan perhubungan, melalui peningkatan kemampuan ilmu kedirgantaraan, selama Repelita III telah dirancang dan dibangun oleh tenaga ahli Indonesia sendiri, suatu laboratorium aerodinamika berupa terowongan angin subsonik dan supersonik, yang menunjang penelitian untuk industri penerbangan.
Selain penelitian kedirgantaraaz diadakan penelitian atmosferik, antara lain dengan sistem airborne untuk beban guna roket (payload) dan balun (baloon). Sistem ini diadakan terhadap radiosonde: peralatan ionosonde drift dan absorbsi pada frekuensi 2,4 - 3 MHZ. Untuk balun dan roket meteorologi telah berhasil dirancang roket bertingkat satu dan bertingkat dua, dengan diameter 150 mm, panjang 4.500 mm dengan menggunakan bahan bakar pada polusulfida dan sistem separasi beban guna. Uji terbang terhadap jenis roket buatan dalam negeri ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Dalam usaha menguasai pengetahuan dan teknologi satelit bagian ruang angkasa, telah mulai dirancang pula pembuatan suatu sate lit sumber alam yang spesifik dan cocok untuk Indonesia, sebagai suatu jenis sate-lit dari kelompok jenis Tropical Earth Resource Satellite (TERS).
(b) Wahana Industri Maritim dan Perkapalan
Sejak tahun 1980/81 mulai dikembangkan kapal surya di Indonesia untuk bentuk kapal semen ferro (ferrocement). Uji kapal semen ferro (tanpa layar) telah dilakukan terhadap kapal dengan kemampuan 50 DWT. Uji coba ini ditingkatkan untuk pengembangan kapal semen ferro model kapal surya dengan kapasitas 900 ton. Dari pengalaman ini di Surabaya diharapkan pengembangan kapal surya untuk bahan baku baja dengan kemampuan 200 DWT.
(c) Wahana Industri Transportasi Darat
Produksi dalam negeri ditingkatkan kemampuannya, terutama yang menyangkut masalah sarana transportasi kereta api. Untuk itu telah dihasilkan pembuatan gerbong batubara, gerbong tangki dan gerbong barang. Demikian pula dalam tahun 1985 telah berhasil diproduksi kereta penumpang, gerbong barang untuk angkutan pupuk dan sejenisnya.
(d) Wahana Industri Telekomunikasi
Untuk mengurangi ketergantungan dari luar negeri dalam bidang telekomunikasi dan elektroteknika, dalam bidang komunikasi telah ditingkatkan kemampuan pemanfaatan bagian ruas bumi dari satelit, seperti pengadaan dan operasi stasiun bumi penelitian lapisan ionosfir di Pameungpeuk/Jawa Barat dan Biak/Irian Jaya. Stasiun-stasiun ini diperlukan untuk menerima informasi melalui frekuensi gelombang radio yang lebih baik dan tepat dalam mutu komunikasi siaran tadi. Selain itu dalam rangka penelitian teledifusi ditingkatkan kemampuan merancang suatu satelit komunikasi untuk masa mendatang.
Dalam usaha memperoleh gambar dan suara yang lebih jelas dari satelit komunikasi, telah diadakan penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap gelombang mikro pada 6/4 GHZ. Khusus dalam kaitan ini telah dikembangkan pula peralatan pada kemampuan 12 GHZ terhadap propagasi gelombang radio, guna
menentukan Ku-Band bagi pelayanan sistem komunikasi satelit di daerah khatulistiwa. Selain itu, penelitian kedirgantaraan juga diarahkan pada usaha pemanfaatan satelit siaran langsung (DBS) untuk keperluan pendidikan, kesehatan, penyuluhan teknis dan penerangan pada umumnya keperluan perhubungan laut dan udara serta geodesi.
Dalam rangka usaha peningkatan komponen produksi dalam negeri di bidang telekomunikasi antara lain dilaksanakan sebagai berikut :
- Ekstraksi saluran bicara FDM untuk Spur Route, sehingga menggunakan prosesor mikro dengan mutu data dan mutu bicara yang makin baik;
- Penelitian modulasi isyarat (signal) satelit orbit kutub (polar). Mengingat bahwa satelit kutub ini (2) dua kali sehari melintasi daerah khatulistiwa selama 10 menit setiap kalinya dengan ketinggian yang rendah, maka kemampuan modulasi isyarat akan memungkinkan perekaman berbagai data tentang Indonesia dengan cara yang lebih murah dan membantu perancangan peralatan komunikasi untuk kepentingan pertahanan dan keamanan;
- Penelitian terhadap komponen-komponen elektronika seperti transistor berfrekuensi tinggi untuk penguat daya isyarat besar, di samping isyarat kecil. Komponen-komponen konduktor semi ini karena kecil dan ringan, dapat mendukung peralatan elektronika, seperti yang diperlukan oleh peralatan avionics, peralatan militer dan lain-lain.
- Penelitian terhadap high-bite-rate computor untuk tahap switching dan pemrosesan secara cepat. Penelitian terutama telah dilaksanakan terhadap komputor untuk perhitungan jarak dan beacon radar serta sistem kontrol pada peluru kendali;
- Penelitian dan usaha produksi generator listrik dengan kapasitas 100 KW dilakukan, mengingat jumlah penduduk di Indonesia maupun kawasan tanah air yang belum terjangkau oleh listrik masih banyak.
Dalam usaha membuat generator listrik dengan kapasitas 100 KW, dipikirkan juga membantu keperluan pemancar-pemancar radio dan televisi, terutama untuk daerah-daerah yang terpencil.
Industri-industri penunjang perkembangan industri produksi, seperti industri logam dan industri kimia, juga mengalami kemajuan yang pesat dalam Repelita I, II dan III dan dilan-jutkan dalam Repelita IV. Berbagai penelitian telah dilaksanakan dalam bidang industri logam, antara lain dalam keterkaitannya dengan industri permesinan, industri baja dan industri aluminium. Kesemuanya menunjang kebutuhan baik industri berat maupun industri rekayasa di Indonesia. Penelitian dalam bidang industri kimia dasar meliputi penelitian terhadap produk-produk vital, seperti semen, pulp dan kertas yang meliputi aspek bahan mentahnya, produksi, teknologi, baik distribusi maupun transportasinya.
Penelitian tentang berbagai jenis logam dilanjutkan dalam Repelita III dan tahun pertama Repelita IV. Penelitian terhadap bijih besi, meliputi penelitian modulasi melalui reduksi langsung, di samping pemanfaatan cadangan bijih besi melalui proses tanur tiup (blast furnace). Hal ini antara lain diadakan, mengingat bahwa pemakaian bijih besi bagi setiap masyarakat yang makin maju akan selalu meningkat, terutama menjelang tahap industrialisasi. Dengan makin meningkatnya pemakaian besi cor telah diteliti pula kemungkinan untuk menghasilkan besi cor bermutu tinggi. Dalam kegiatan ini dipergunakan timah dalam usaha memperbaiki sifat-sifat besi cor yang berjenis modular maupun kelabu. Jenis-jenis besi cor ini diperlukan oleh produksi komponen mesin-mesin berkualitas tinggi, seperti gelang torak (piston ring), cetakan (mould), laras senapan dan lain-lain.
Telah diteliti pula bijih nikel laterit, melalui proses ekstraksi maupun pemrosesan terhadap bijih nikel laterit yang berkadar rendah. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara ke-3 terbesar dalam pemilikan cadangan nikel laterit (sekitar 500 juta ton dengan kadar 0,5 - 2,5%), maka penelitian nikel merupakan kegiatan yang penting. Penelitian ini masih terus dilanjutkan dan kini beralih ke teknologi hidrometalurgi demi ekstraksi nikel yang lebih tinggi kualitasnya dalam usaha memisahkannya dari mangan.
Demikian pula penelitian diadakan terhadap krom (Cr) dengan usaha pengerasan dari krom untuk dipergunakan bagi benda kerja yang dibuat dari besi atau kuningan. Kombinasi ini terutama dipergunakan dalam pembuatan laras senapan, gelang torak (piston ring) dan lain-lain.
Aluminium yang memiliki potensi proteksi baja mempunyai kapasitas luaran arus yang jauh lebih baik dari pada seng (Zn) atau mangan (Mg). Tetapi sebaliknya, oksidasi aluminium mengakibatkan penurunan kemampuan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kedua logam tadi. Untuk itu diusahakan pengadaan paduan berbagai jenis logam seperti dengan indium, sang, timah, mangan dan kadmium untuk tujuan yang sama. Demikian pula telah diteliti paduan karbon aluminium untuk melindungi penggunaan baja di lingkungan laut.
Dalam bidang pengembangan metalurgi untuk keperluan industri telah dilanjutkan usaha pemanfaatan bahan-bahan bangunan dalam negeri. Untuk itu diperlukan peningkatan mutu bahan bakunya. Dalam tahun-tahun yang lalu telah diadakan penelitian terhadap bahan baku untuk batu ubin serta usaha pengadaan keramik magnetik yang diperlukan oleh berbagai industri. Peningkatan kualitas batu ubin telah dicapai melalui pemrosesan ultrasonik terhadap bahan dasarnya, sehingga mengurangi porositasnya. Sejak akhir Repelita III telah diusahakan peningkatan mutu bahan dasar batu bata agar tahan api.
Dengan hasil-hasil yang dicapai dalam bahan bangunan, diharapkan penelitian dapat menunjang produksi bahan bangunan dalam negeri dan mengurangi saingan batu ubin, batu bata dan keramik magnetik dari luar negeri. Selain itu juga dilanjutkan penelitian pengadaan bahan baku bangunan yang terdiri dari kayu komposit, sebagai hasil campuran dengan semen. Bahan ini memiliki daya tahan besar terhadap api dan air.
Sementara itu penelitian dalam aneka industri meliputi pengkajian kebutuhan dalam negeri dan komoditi ekspor seperti untuk industri pangan, sandang, barang logam, alat angkut, rayon, karet bongkah, kayu lapis, dan rokok kretek.
Demikian pula telah diteliti persiapan kemampuan industri permesinan di Indonesia. Penelitian dalam bidang industri kecil meliputi keterkaitan industri kecil dengan industri menengah, pencadangan industri kecil, penelitian mengenai berbagai sistem produksi untuk industri kecil bahan bangunan, bahan logam, bahan kulit dan bahan rotan sebagai beberapa bahan yang sekaligus merupakan komoditi ekspor. Dalam Repelita III telah dilakukan sebanyak 1.083 penelitian yang juga dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian maupun balai-balai industri. Bantuan kepada industri juga diberikan melalui pengujian hasil-hasil mereka, yang dimaksudkan sebagai perlindungan/jaminan mutu kepada konsumen di dalam negeri, yang dikaitkan dengan Standar Industri Indonesia (SII).
Penelitian pengembangan instrumentasi dan metrologi meliputi pengembangan alat-alat seperti alat pembatasan aliran air minum yang dibuat dari plastik serta relatif murah dan mudah pemasangan dan pengoperasiannya. Demikian pula telah dirancang prototip alat pengontrol saluran minyak di daerah terpencil/jarak jauh yang dikenal sebagai Proportional Integral Derivative/PID. Selain itu telah dirancang pula alat pengukur pencemaran udara, khususnya sebagai akibat hasil buangan kendaraan bermotor. Dalam hubungan ini diukur kualitas udara, kecepatan kendaraan, kecepatan dan arah angin, suhu serta kelembaban udara.
Alat-alat lain yang telah dibuat prototipnya ialah antara lain :
- alat otomatik pengukur curah hujan;
- alat telemetri cuaca;
- jembatan timbang berpindah-pindah (mobile);
- alat sistem deteksi kendaraan untuk jalan bebas hambatan Jakarta-Tangerang.
Pengembangan prototip lainnya dalam bidang instrumentasi optik, antara lain mencakup :
- hologram manual;
- sistem optik tidak simetrik;
- zoom eyepiece dengan panjang fokus 25 mm;
- dioptometer, yaitu alat pengukur cacat pembiasan untuk mata statik demi pengadaan koreksi.
Dalam bidang instrumentasi metrologi telah berhasil dibuat :
- goniometer yang merupakan bola integral dalam pengukuran arus pancar (=luminous flux);
- meja ukur dimensional sebagai alat kalibrasi dari obyek yang panjang dan mencapai 2.300 mm.
e) Wahana Industri Rekayasa
Dalam rangka mengembangkan industri rekayasa di Indonesia, telah dikembangkan berbagai prototip peralatan untuk industri kecil dan pedesaan, seperti prototip pengering ikan, pengering hasil pertanian (cabai dan bawang), peralatan penunjang industri bahan bangunan tanah list, mesin perontok padi serta peralatan pengupas singkong untuk daerah transmigrasi dan sebagainya.
Dalam bidang industri rekayasa telah dilakukan pula berbagai pengkajian yang mencakup bidang industri gula, kelapa sawit, semen, pengolahan kimia, pengolahan hasil pertanian, industri mesin dan peralatan pabrik. Di samping itu telah diteliti pengembangan teknologi untuk menunjang industri alat dan mesin pertanian, seperti traktor pertanian, alat-alat berat dan alat perlengkapannya.
(f) Wahana Industri Energi
Pengkajian energi dilakukan dalam usaha untuk menganalisa kebutuhan jangka panjang dan penyediaan energi, pengembangan energi non-konvensional, termasuk energi yang dapat diperbaharui/adakan kembali.
Dalam kaitan ini antara lain pabrik percontohan etanol di Lampung yang membuat bahan bakar dari ubi jalar dan singkong, mempunyai kapasitas 15.000 liter/hari. Demikian pula diadakan penelitian terhadap perbedaan suhu air laut sebagai sumber energi (OTEC). Penelitian ini baru mencapai tahap laboratorium, mengingat bahwa biaya penerapan teknologi ini belum memenuhi syarat ekonomis.
Suatu usaha lain untuk membantu penyebaran listrik di daerah pedesaan, ialah pengadaan pembangkit tenaga listrik minihidro (PLTM) antara lain dengan daerah percobaan di Plered/Jawa Barat serta di Waikelo Sawah dan Waikabubak di Sumba Barat. Juga diusahakan pengadaan energi berdasarkan proses kimiawi dari berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti dari eceng gondok maupun lamtoro untuk biogas. Khususnya pengadaan energi dari lamtoro diperkirakan dapat membantu memberikan suatu sumber penghasilan baru kepada daerah-daerah kritis, karena lamtoro dapat tumbuh dengan mudah. Demikian pula tersebarnya eceng gondok di berbagai daerah memungkinkan penggunaannya untuk pengadaan energi baru sebagaimana dilaksanakan di Cilangkap, Purwakarta (Jawa Barat) dan di desa Kerinci (Sumatera Barat). Penggunaan lamtoro untuk energi dilaksanakan di Kabupaten Sleman (Yogyakarta).
Sumber energi yang telah dikenal seperti batubara dikembangkan kembali seperti pengembangan batubara di daerah Bangko, khususnya melalui proses gasifikasi dari batubara coklat untuk dijadikan briket-briket, maupun kokas.
Pengembangan tenaga listrik geotermal dikembangkan lebih lanjut di daerah Banten (Jaws Barat) dan di bagian selatan dari Jawa Barat.
(g) Wahana Industri Alat dan Mesin Pertanian
Pengkajian industri alat-alat pertanian diperlukan dalam rangka menata kembali dan mengadakan persiapan analisa teknis untuk pembinaan industri pertanian. Untuk itu diusahakan penemuan suatu tahap mekanisme yang serasi untuk daerah pedesaan dalam usaha mencapai hasil-hasil sektor pertanian. Untuk itu dalam tahun 1984/85 sedang dikaji pengembangan traktor tangan untuk mengerjakan tanah-tanah pertanian yang luas atau tanah-tanah yang sudah kurang produktif dan akan memberikan hasil lebih rendah lagi, apabila terus ditangani secara tradisional.
(h) Wahana Industri Pertahanan dan Keamanan
Dalam usaha menangani dan memproduksi sebanyak mungkin bahan dalam negeri untuk keperluan pertahanan dan keamanan, terutama senjata ringan dengan pengecoran yang tepat, telah diadakan berbagai penelitian. Selain itu diadakan penelitian dan pengkajian terpusat, pembuatan prototip dan uji coba dari rantai tank, sistem persenjataan, pengawasan wilayah, jalur logistik serta kemampuan wilayah. Mengingat bahwa wilayah terluas di Indonesia merupakan lautan, diperlukan pula penginderaan dan pengendalian lautan secara cepat dan cermat. Dalam kaitan ini dikembangkan berbagai gagasan, dengan antara lain penentuan pangkalan utama Angkatan Laut di Teluk Ratai/ Lampung.
(i) Wahana Industri Perangkat Lunak
Untuk pertumbuhan kegiatan berbagai bidang ekonomi lainnya, dilakukan pula berbagai penelitian dan kegiatan untuk memperkuat perangkat lunak. Untuk itu dikembangkan lebih lanjut berbagai kegiatan antar-lembaga/departemen dalam tukarmenukar informasi dan penyusunan dokumentasi industri, meningkatkan kemampuan para peneliti dan mengadakan kaderisasi penelitian untuk masa depan.
Suatu sarana penunjang yang sangat penting dalam usaha mempercepat proses pembangunan, dalam hal ini melalui peningkatan sinkronisasi pemikiran-pemikiran ilmiah, ialah pengembangan PEPUNAS (dalam Repelita II dan III) menjadi Dewan Riset Nasional (DRN) melalui Kepres no. 1 Tahun 1984. Melalui berbagai rapat koordinasi nasional antar instansi, dapat ditentukan bersama sasaran-sasaran penelitian yang dapat dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang, guna mencapai sasaran-sasaran pembangunan dalam berbagai sektor dengan se-efisien mungkin.
Suatu sarana untuk peningkatan keberhasilan penelitian dan pengkajian berbagai bidang dalam menunjang berbagai sektor dalam pembangunan, ialah jumlah berbagai tenaga peneliti dalam berbagai bidang. Ternyata bahwa peneliti mulai dari tingkat di bawah sarjana muda sampai dengan tingkat doktor untuk bidang ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan mencapai angka persentase yang tertinggi yaitu 29,9 %, disusul oleh para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, masing-masing mencapai 21,5 % dan 21,4 % untuk kemudian disusul oleh para ahli dalam bidang pertanian (19,8 %) dan kemudian baru ahli dalam bidang ilmu kesehatan (7,3 %). Jumlah keseluruhan ahli yang terdaftar dalam tahun 1983/84 dan bergerak dalam bidang penelitian dan pengkajian mencapai 29.857 orang.
d. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bidang Pertahanan dan Keamanan (PUNAS-RISTEK IV).
Dalam usaha mengurangi ketergantungan kepada luar negeri, sesuai dengan pengarahan Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1983, perlu dikembangkan industri pertahanan dan keamanan di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam (a) upaya modernisasi, dengan sekaligus memperhatikan agar digunakan peralatan dan perlengkapan hasil produksi dalam negeri; dan (b) dalam rangka peningkatan kemampuan pemeliharaan dan perawatan untuk menjamin kesiapan peralatan yang dipergunakan.
Dalam kaitan ini semenjak Repelita III telah dikembangkan beberapa senjata ringan dan sedang, dilaksanakan pengembangan kemampuan produksi roket, ditingkatkan kemampuan produksi baik peralatan transportasi maupun pemeliharaan peralatan dan komponen-komponennya, yang kesemuanya dilaksanakan dalam rangka pengembangan industri Hankam di Indonesia. Beberapa hasil yang dicapai dalam tahun 1984/85 ialah produksi bubuk metalurgi, penggunaan karbid, peningkatan laboratorium, balistik terpusat, pembuatan prototip dan uji coba rantai tank, pengembangan sistem persenjataan, pengawasan wilayah dan jalur logistik serta pembinaan dan pengendalian wilayah perairan Indonesia.
e. Program Utama Riset dan Teknologi dalam bidang So-sial Ekonomi, Falsafah, Budaya, Hukum dan Perundang-undangan (PUNAS-RISTEK V).
Sebagai wahana yang ke-8 dalam proses transformasi menuju ke industrialisasi, kegiatan dalam bidang penelitian dalam PUNAS ini ditujukan untuk menemukan masalah-masalah yang dapat menghambat pembangunan, ataupun berbagai kebijaksanaa yang telah diadakan demi kelancaran berbagai kegiatan pembangunan.
Dalam usaha memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan sejarah politik di Indonesia, telah diteliti antara lain fungsi DPR dalam teori dan praktek, perkembangan budaya dan pendidikan politik di Indonesia, perkembangan pemikiran sosial politik (periode 1908-1928), perkembangan dan prospek kerjasama dalam lingkup ASEAN, serta dampak politik luar negeri berbagai negara terhadap wilayah Asia Pasifik.
Telah dilaksanakan pula studi orientasi nilai-nilai sosial budaya dari berbagai masyarakat, seperti masyarakat di Aceh, Jawa, Bugis, Ngada (di Flores) dan lain-lain.
Selain itu dari berbagai studi diperoleh data antara lain mengenai dampak silang perkembangan industri dan sistem nilai budaya masyarakat, serta tentang kehidupan antar-umat beragama dalam rangka peningkatan integrasi nasional.
Pada akhir Repelita III dan awal Repelita IV diadakan penelitian mengenai dampak industrialisasi dan kemampuan daya serap tenaga kerja Baru di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung dan Jakarta. Demikian pula telah diteliti keterkaitan industri kecil dan menengah dengan industri besar di daerah Semarang, Surakarta dan Yogyakarta, maupun dampak sosial dari penkembangan industri besar di Sumatera Utara.
Masalah perpindahan penduduk di daerah JABOTABEK telah memperoleh perhatian pula mengingat perkembangan yang terus menerus dan perluasan dari wilayah DKI-Jakarta.
Beberapa penelitian telah memperhatikan peranan wanita dalam pembangunan, seperti penelitian di Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Bali. Selanjutnya telah diteliti profil tenaga kerja wanita di sektor informal terutama di Sumatera; tenaga kerja anak-anak dan buruh wanita dalam subsektor industri rokok dan pertekstilan; peranan anak yang putus sekolah; keadaan tenaga kerja wanita di Indonesia dan keadaan rumah tangga di Indonesia; dan kesejahteraan buruh dan keluarganye.
Dalam bidang ketenagakerjaan telah dihasilkan 94 buah penelitian yang berusaha memberi jawaban terhadap perkembangan masalah ketenagakerjaan di Indonesia, seperti penelitian masalah kesempatan kerja di kota-kota baser; perlindungan dan perawatan buruh tani; masalah tenaga kerja anak-anak dan wanita; penyerapan teknologi dalam produksi dalam rangka penyerapan tenaga kerja dan investasi di bidang perikanan; usahausaha untuk mendorong pengupahan bagi jenis pekerjaan yang bersifat padat karya; bidang industri kecil rakyat; sektor informal di daerah pedesaan; masalah tenaga kerja mandiri melalui jenis-jenis keterampilan yang mampu menunjang Mini Indonesia Estate (MIE); dan kebijaksanaan pemerintah dan perusahaan-perusahaan di sektor industri dalam menciptakan hu-bungan perburuhan Pancasila.
0 komentar:
Posting Komentar