Sabtu, 03 Desember 2016

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, PENELITIAN DAN STATISTIK


ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, PENELITIAN DAN STATISTIK
A. ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN PENELITIAN
Dalam Repelita I kegiatan penelitian diselenggarakan oleh beberapa lembaga penelitian yang telah berdiri pada waktu itu, antara lain LIPI, BATAN, LAPAN, BAKOSURTANAL, BPS serta sejumlah Departemen dan Perguruan Tinggi yang telah mempunyai unit penelitian. Titik berat kegiatan lembaga-lembaga peneli­tian diletakkan pada konsolidasi intern lembaga dan usaha peningkatan kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing, khususnya peningkatan tenaga manu­sia (jumlah dan mutu), saran, prasarana dan lain sebagainya. Menjelang Repelita II, dalam kabinet Pembangunan II dite­tapkan adanya Menteri Negara Riset dengan Keppres No. 9 Tahun 1973. Dalam Repelita II konsolidasi lembaga-lembaga peneli­tian ditingkatkan dan diletakkan dasar-dasar untuk koordinasi dan kerjasama antar lembaga penelitian, baik di dalam negeri maupun dengan luar negeri. Dalam bulan Oktober 1976 didirikan Proyek Pembangunan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) sebagai Program Utama Nasional di bawah pengarahan dan koor­dinasi langsung Menteri Negara Riset.

Dalam Repelita III, peranan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang pembangunan nasional lebih di­tingkatkan lagi. Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mene­gaskan bahwa kebijaksanaan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Repelita III, diarahkan kepada pengembangan kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan serta prioritas pembangunan.

Berdasarkan kebijaksanaan dasar tersebut ditetapkan Pro­gram-program Utama Nasional Ristek sebagai pedoman/arah bagi semua program/proyek Ristek di Indonesia, yaitu Program Utama Nasional Ristek di bidang Kebutuhan Dasar Manusia, Sumber Alam dan Energi, Industrialisasi, Pertahanan dan Keamanan, serta di bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Falsafah, Hukum dan Perundang-undangan. Untuk memonitor, mengevaluasi dan meru­muskan program-program utama nasional itu didirikan Team Perumus dan Evaluasi Program-program Utama Nasional (Team Pepunas) Ristek yang merupakan unit organisasi non struktural dan lang­sung berada di bawah Menteri Negara Ristek.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan nasional tersebut di atas dimana kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi ma-kin ditingkatkan, maka dalam Kabinet Pembangunan III fungsi Menteri Negara Riset diperluas menjadi Riset dan Teknologi. Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan teknologi (LPND Ristek, Litbangdep, Litbang Perguruan Tinggi dan Badan Usaha Negara) lebih dimantapkan dan di samping itu didirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam Repelita IV, kebijaksanaan Nasional Ristek merupa­kan kelanjutan dan peningkatan dari kebijaksanaan nasional Ristek Repelita III. Khususnya Garis-garis Besar Haluan Ne­gara (GBHN) 1983 memberikan arah kebijaksanaan bagi pengem­bangan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian sebagai berikut :

  • Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditujukan pa­da peningkatan kemampuan nasional dalam ilmu dan teknolo­gi yang diperlukan dalam pembangunan, sesuai dengan kebu­tuhan serta prioritas pembangunan.
  • Dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengeta­huan serta hasil-hasil penelitian bagi pembangunan, terus ditingkatkan iklim yang menggairahkan bagi tenaga peneli­ti, kegiatan penelitian dan pengembangan ilmunya. Ca­bang-cabang ilmu yang penting tetapi yang kurang pemi­natnya perlu diberi perhatian khusus dengan mengambil langkah-langkah pyata untuk mengembangkannya.
  • Lembaga-lembaga penelitian lebih ditingkatkan dayaguna dan partisipasinya dalam pembangunan dan pemecahan masa­lah-masalah yang mendesak, dengan meningkatkan pendekatan penelitian secara interdisiplin, terpadu dan operasional. Di samping itu lebih ditingkatkan jaringan informasi il­miah termasuk kepustakaan, kearsipan dan kestatistikan, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya dalam pelaksanaan pembangunan.
  • Kemampuan lembaga penelitian di dalam maupun di luar lingkungan perguruan tinggi lebih ditingkatkan melalui peningkatan peralatan dan mutu maupun jumlah tenaga pene­litinya. Selanjutnya perlu dikembangkan sistem pengharga­an.yang lebih sepadan bagi hasil karya ilmiah yanmanfaat bagi ilmu pengetahuan serta berguna untuk pem­bangunan.
  • Dalam mendorong kegiatan pembangunan perlu dilanjutkan peningkatan efisiensi serta pemanfaatan teknologi yang tepatguna, termasuk teknologi tradisional, dengan mene­liti secara seksama teknologi yang akan dipilih sehingga dapat menunjang usaha peningkatan produksi, perluasan ke­sempatan kerja dan pemerataan pendapatan, serta pemeliha­raan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.
2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah
Dalam rangka pelaksanaan seefektif dan seefisien mungkin penggarisan yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara, maka dalam Repelita III telah diadakan suatu Pola Dasar Kebijaksanaan Nasional dalam bidang Riset dan Teknolo­gi, yang dikenal sebagai Program-program Utama Nasional dalam bidang Riset dan Teknologi (PUNAS - RISTEK). 

Budaya, Hukum dan Perundang­undangan. 
Sejak awal Repelita IV, MenRistek dibantu oleh suatu De-wan Riset Nasional yang memonitor kegiatan-kegiatan dari ber­bagai lembaga penelitian dalam rangka PUNAS RISTEK tersebut. Koordinasi pelaksanaan penelitian lintas sektoral dan lintas instansi ini, membantu penyempurnaan tatanan kelembagaan ri­set dan teknologi, maupun peningkatan kemampuan lembaga-lem­baga penelitian di dalam negeri. Dewan Riset Nasional merupa­kan suatu organisasi non-struktural yang membantu Menteri Ri­set dan Teknologi dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi-fungsinya.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan 
Sejak Repelita I, pelaksanaan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengutamakan peningkatan baik jum­lah maupun mutu para peneliti dan teknisi, pengadaan sarana dan prasarana riset dan teknologi, peningkatan sistem infor­masi ilmiah, dan popularisasi ilmu pengetahuan, riset dan teknologi bagi masyarakat luas, terutama kaum remaja.

Pertambahan jumlah serta peningkatan kualitas dari para peneliti ilmuwan dan tenaga riset dan teknologi lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dilaksanakan dengan meman­faatkan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di dalam negeri.

Jumlah tenaga peneliti, khususnya dari LIPI, LAPAN, BATAN, BAKOSURTANAL DAN BPPT, yang menjalani pendidikan lanjutan da­lam Repelita III dan awal Repelita IV pada umumnya telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita II. Untuk berbagai tingkat pendidikan (doktor, magister, sarjana, kursus dan pendidikan khusus) yang di da­lam negeri, dalam tahun 1978/79 tercatat 925 orang dan dalam tahun 1983/84 sebanyak 2.556 orang serta 1.753 orang dalam tahun 1984/85 (Tabel XVII-1). Sedangkan untuk pendidikan di luar negeri, tercatat 94 orang dalam tahun 1978/79 dan 238 orang dalam tahun 1983/84, serta meningkat lagi menjadi 573 tenaga dalam tahun 1984/85 (Tabel XVII-2). Khusus dalam tahun 1984/85 nampak adanya pengalihan titik berat dari pendidikan di dalam negeri ke luar negeri yang akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV.

Dalam Repelita I, II, dan III serta tahun 1984/85 secara bertahap telah diadakan berbagai prasarana dan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendorong kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

  • Sebagai fasilitas dalam bidang penelitian nuklir bagi BA-TAN telah selesai dibangun biological shielding reactor, laboratorium instrumentasi, radio kimia, pengolahan sam­pah nuklir di Yogyakarta, gedung-gedung laboratorium un­tuk standardisasi dan pengolahan nuklir di Jakarta, serta pembangunan tahap I reaktor serba guna PUSPIPTEK di Ser­pong. Dalam Repelita II telah diselesaikan pembangunan reaktor atom Kartini di Yogyakarta yang dipergunakan untuk pro-gram pendidikan dan latihan bagi para ahli dan teknisi nuklir Indonesia. Gedung ini antara lain dipergunakan pu­la untuk pendidikan dalam bidang nuklir untuk kawasan ASEAN dan Asia Tenggara bekerja disamping itu di Bandung telah dibangun reaktor atom yang ditujukan pada kemampuan produksi radio isotop. Telah pu­la diselesaikan studi kelayakan berupa rancangan suatu Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jawa Tengah.
  • Sarana penelitian di PUSPIPTEK/Serpong yang telah siap dibangun dan yang sudah mulai berfungsi ialah Laborato­rium Uji Konstruksi (LUK), Laboratorium Kalibrasi, Ins­trumentasi dan Metrologi (KIM), sedangkan reaktor serba guna tahap I masih dalam tahap pembangunan. Kelompok reaktor ini terdiri dari laboratorium radio-isotop, labo­ratorium elemen bakar reaktor dan pengolahan limbah ra­dioaktif. Pembangunan kompleks penelitian di Serpong ini dimulai tahun 1976 dengan tanah aeluas 344,6 ha. Di samping sara­na pengolahan nuklir yaitu reaktor serba guna, dibangun pula laboratorium uji konstruksi yang mulai beroperasi dalam tahun 1984 di samping laboratorium kalibrasi dan instrumentasi yang mulai beroperasi pada tahun yang sama. Selanjutnya perencanaan terperinci telah dimulai untuk laboratorium aerogasdinamika dan getaran, laboratorium sumber daya energi, laboratorium elektroteknika, labora­torium fisika terapan dan laboratorium kimia terapan. Laboratorium Uji Konstruksi (LUK) telah mampu mengadakan berbagai kegiatan seperti : penelitian analisasi tegang eksperimental, penelitian metalografi dan fotografi, pe­nelitian/uji rangkak, uji logam secara statis, uji logam secara dinamis, uji komponen dinamis dan uji komponen dan konstruksi dinamis serta penelitian steering force.
  • Selain itu dalam Repelita III untuk LIPI telah dibangun gedung bagi penelitian ilmu-ilmu sosial dan sedang di­rancang pembangunan sarana penelitian bioteknologi di Ci­binong (Jawa Barat). Penyebaran dokumentasi dan informasi ilmu pengetahuan dan ristek telah ditingkatkan oleh lem-baga Pusat Dokumentasi dan Informasi Nasional.
  • Sarana penelitian dalam bidang pemetaan telah pula di­tingkatkan, sehingga semenjak awal Repelita III BAKOSUR­TANAL telah mampu membuat berbagai jenis peta (termasuk jenis tematik) untuk berbagai keperluan perencanaan pem­bangunan. Proses pemetaan ulang dari Indonesia sendiri dilanjutkan secara bertahap mengingat luasnya tanah air Indonesia dan perubahan berbagai kondiai geografik dan topografik serta lahan. Kegiatan pemetaan merupakan suatu kegiatan yang perlu dilakukan terus menerus. Dengan pe­ningkatan sarana dan kemampuan pemetaan darat maupun pe­metaan laut di Indonesia terbinalah suatu bidang ilmu pengetahuan baru di Indonesia, khususnya pengembangan ilmu geografi.
  • Semenjak Repelita I dan terutama dalam Repelita II dan Repelita III sarana pengembangan ilmu kedirgantaraan te­lah mengalami banyak kemajuan. Dalam Repelita III telah berhasil dibangun baik stasiun bumi yang dikaitkan dengan satelit cuaca maupun stasiun bumi yang dikaitkan dengan satelit sumber daya alam. Dengan adanya stasiun-stasiun bumi penerima isyarat-isyarat satelit-satelit khusus ini, informasi tentang cuaca maupun sumber daya alam dapat di­pergunakan secara lebih cepat untuk keperluan praktis, seperti penentuan alur penerbangan yang aman apabila ada gunung meletus di suatu daerah, ataupun perencanaan pe­ngolahan sumber daya alam untuk keperluan pembangunan ekonomi. Dalam tahun pertama Repelita IV telah dimulai. usaha-usaha pendidikan para perencana dari berbagai pro­pinsi (BAPPEDA) untuk diperkenalkan dengan teknologi baru dalam arti interpretasi data dalam rangka perencanaan re­gional. Wilayah yang telah siap berbagai jenis datanya ialah pulau Sumatera, sedangkan untuk pulau-pulau lain­nya akan diselesaikan baik peta-peta tematik maupun peta topografiknya.
  • Suatu hasil mandiri berdasarkan pengolahan dana secara baik dan efisien telah dilakukan oleh LEN/LIPI. Sebagai hasil peningkatan kemampuannya untuk membangun pemancar­pemancar untuk keperluan siaran televisi dan radio, maka telah dibangun sebanyak 90 pemancar di sepanjang daerah perbatasan Indonesia.
  • Berbagai peningkatan sarana penelitian dalam bidang bio­teknologi untuk energi telah dimulai di Lampung dengan pengadaan sarana pendidikan dan penelitian, masing-masing di Sulusuban dan Tulang Bawang. Saran penelitian ini mengkhususkan diri dalam memperoleh energi bahan bakar dari singkong dalam bentuk ethanol. Peneliti dan peran­cang serta pembangunan dari pabrik ethanol itu sendiri dibuat oleh tenaga-tenaga dalam negeri.
  • Untuk menunjang kegiatan-kegiatan penelitian diperlukan pula kesadaran masyarakat yang menghargai dan menghayati pentingnya kegiatan ini, khususnya di kalangan generasi muda yang akan mengisi kesempatan kerja yang mulai tersedia. Untuk itu dilaksanakan berbagai kegiatan pengenal­an pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pem­binaan partisipasi para remaja. Beberapa kegiatan terse-but ialah peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi di Ma­taram, Palembang, Tanjung Karang, Pontianak dan Surabaya, kegiatan latihan perkemahan alam remaja dalam rangka mengikuti proses gerhana matahari di Indonesia tahun 1983, kegiatan Widya Wisata Pers dan Widya Wisata Remaja Bahari, penataran penulisan ilmiah popular, penataran bagi pengajar ilmu pengetahuan dan matematika, latihan dan pengenalan metodologi penelitian bagi guru, temu pendapat organisasi profesi ilmiah, berbagai kegiatan ceramah dan diskusi serta peliputan kegiatan ilmu penge­tahuan dan teknologi melalui siaran radio dan televisi. Selanjutnya, beberapa kegiatan untuk memasyarakatkan'ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya untuk mengajak remaja sedini mungkin menaruh perhatian pada bidang-bidang ini ialah penyelenggaraan Lomba Karya Ilmiah bagi remaja dan pemuda di bawah umur 21 tahun dan penyebaran berbagai media cetak/terutama majalah. Berbagai majalah ilmiah telah diterbitkan baik dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, maupun bidang-bidang antar-disiplin (umum) serta data tehnis lainnya. Beberapa terbitan di antaranya ialah Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Masyarakat Indonesia, Treubia, Bio-Indonesia, Alam Kita, Buletin Kebun Raya, Pewarta Lembaga Biologi Nasional, Oseanologi Indonesia (dengan terbitan terpilih dalam bahasa Inggris: Marine Research in Indonesia dan Oceanographical Cruise Report), Pewarta Oseana, Instrumentasi, Metalurgi, Komu­nika dan lain-lain.
  • Dalam rangka meningkatkan komunikasi antar ilmuwan serta peningkatan koordinasi penelitian, dalam Repelita II dan III telah diadakan dua kali kongres ilmu pengetahuan na­sional (KIPNAS), yang hasil-hasilnya sangat bermanfaat membantu dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan penelitian/ ilmu pengetahuan dan teknologi antar instansi/departemen.
  • Suatu jenis kegiatan yang sangat penting dalam memasuki tahap industrialisasi ialah kegiatan penelitian instru­mentasi dan standardisasi peralatan maupun mutu. Kegiatan standardisasi mempunyai arti yang penting terutama untuk sektor industri di samping untuk usaha peningkatan ekspor non-minyak dan gas alam. Untuk itu telah dibentuk pengu­rus harian Dewan Standardisasi Nasional dengan tugas me­rumuskan kebijaksanaan standardisasi dan merencanakan program-program serta mengesyahkan baik standar-standar maupun penerapannya, dan mengadakan evaluasi terhadap ke­giatan standardisasi di Indonesia.
Kegiatan standardisasi nasional meliputi 4 (empat) bi­dang, yaitu kegiatan pengadaan dan pelaksanaan standar, pe­ngujian dan sertifikasi serta penyebaran dan usaha memperoleh informasi standardisasi internasional. Sebagai awal telah di­mulai penyempurnaan lambang-lambang grafik listrik KBL, studi pengembangan sistem nasional untuk pengujian dan sertifikasi sebagai bahan pertimbangan, pengadaan Daftar Standar Indone­sia 1983, sebagai revisi terhadap daftar standar tahun 1981 dan kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional seperti ISO dan IEC.

Selanjutnya dilaporkan secara ringkas penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah di­laksanakan dalam tahun-tahun Repelita I, II dan III serta ta­hun 1984/85:
a. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bidang Kebutuhan Dasar Manusia (PUNAS - Ristek - I).
1) Program penelitian tenaga kerja dan transmigrasi
Dalam rangka menunjang kebijaksanaan perluasan dan peme­rataan kesempatan kerja Serta peningkatan mutu dan perlin­dungan tenaga kerja, maka sejak awal Repelita III penelitian difokuskan pada penyebarluasan teknologi yang padat karya, dampak pengeluaran dan investasi pemerintah terhadap perluas­an kesempatan kerja, penciptaan lapangan kerja, dan kebijak­sanaan tenaga kerja dalam sektor informal.

Penelitian masalah tranemigrasi dalam rangka pelaksanaan­nya secara terpadu ditujukan untuk mengembangkan konsepsi da­sar dan kebijaksanaan baik umum dan operasional maupun lintas sektoral, khususpya untuk mendukung pembinaan daerah transmi­grasi agar pendapatan transmigran dapat meningkat.

Selanjutnya dalam tahun 1984/85 telah diadakan penelitian mengenai peranan wanita dalam pembangunan di Sumatera Barat, Jawa Timur dan Bali; penelitian profil tenaga kerja wanita dalam sektor informal di kotamadya Semarang; penelitian me­ngenai pendapatan dan kehidupan para petani karet di Sumatera Selatan; penelitian transmigran dan pola usaha tani di Sula­wesi Tenggara, serta penelitian mengenai kondisi sosial-eko­nomi dan pola pendapatan nelayan di Muncar (Jawa Timur), Se­marang dan Jepara (Jawa Tengah).

Khusus dalam bidang ketenagakerjaan telah dilakukan 94 penelitian. Penelitian-penelitian tersebut antara lain men­cakup : peranan kelembagaan dan partisipasi penduduk dalam pembangunan di Bali dan Jawa; kesempatan kerja di sektor konstruksi, masalah tenaga kerja di Jawa Timur; pasaran kerja dalam rangka penyediaan kebutuhan tenaga kerja terampil di Jawa Timur, kesempatan kerja golongan ekonomi terlemah dan tukang becak di daerah perkotaan di Jawa dan luar Jawa; pe­ningkatan kesejahteraan buruh dan keluarga melalui perluasan kesempatan kerja anak-anak buruh; masalah pengembangan lemba­ga pasar kerja di Indonesia; kesempatan kerja, perlindungan dan perawatan buruh tani di Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat; tenaga kerja anak-anak dan buruh wanita di sub sektor indus­tri rokok dan perusahaan batik; masalah anak putus sekolah; pengumpulan dan penyebarluasan teknologi yang sesuai; dan cara-cara produksi yang banyak menyerap tenaga kerja di bi­dang perikanan. Selain itu dalam tahun 1984/85 dilaksanakan penelitian keadaan tenaga kerja wanita di Indonesia; keadaan rumah tangga di Indonesia; penyerapan dan pembakuan data di bidang perselisihan perburuhan di DKI Jakarta; kesempatan ker­ja, perlindungan buruh tani di Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat; penyerapan dan pembakuan data di bidang AKAD/AKAN; penyerapan dan pembakuan data serikat buruh menurut lapangan pekerjaan (SBLP); penyerapan dan pembakuan data di bidang perselisihan perburuhan dan pengupahan, pengembangan pelaksa­naan dan penampungan TKS, BUTSI; usaha-usaha untuk mendorong pengupahan barang-barang yang bersifat padat karya di bidang komoditi impor; penggunaan traktor mini di kabupaten Maros dan Sidrap (Sulawesi Selatan), Pulau Jawa dan Bali; perluasan kesempatan kerja melalui pemanfaatan musim senggang di bidang pertanian pangan; perluasan kesempatan kerja di sektor indus­tri kecil/rakyat yang banyak menyerap tenaga kerja; masalah kesempatan kerja di sektor informal di daerah pedesaan; masalah kelembagaan dalam peningkatan pasar kerja; peningkat­an efektifitas kegiatan balai latihan kejuruan (BLK) industri dan pertanian; peningkatan peranan lembaga buruh dan pengusa­ha dalam perlindungan tenaga kerja; teknik padat karya bagi penanaman modal; pengamatan penghapusan jaring trawl terhadap masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di Cilacap (Jawa Tengah); peranan lembaga buruh dan pengusaha dalam rangka perlindungan tenaga kerja; masalah kesempatan kerja dalam rangka pergeseran tenaga kerja di sub sektor industri rokok dan tekstil; masalah tenaga kerja muda dan jenis-jenis kete­rampilan yang menunjang pertumbuhan mini industrial estate (MIE); kebijaksanaan pengupahan di sektor industri dalam men­ciptakan hubungan perburuhan Pancasila, dan berbagai peneli­tian lainnya.

2) Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Teknologi Pangan.
Hasil-hasil penelitian dalam bidang pertanian dan pangan, semenjak Repelita I hingga kini telah banyak membantu terca­painya peningkatan hasil pertanian untuk berbagai bahan pangan dan komoditi lainnya.

Dalam 10 tahun terakhir telah dimasyarakatkan sebanyak 48 varitas padi dengan berbagai sifat yang sesuai dengan lahan irigasi, lahan kering, lahan pasang surut, lebak dan lahan berkadar garam tinggi. Dengan varitas-varitas unggul ini, po­tensi stabilitas produksi padi dalam berbagai kondisi ling­kungan telah lebih terjamin. Sejak Repelita I sampai dengan akhir Repelita III, telah dilepas sejumlah varitas unggul ba­ru (termasuk varitas pengenalan yang berpotensi produksi 4,5 - 6 ton/ha dan tahan terhadap hama wereng coklat). Varitas­varitas yang dilepas dalam Repelita III ialah antara lain Ci­sadane, Cimandiri, Ayung, Samara, Cipunegara, Barito, Krueng Aceh, Batang Agam, Sandang, Bahbolon, Sentani, Tondano, Ci­tandui, Klara, Bogowonto, Porong, Singkarak, Mahakam serta Atomita I dan Atomita II. Demikian pula telah dilepas vari­tas IR-42, IR-50, IR-52, IR-46, IR-54 dan IR-56. Dalam tahun 1984 telah dilepas 6 varitas baru untuk padi, yaitu Batang, Ombilin, Kapuas, Arias, Ranau, Cikapundung dan Maninjau.

Beberapa usaha selanjutnya ialah pemanfaatan energi nuk­lir dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, meningkat­kan sumber daya alam dan energi, dan kebutuhan bidang indus­tri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia, kegiatan irradiasi telah menghasilkan Atomita I dan Atomita II yang telah dicoba di berbagai daerah. Dalam musim tanam tahun 1984/85 telah diadakan penyebaran varitas Atomita I, antara lain di Jawa Barat di sawah-sawah seluas 1.124 ha, di Kali­mantan Timur seluas 1 ha, di Sulawesi Utara seluas 5 ha, dan di Sulawesi Tengah seluas 1 ha. Selain itu, varitas Atomita II telah pula disebarkan di sawah-sawah di Jawa Barat seluas 827 ha, di Kalimantan Selatan 32 ha, di Sulawesi Utara 2 ha dan di Nusa Tenggara Barat seluas 15 ha. Demikian pula kedua varitas ini telah disebarluaskan di DI-Yogyakarta di sawah seluas 1.074 ha, Jawa Timur 101 ha, Lampung 2 ha, Jawa Tengah 223 ha dan di Sumatera Utara 2 ha.

Berbagai penelitian dan evaluasi telah dilaksanakan pula dalam rangka usaha meningkatkan dampak positif pada bidang

pertanian dan perkebunan. Selama Repelita III usaha tersebut meliputi tanaman pangan (perluasan daerah padi, palawija, hortikultura dan gandum); peternakan (menyediakan teknologi tepatguna untuk meningkatkan produksi daging, susu dan te­lur, perbaikan aneka ternak); perikanan melalui terutama pem­budidayaan udang tambak, penangkapan ikan cakalang, pening­katan budi daya ikan darat dan ikan laut; dan perkebunan yang ditunjang oleh berbagai teknologi tepatguna untuk menunjang produksi tanaman melalui intensifikasi, perluasan areal mau­pun rehabilitasi.

Di samping itu telah dilanjutkan penelitian padi hibrida. Keuntungan dari hibrida ialah antara lain, berumur lebih genjah (7-14 hari) terhadap induk aslinya, memiliki ketahanan yang lebih baik dan lebih besar dibandingkan dengan induk semula, serta mempunyai potensi produksi yang lebih tinggi.

Dalam hubungan ini diadakan pula penelitian pengendalian hama dan penyakit, terutama dalam usaha menjamin stabilitas produksi tanaman. Dalam tahun 1984/85 kegiatan penelitian ini ditujukan terhadap hama penyakit ganjur, penggerek batang, lalat bibit, tikus, wereng hijau, wereng penggung putih, bak­teri daun, penyakit tungro, virus, kerdil rumput dan kerdil hampa.

Dalam usaha penambahan baik varitas maupun komoditi pala­wija (jagung, kedele, kacang hijau dan ubi kayu) telah dica­pai berbagai kemajuan pula, sehingga pada akhir tahun 1984 berhasil dilepas varitas-varitas sebagai berikut:

  • jagung : Varitas Harapan baru, Arjuna, Bromo, Parikesit, Abimanyu, Hibrida Cl, Naku­la dan Sadewa
  • kedelai : Varitas Orba, Galunggung, Lokon, Gun­tur, Wilis dan Dempo
  • kacang tanah : Varitas Rusa dan Anoa
  • kacang hijau : Varitas no. 129, Merak, Nuri, Manyar dan Betet
  • ubi kayu : Adira I dan Adira II
  • ubi jalar : Varitas Daya, Borobudur dan Prambanan
  • sorghum : Varitas Keris.
Dalam Repelita I dan Repelita II telah diteliti proses fermentasi oncom dan dilakukan kegiatan inokulum tempe dalam skala laboratorium yang dalam Repelita III dikembangkan men­jadi skala besar untuk menambah nilai ekonomi dan daya tahan bahan baku terhadap pembusukan. Demikian pula diusahakan agar produksi tahu lebih menguntungkan untuk menjamin pasaran yang lebih luas dan meningkatkan pula penghasilan para pengrajin tahu. Hal ini antara lain tercapai dengan merendam terlebih dahulu kedelai dalam larutan kalium sorbat, sehingga pengaruh kontaminasi awal dapat dihindari sebanyak mungkin.

Sampai dengan tahun 1985 penelitian dalam bidang horti­kultura telah berhasil melepaskan varitas tomat Intan, Ratna dan Berlian yang berpotensi produksi tinggi dan tahan terha­dap penyakit layu bakteri. Varitas kentang Cipanas merupakan hasil persilangan Thung 151 C dengan Desiree dan kubis kulti­var-KK Cross dan KY Cross. Penelitian kentang diarahkan pula untuk memperoleh varitas kentang baik untuk dataran sedang maupun dataran rendah.

Dalam tahun 1983/84 telah diketemukan pula cara pemberan­tasan Citroes Phloem Degeneration (CVPD) dan cara baru untuk mempercepat perbanyakan bibit nanas, pemuliaan bibit durian serta pengecambahan bibit duku dan umbi belah pada pisang. Di samping itu telah diketemukan pula suatu cara pengemasan dan penyimpanan buah-buahan serta pembiakan anggrek yang siap untuk dikembangkan.

Dalam tahun 1984/85 telah dilepas beberapa hasil peneli­tian yang meliputi varitas Giti Hijau, Giti Merah (bayam), Grant Cipanas, Talaud, Sangihe (petai), Bima Brebes, Medan, Keling, Raja Cipanas (bawang merah), kangkung darat Sutera, Lumbu Kuning, Lumbu hijau (bawang putih), kacang tunggak-1, kacang panjang-1, kacang panjang-2, Manalagi, Rome Beauty (apel), Mas, Sitokong Petruk, Sukun, Sunan (durian), Golek-31, Manalagi-69, Arumanis-143 (mangga), Binjai, Rapiah dan, Lebak Bulus (rambutan). Penelitian pasca panen tanaman pangan dan hortikultura ditujukan untuk mengurangi kehilangan hasil panen serta meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya guna limbah.

Dalam penelitian peternakan perhatian utama diberikan pa­da usaha untuk menambah berat badan ternak khususnya sapi dan kerbau, melalui penggunaan makanan bermutu tinggi dengan ba­han yang relatif mudah didapat. Penelitian penggemukan sapi Grati, Ongole, Bali dan Madura, berturut-turut memberikan pertambahan berat badan per hart sebesar 0,3 kg, 0,8 kg dan 0,66 kg, serta 0,7 kg pada kerbau. Hasil penelitian terhadap sapi perah menunjukkan bahwa dengan persilangan antara Fries- sen lokal dengan semen impor telah dapat diperoleh produksi yang lebih tinggi daripada sapi perah lokal, yakni dari antara 2.000 kg dan 2.705 kg menjadi antara 2.263 kg dan 3.405 kg per laktasi. Sapi perah yang diimpor langsung memberikan produksi laktasi pertama dengan hasil lebih tinggi daripada sapi perah Friessen lokal, yaitu antara 3.000 kg dan 3.190 kg. Melalui proses pembekuan semen dari ternak kerbau telah diperoleh perbaikan mutu genetik ternak kerbau. Penelitian ruminansia kecil (domba dan kambing) menunjukkan bahwa ternak ini mempunyai potensi yang tinggi, terutama bila ditinjau dari segi tingkat kesuburannya dan kemampuan domba lokal un­tuk dijadikan bibit unggul.

Dalam rangka peningkatan mutu gizi bahan pangan telah pula diusahakan penggunaan metoda nilai gizi nisbi (NGN) atau relative nutritive value terhadap ayam dengan tetrahymena pyriformis.

Selain itu, hasil penelitian yang telah dicapai adalah penemuan vaksin ialah vaksin pencegahan dan pemberantasan pe­nyakit ngorok pada sapi dengan kekebalan yang lebih lama me­lalui pemberian dosis pengobatan yang lebih rendah dan cara penggunaan yang lebih mudah daripada jenis vaksin yang telah diketemukan sebelumnya. Untuk pengadaan makanan ternak dan ikan, telah diketemukan pula cara pengolahan silase ikan, se­bagai pengganti tepung ikan. Pengolahan silase ikan lebih se­derhana dan murah, serta hemat energi.

Penelitian dalam bidang perikanan ditujukan kepada usaha menemukan sumber-sumber ikan di berbagai perairan di Indonesia seperti di Laut Jawa, Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Se­lat Makasar. Selanjutnya informasi yang dapat dikumpulkan me­nunjukkan bahwa di Selat Bali dan perairan sekitar Jawa Ti­mur, diketemukan sumber ikan Lemuru. Hal ini akan memungkin­kan pengembangan dan pembudidayaan komoditi ikan untuk bebe-rapa daerah di Jawa, Bali dan Sulawesi. Demikian pula telah diusahakan hibridasasi dari ikan mas Majalaya dan Taiwan, yang telah dilepas dalam tahun 1985. Juga telah diketemukan teknik pembudidayaan untuk, antara lain, udang galah, udang windu, udang penois dan bandeng. Penelitian budidaya ikan laut terhadap beberapa kerang juga telah dilaksanakan seperti kerang darah, kerang hijau dan rumput laut. Pembudidayaan ini antara lain telah dilaksanakan di beberapa daerah di Jawa, Bali dan Sulawesi.

Untuk mengatasi masalah suplai nener bandeng telah dike­temukan pula beberapa daerah nener seperti di Bengkulu, Lom­bok, Timor Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur, yang diperkirakan berpotensi sekitar 100 juta nener setiap musimnya.

Juga telah diadakan penelitian pasca panen perikanan, yang bertujuan menyelamatkan mutu hasil tangkapan, menjamin pengawetan dan pengolahan dengan mutu produksi yang tinggi, meningkatkan teknik sanitasi pabrik pengolahan, standardisasi mutu produk dan memanfaatkan limbah, serta penyediaan data dan informasi mengenai aspek sosial ekonomi dan teknoekonomi yang diperlukan dalam rangka kebijaksanaan usaha produksi, pengolahan dan pemasaran hasil ikan.

Penelitian tanaman industri dan perkebunan diarahkan un­tuk meningkatkan produksi dan mutu komoditi serta pendapatan petani karet, kelapa sawit, kopi, teh, tabu, cengkeh, kelapa, tembakau, tanaman serat-seratan dan tanaman obat-obatan. Da-lam usaha peremajaan dan peningkatan produksi karet rakyat, telah dihasilkan berbagai klon unggul karet GT-1, ABROS-2037, PR-228, PR-255, PR-261, PR-300, PR-303 dan BPM-1. Khusus klon PR-255, PR-261, PR-300 dan PR-303 mempunyai potensi produksi di atas 1.400 kg/ha/tahun.

Penelitian pasca panen telah menghasilkan cara pengolahan barang jadi karet seperti untuk sol sepatu, roller, mesin gi­ling, seal kotak peluru dan aspal karet jalan raya. Sebagai hasil penelitian tentang pengawetan lateks pekat maka mutunya berhasil diperbaiki. Selain itu biji karet sebagai penghasil minyak ternyata dapat dimanfaatkan untuk industri sabun dan cat, yang hasil penelitiannya kini sudah dalam taraf pengem­bangan.

Penelitian kelapa sawit dalam tahun 1984 telah berhasil melepaskan varitas kelapa sawit Sungai Pancur dan DPL (Dura Dumpy x Pzifera), yang merupakan tanaman pendek dengan hasil tinggi (lebih tinggi 30% daripada varitas yang ada).

Penelitian kopi telah menghasilkan klon kopi Robusta ber­potensi produksi di atas 3.000 kg/ha, hibrida kopi dengan potensi di atas 2.000 kg/ha, dan untuk kopi Arabika di atas 1.000 kg/ha.

Penelitian tanaman tabu telah menghasilkan tiga besar klon unggul, yaitu F-154, PS-56, M-442 dan 51. Ketiga klon ini mempunyai daya adaptasi yang luas. Potensi produksi keti­ga klon di atas berkisar pada 10 - 14 ton/ha di lahan sawah, dan 5 - 10 ton/ha di tanah tegalan. Ketahanan ketiga klon tersebut sangat tinggi terhadap penyakit virus mozaik tabu.

Penelitian pemuliaan kelapa telah menghasilkan varitas­varitas baru yang dikenal sebagai KB-1, KB-2, KB-3, dan KB-4 yang berproduksi tinggi, masing-masing 4 ton kopra/ha/tahun. Berbagai usaha penyilangan antara kelapa genjah dengan kelapa dalam, telah menghasilkan hibrida KHINA-1, KHINA-2 dan KHINA-3. Dengan kelapa hibrida ini, usia non-produktif kelapa dapat dipersingkat dari 7 tahun menjadi 4 tahun, dengan pro­duktivitas di atas 4 ton kopra/ha/tahun.

Penelitian pemberantasan kumbang kelapa dan hams sexava secara biologik, telah berhasil memperbaiki pengendalian ha­ma-hama ini. Penelitian penyakit layu Natuna berhasil dicegah penyebarannya. Selain itu percobaan pemupukan kelapa rakyat untuk kelapa yang relatif tua (20-25 tahun) di Jawa Barat dan Sulawesi Utara memperoleh partisipasi masyarakat yang cukup tinggi dalam kegiatan pemupukan.

Dalam usaha menunjang peningkatan produksi kapas, telah diuji adaptasi berbagai varitas kapas dengan hasil yang me­muaskan.

Penelitian tanaman lada telah menghasilkan cara penanaman dengan stek atau buku berdaun tunggal. Dengan cara ini pema­kaian bibit dapat dihemat sampai 25%. Di samping itu telah diperoleh berbagai informasi bagi peningkatan pelayanan pem­berantasan penyakit kuning pada lada, yang antara lain telah mengakibatkan kerugian yang besar pada tanaman lada di Bangka.

Penelitian tanaman obat-obatan ekstraksi solasodin dan diosgenin telah dikembangkan demi pembuatan bahan kontrasep­tif oral. Bahan baku asal tanaman tersebut mendukung penye­diaan senyawa hormon steroid bagi keperluan pembuatan pil untuk kegiatan keluarga berencana secara lebih mudah dan mu-rah.

3) Penelitian dalam bidang kesehatan
Dalam Repelita I penelitian dalam bidang kesehatan dila­kukan dalam rangka merumuskan kebijaksanaan dan langkah-lang­kah bagi pembangunan bidang kesehatan dalam Repelita II dan III. Sementara itu dalam Repelita II dan III telah diadakan berbagai usaha peningkatan kemampuan penelitian dalam bidang kesehatan, yaitu melalui kerjasama antar instansi di dalam negeri maupun kegiatan kerjasama internasional. Jumlah-jumlah penelitian yang dilaksanakan adalah 143 buah dalam Repelita II dan 220 judul dalam Repelita III serta 29 buah dalam tahun

pertama Repelita IV (1984/85). Telah dilakukan pula pening­katan dan perluasan jaringan informasi dan dokumentasi dalam bidang kesehatan dan kedokteran, peningkatan kemampuan pengo­lahan dan pengelolaan data kesehatan dan pelayanan informasi ilmiah. Juga telah disempurnakan metodologi penelitian dengan melibatkan sejumlah tenaga peneliti untuk dididik lebih lan­jut di berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

4) Penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan
Sampai dengan Repelita III telah dilaksanakan/dikembang­kan berbagai kegiatan antara lain: pengembangan dan penyem­purnaan kurikulum dan sarana pendidikan; berbagai kegiatan pengembangan tentang SD PAMONG dan SD Kecil, jaringan peneli­tian, SMP Terbuka, sistem pengujian, bank soal, teknologi pendidikan, sistem pendidikan luar biasa, dan pendidikan pe­desaan terpadu; studi-studi tentang kualitas pendidikan, pu­tus sekolah dan pengulangan kelas, evaluasi komprehensif PSPP; berbagai studi lainnya tentang kesahihan sistem seleksi masuk perguruan tinggi, perkembangan kognitif, keterbacaan, kemam­puan mengarang, perwajahan buku/tipografi, efektivitas tenaga kependidikan, dan relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Sementara itu dilaksanakan pula pengembangan sistem kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan fungsional guru.

Dalam rangka menunjang usaha pengembangan suatu sistem pendidikan yang mantap telah dilakukan secara berkelanjutan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan. Hasil-hasil pelaksanaan kegiatan ini antara lain: penyusunan naskah aka­demik tentang pendidikan kejuruan, tenaga kependidikan, dan pendidikan menengah umum dalam rangka penyusunan bahan bagi peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran lebih lanjut naskah Undang-undang tentang Pendidikan Nasional; pe­nyusunan proyeksi data untuk pendidikan dasar sampai pergu­ruan tinggi dan pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga, perkembangan angka partisipasi dan angka melanjutkan pendi­dikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Dalam tahun 1984/85 dilaksanakan antara lain penelitian proses belajar mengajar, penelitian kelembagaan pendidikan kedinasan, penelitian-penelitian hubungan antara pendidikan dan angka serta antara masyarakat dan kebudayaan, pengembang­an naskah-naskah akademik, pengembangan sistem jaringan infor­masi, pendayagunaan informasi pendidikan, pengembangan bank data, pengembangan kurikulum, pengembangan bank soal, peman­tapan kebijaksanaan umum pembangunan jangka pendek, serta penerbitan dan penyebaran informasi pendidikan dan kebudayaan, dan pengadaan sarana dan prasarana produksi media pendidikan.

5) Penelitian di bidang kependudukan dan keluarga berencana.
Dalam tahun 1984/85 berbagai macam penelitian telah di­laksanakan dalam program kependudukan dan keluarga berencana. Penelitian-penelitian tersebut dapat merupakan pengamatan me­ngenai masalah kependudukan dan keluarga berencana sendiri tetapi juga kaitannya dengan sektor-sektor pembangunan lain‑ nya. Dalam pelaksanaannya, penelitian dikerjakan bersama dengan lembaga penelitian kependudukan maupun Biro Pusat Sta­tistik.

b. Program Utama Nasional Bisset dan Teknologi di Bidang Sumber-sumber Dana Alam dan Energi (PUNAS-BISTEK II).

Program utama ini menunjang usaha pemanfaatan, pemeliha­raan dan pengamanan sumber-sumber daya alam dan energi untuk pembangunan nasional, dan meliputi berbagai kegiatan peneli­tian dan pengembangan teknologi yang bersifat hayati, non ha­yati, mineral, energi konvensional dan non-konvensional.
1) Penelitian sumber daya alam dalam bidang pertanian
Penelitian sumber daya alam meliputi kegiatan penelitian tentang tanah, air, flora dan fauna, sumber akuatik, plasma nutfah energi pedesaan, limbah pertanian dan kesejahteraan rakyat dengan mengusahakan agar keserasian dan kelestarian tetap terpelihara.

Dalam rangka penelitian sumber daya tanah, penelitian konservasi tanah telah dapat menyajikan faktor-faktor yang menentukan kepekaan erosi dari beberapa jenis tanah dan fak­tor tanaman yang dapat mempengaruhi sifat-sifat erosi hujan. Penelitian reklamasi tanah kritis, telah menghasilkan cara-cara untuk memperbaiki tanah-tanah kritis menjadi produktif kembali, termasuk penanganan tanah-tanah podsolik merah ku­ning. Survai kesuburan tanah menghasilkan peta kadar hara dan identifikasi faktor pembatas seperti P, K, Mg, Zn, Al dan Fe.

Mengenai sumber daya air, beberapa penelitian telah di­laksanakan, seperti penelitian berbagai aspek pengairan pada padi sawah, antara lain penelitian evapotranspirasi pada be­berapa varitas padi sawah, pengaruh dalamnya air irigasi dan pengaruh penggiliran pengairan (termasuk pengairan secara in­termiten) pada berbagai stadia tumbuh dari tanaman. Peneli­tian tentang tanaman pangan dikaitkan pula dengan usaha pemu­liaan dan pelestarian sumber. Dalam kaitan ini telah diujico­bakan sekitar 600 klon karet di kepulauan Sumbawa, yang ma­sing-masing merupakan kekayaan plasma nutfah yang sangat pen­ting untuk pengembangan serta budidaya karet yang akan da­tang. Usaha menambah plasma nutfah dilakukan dengan ekspedisi ke Brazil dalam rangka kerjasama dengan Dewan Penelitian Ka­ret Internasional.

Dalam tahun 1984/85 telah mulai dilakukan pula penelitian sosial-ekonomi pertanian di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sula­wesi Selatan dan Jawa Barat, untuk dilanjutkan di seluruh wi­layah Indonesia dalam Repelita IV. Beberapa hasil penelitian yang diperoleh dalam bidang agro-ekonomi menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani masih jauh di bawah rata-rata pen­dapatan nasional. Hal ini diakibatkan oleh pola dan struktur produksi pertanian yang belum begitu tanggap terhadap dinami­ka perubahan permintaan konsumen dalam bidang pertanian dan belum banyak memberikan umpan bagi dinamika perkembangan in-dustri dan jasa secara efisien. Keeratan hubungan yang saling menunjang antar-sektor ekonomi sendiri, merupakan salah satu syarat pembangunan ekonomi yang perlu memperoleh perhatian khusus, yaitu terutama mengenai hubungan dinamis antar-sektor.

2) Penelitian dan penkembangan pangan sumber daya hayati laut.
Penelitian sumber daya hayati antara lain juga mencakup penelitian sumber daya laut. Sejak Repelita I, beberapa pene­litian secara terus menerus telah dilaksanakan, untuk menge­tahui baik potensi ekonomi sumber daya laut maupun perkem­bangannya sebagai akibat/dampak dari peningkatan pelayanan dengan teknologi, perkembangan industri dengan kemungkinan limbahnya dan lain-lain. Beberapa penelitian yang memperoleh perhatian sejak Repelita I ialah :

  • Penelitian rumput laut, yang mengkhususkan diri pada pe­ngumpulan jumlah koleksi species, dengan hasil 28 jenis algae laut, 22 jenis algae coklat dan 30 jenis algae merah.
  • Penelitian moluska telah berhasil mengumpulkan sebanyak 122 jenis yang meliputi 21 suku dari kelas dastropoda Keong dan 12 suku dari kelas Pelecypoda kerang; termasuk yang ber­nilai ekonomik antara lain Trochus Niloticus, Tridacna Cro­cae, T. Maxima, T. Squamosa dan Hippopus, Pinctada Haliotis
  • Asinina dan H. Varia, serta jenis tiram Saccostrea sp. dan S. Echinata yang dapat dipergunakan untuk pangan
Penelitian krustasea dalam pengumpulannya mencapai 95 je­nis dari daerah-daerah sepanjang pantai Utara maupun Selatan pulau Jawa. Jenis udang karang yang bernilai ekonomik, terba­nyak diketemukan di Teluk Sentoro/Pacitan/Jawa Timur yang ke­seluruhannya berjumlah 8 jenis yaitu Panulirus Homarus, P. Pennicillatus, P. Longipa, P. Ornatus, P. Versocolot dan P. Modo.

Penelitian biologik udang di perairan Maluku Utara, untuk mengetahui komposisi jenis, kelimpahan, potensi ekonomi, hu­bungan antara panjang dan berat badan. Jenis-jenis yang ber­nilai komoditi ekonomik ialah metapenaeus ensis, P. Monodon, P. Merguensis, P. Indicus, dan P. Semisulcatus.

Penelitian ekosistem hutan, peran tumbuh-tumbuhan dan satwanya terutama ditinjau dari segi penetrasi manusia ke hu­tan-hutan. Penelitian ekologik dan ekosistem telah dilaksana­kan di Kalimantan Timur, Aceh Tenggara dan Sulawesi Utara. Penelitian hutan mencakup studi tentang karakteristika struk­tural hutan yang dikaitkan dengan penyebaran berbagai jenis hutan, kepadatan, komposisi, produksi limbah dan tipe hutan kerangasnya. Selanjutnya telah dipelajari pula pengaruh hutan tropis di daratan rendah yang mengalami perubahan sebagai akibat dari pengusahaan hutan secara mekanis dan usaha mene­mukan proses suksesi sekunder bagi hutan, hal mana penting untuk pelestarian hutan.

3) Perekaman/pemetaan sumber-sumber kekayaan alam
Sejarah pemetaan Indonesia yang dimulai tahun 1823 telah mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Demikian pula peta­peta yang dibuat dalam zaman penjajahan Jepang dengan skala 1 : 50.000 untuk beberapa daerah kecil dari Jawa dan Madura, Bali dan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Nusa Tengga­ra, telah mengalami perbaikan serta pengulangan pengadaan pe­tanya dalam Repelita III. Fasilitas dan kemampuan pemetaan bagi ahli-ahli di Indonesia telah pula ditingkatkan sejak ta­hun 1976.

Antara tahun 1970 dan tahun 1982 telah dilakukan pemetaan skala 1 : 100.000 untuk peta geodesi di Kalimantan Barat, Su­matera, Maluku dan Irian Jaya. Demikian pula pemetaan dalam tahun 1978/79 dipergunakan untuk membuat peta topografi untuk beberapa daerah di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Madura serto Bali dan kepulauan Nusa Tenggara. Untuk meningkatkan ke­mampuan produksi peta maupun interpretasi peta, sejak tahun 1975 dimulai pengadaan suatu Pusat Pendidikan Peta Fotogra­metri dan Kartografi maupun peningkatan saran BAKOSURTANAL di Cibinong. Selanjutnya telah didirikan pula suatu Pusat Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Survai Terpadu dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam inventari­sasi dan evaluasi sumber daya dan lingkungan, dengan menggu­nakan teknologi penginderaan jauh, Sampai dengan tahun 1982 telah berhasil diproduksi sekitar 50.000 lembar peta sistema­tik yang terdiri dari 18.000 lembar foto udara false-colour‑ infra-red (= infra merah warna semu). Hal ini sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya sekitar tahun 1970. Dewasa ini bah­kan sejumlah peta topografi dengan skala 1 : 50.000 telah se­lesai dibuat untuk Kalimantan Barat dan sebagian Sumatera, seperti Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Bengkulu bagian Utara. Walaupun pemetaan udara telah se­lesai dibuat terhadap berbagai daerah Indonesia, namun peme­taan topografik dengan skala 1 : 50.000 diperkirakan masih memerlukan waktu lama. Mengingat bahwa peta-peta topografi merupakan titik tolak bagi pembuatan peta-peta tematik seper­ti peta tanah, peta tataguna lahan, peta hutan, peta geolo­gi, peta perkebunan, peta hidrologi, peta militer dan seba­gainya, maka sejak akhir Repelita III dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat pembuatan peta-peta topografi. Hal ini mengingat bahwa peta-peta tematik merupakan informasi dan landasan perencanaan terpadu untuk pembangunan regional maupun pembangunan fisik.

Peran dan kerjasama dengan universitas-universitas di­tingkatkan dan demikian pula minat generasi muda dalam bidang pemetaan, antara lain melalui pengadaan pusat-pusat pendidik­an seperti Pusat Pendidikan Interpretasi Penginderaan Jauh dan Survai Terpadu (PUSPICS) di Universitas Gajah Mada/Yogya­karta. Dalam kaitan ini, pada akhir Repelita III telah berha­sil dididik sebanyak 175 ahli penafsir citra penginderaan jauh yang berasal dari berbagai instansi. Dalam pada itu, di­perkirakan bahwa pada akhir Repelita IV diperlukan sebanyak 500 - 750 penafsir.

Mendesaknya kebutuhan akan ahli penafsir peta dan citra penginderaan jauh ialah antara lain dalam kaitan penggunaan lahan yang dapat dilaksanakan secara tepat, yaitu apabila bentuk lahan (geomorfologi) diketahui, maka perencanaan ten-tang sumber daya air, pemukiman dan transmigrasi dapat dilak­sanakan dengan lebih baik. Bahaya makin menurunnya persediaan air di Jawa dan beberapa tempat di luar Jawa terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya serta berpenduduk padat, dapat dikurangi apabila ada cukup pengetahuan yang dini tentang morfologi lahan yang bersangkutan maupun terda­pat cukup informasi sebelum penentuan kawasan industri.

Dalam rangka ini telah diadakan dalam Repelita III berba­gai peta dengan skala 1 : 100.000 dan 1 : 25.000 serta berba­gai survai. Dari 200 juts ha yang telah disurvai, telah dia­dakan peta tanah eksplorasi dengan skala 1 1.000.000 yang mencakup 99,5 ha juta tanah, peta tanah tinjau dengan skala 1 : 150.000 yang mencakup 62,6 juta ha, peta tanah tinjau dalam dengan skala 1 : 100.000 dan peta tanah semi-rinci dengan skala 1 : 100.000 serta 1 : 25.000.

Juga telah diadakan survai terhadap 127 calon lokasi transmigrasi dengan luas areal 1.924.494 ha, di samping lahan yang diperuntukkan program-program pengairan, pertanian tadah hujan, pembangunan pabrik gula, pendayagunaan daerah rawa dan pasang surut, pengelolaan DAS dan untuk reklamasi tanah kri­tis.

Selain meningkatkan jumlah dan jenis peta tematik untuk 'keperluan perencanaan, diadakan pula peningkatan kemampuan teknologi pemetaan dan tukar-menukar informasi antar-instansi mengenai interpretasi peta, yaitu antara lain melalui sistem “digital image processing system”. Sistem ini dikembangkan dengan kerjasama antar-departemen melalui masing-masing ter­minalnya, seperti di Universitas Gajah Mada, Departemen Pe­kerjaan Umum dan BAKOSURTANAL, sementara LAPAN sendiri pada akhir Repelita III berhasil memutakhirkan kemampuannya untuk menerima secara langsung informasi dan citra dari berbagai satelit sumber daya alam dan cuaca.

Salah satu syarat dalam peningkatan efisiensi tukar-menu­kar informasi peta ialah terbentuknya suatu sistem terpadu baik dalam pengadaan survai maupun pemetaan dan pembakuan/in­terphasing dari berbagai sistem informasi peta yang telah ada di Indonesia. Usaha ini telah dimulai dalam akhir tahun 1984 dengan meningkatkan koordinasi antara berbagai instansi se­perti Departemen Pekerjaan Umum, BAKOSURTANAL, LAPAN, Badan Meteorologi dan Geofisika dari Departemen Perhubungan, Lemba­ga Penelitian Tanah dari Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Agraria dan Direktorat Jenderal Pengembangan Desa dari Departemen Dalam Negeri serta persiapan-persiapan bagi BAPPEDA-BAPPEDA untuk dapat menerapkan sistem penafsiran peta untuk perencanaan pembangunan di daerahnya. Dengan demikian, kegiatan survai dan pembuatan peta di Indonesia telah melamngunan.

Dalam tahun pertama Repelita IV telah dimulai pengembang­an suatu sistem bank data informasi peta baik pada tingkat nasional maupun propinsi, yang akan saling terpaut satu sama lain, sehingga tukar-menukar informasi akan lebih efisien. Hal ini antara lain dilakukan melalui kegiatan evaluasi dan perencanaan sumber daya lahan bagi perencanaan. Selain itu telah dimulai ditingkatkan pembuatan peta di wilayah Indone­sia bagian Timur seperti Maluku, Irian Jaya terutama untuk keperluan transmigrasi, serta akan diselesaikan pula pemetaan wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat dengan luas lahan 50.000 km2, seperti juga daerah propinsi Riau dan Jambi seluas 20.000 km2, masing-masing dengan Skala 1 : 50.000. Daerah-daerah yang sukar dipetakan karena padat awan, seperti bagian dari Kalimantan Timur dan sebagian dari Irian Jaya, yaitu masing-masing seluas 168.000 km2 dan 105.000 km2, telah dimulai dalam tahun 1984/85 untuk diselesaikan dengan tekno­logi mutakhir, dalam hal ini dengan pemetaan citra radar.

Manfaat peta selanjutnya ialah antara lain bagi peramalan cuaca, monitoring letusan gunung berapi, maupun untuk memoni­tor kebakaran hutan dan lain-lain. Hal tersebut akan mening­katkan kemampuan nasional untuk memperoleh informasi geogra­fik secara cepat dan efisien. Sehubungan dengan itu telah ditingkatkan pula kemampuan pengambilan data melalui alat sensor dan perekam oleh balun stratosfir, melalui penggunaan wahana roket dan lain-lain. Dengan demikian telah pula dite­liti keadaan hutan kesepakatan, diadakan penelitian terhadap pencemaran hutan bakau dan perubahan Segara Anakan di bagian Selatan Jawa Tengah.

Dalam kaitan ini telah dilakukan pula usaha-usaha lain, seperti mengukur umur jenis-jenis tanaman pertanian di DAS­Serayu, DAS Brantas. Penerapan lainnya ialah pembuatan peta suhu laut maupun pengukuran kepadatan plankton. Dengan demi­kian melalui citra satelit dapat pula diketahui sumber-sumber yang kaya akan ikan di laut. Juga satelit GMS membantu dalam pengumpulan data tentang berbagai hal seperti liputan global cuaca, data liputan awan, citra tentang suhu laut, medan angin, curah hujan, awan konfektif dan indeks kehijauan seca­ra bulanan maupun musiman.

Beberapa informasi penting yang sudah dapat diperoleh me­lalui perekaman citra satelit sumber daya alam di Indonesia, antara lain ialah penyempurnaan peta dasar dan peta tematik, pantauan lingkungan dan ekosistem serta survai geologi, osea­nografi dan hidrologi serta pengelolaan hutan dan daerah transmigrasi. Selain itu, informasi yang cukup dini tentang gangguan-gangguan seperti letusan gunung berapi, telah dapat membantu dalam menentukan jalur penerbangan sementara demi keamanan pesawat terbang.

4) Penelitian lingkungan hidup
Beberapa hasil penelitian yang terutama telah dilaksana­kan dalam tahun 1984/85 dalam usaha meningkatkan mutu ling­kungan hidup manusia adalah sebagai berikut:

Apabila perairan di Selat Malaka, Selat Bangka masih mem­perlihatkan kondisi mutu biologik, kimiawi dan mikrobiologik yang baik, maka perairan di Teluk Jakarta terutama perairan yang mencapai jarak 4 - 10 mil dari pantai Utara telah menun­jukkan mutu yang makin memburuk akibat pencemaran laut. Tek­nologi radio isotop juga telah dipergunakan untuk menunjang penelitian pencemaran lingkungan. Isotop radio aktif (perunut) dalam kaitan ini dapat membantu melacak penyebaran polusi serta penumpukan dan perilaku berbagai bahan cemaran dalam lingkungan. Penelitian yang telah dilakukan mencakup kegiatan pemantauan terhadap kandungan radionuklida, persenyawaan lo- gam berat dan residu pestisida dalam bahan pangan, hasil laut, dan dalam makanan kaleng. Dalam rangka ini selain Selat Malaka dan Selat Bangka serta Teluk Jakarta, telah diteliti pula DAS Citarum, DAS Bengawan Solo, DAS Brantas dan beberapa daerah aliran sungai lainnya di Sumatera.

Sebaliknya dengan makin berkembang dan meluasnya penggu­naan isotop radio aktif dalam teknik dan penelitian kesehat­an, maka ditingkatkan pula kecermatan terhadap penggunaannya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kegiatan ini meliputi pengelolaan buangan limbah radio aktif secara aman, pengukur­an radio aktivitas lingkungan bioassay, studi parameter me­teorologik terhadap penyebaran radionuklida ke lingkungan, pengaruh radiasi terhadap material biologik, seperti studi kontaminasi dan dekontaminasi internal serta studi tentang peranan tanaman dan mahluk hidup lainnya terhadap akumulasi radio nuklida dan lain-lain.

Dalam usaha penanggulangan pencemaran lingkungan, peneli­tian juga telah dilakukan terhadap pemanfaatan buangan limbah industri kertas/pulp untuk soil conditioner bekas lahar di­ngin, buangan limbah petrokimia di Gresik dan lapis listrik untuk bahan pengawet kayu.

Di bidang pertanian telah pula dilakukan inventarisasi terhadap potensi limbah pertanian dan pemanfaatannya sebagai sumber pakan ruminansa dan cara pemrosesannya. Penelitian-pe­nelitian di bidang pengelolaan limbah industri, telah pula berhasil dalam pembuatan prototip peralatan pengolah air lim­bah industri tapioka, industri kulit dan dewasa ini mencapai tingkat uji cobanya di lapangan.

Telah pula dilakukan penelitian dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan hidupnya dan dampak perubahan lingkungan terhadap kegiatan manusia, khususnya sebagai dasar perumusan pola-pola pengelolaan dan pengembangan pertumbuhan kehidupan manusia beserta lingkungannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengungkapkan masalah pembangunan daerah pedesaan dengan memanfaatkan unsur sumber daya manusia. Aspek-aspek yang sedang diteliti ialah: a) aspek mobilitas penduduk; b) tenaga kerja dan kesematan kerja; c) partisipasi masyarakat dalam pembangunan; d) kegiatan dalam rangka meningkatkan pen­dapatan; e) peningkatan kesehatan; dan, f) citra dan kearifan tentang lingkungan sebagai budaya masyarakat setempat yang perlu dikembangkan demi kelestarian lingkungan hidup yang se­rasi.

Berbagai penelitian hidrogeologi dan konservasi air bumi telah pula dilakukan untuk melayani dan menjamin kelestarian potensi air bumi untuk kota dan wilayah pemukiman. Kegiatan ini mencakup kegiatan pemetaan hidrogeologi bersistem, eva­luasi potensi air tanah serta pengembangan kemampuan konser­vasinya. Penelitian geologik terhadap tata kota dan tata daerah dilaksanakan dalam rangka kemungkinan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia, tetapi di lain pihak mengusa­hakan penghindaran akibat pengembangan negatif di daerah penggalian dan penambangan, dalam rangka perencanaan pengem­bangan daerah yang lebih mantap, seperti daerah pedesaan, daerah perkotaan maupun daerah pesisir pantai.

Dalam usaha mempertahankan daya dukung lingkungan, telah pula diadakan beberapa penelitian sistem ekeplorasi yang mengakibatkan pencemaran air, akibat pestisida pada budidaya ikan di sawah (mina padi), maupun penelitian terhadap residu pestisida di tambak, perairan payau.den sekitarnya.

Dalam usaha meningkatkan mutu lingkungan hidup yang se-hat, telah pula dilakukan berbagai penelitian mengenai geo­logi tata lingkungan dan tata daerah pemukiman serta perkota­an, seperti juga penelitian terhadap berbagai konstruksi bangunan sipil guna menghindari bahaya gerakan tanah.

Selain itu dalam rangka menanggulangi kerusakan lingkung­an karena bencana alam, telah dimulai pengadaan penelitian dan pelengkapan data mengenai berbagai gunung berapi di Indo­nesia, terutama dalam penentuan wilayah-wilayah berbahaya, pengamatan kegiatan gunung berapi. Dalam kaitan ini peneli­tian terhadap gunung Galunggung, gunung Gamalama dan gunung Colo dilaksanakan terus-menerus, sehingga gunung yang diamati secara kontinyu kini berjumlah 31 buah, pelaksanaan peta dae­rah bahaya mencapai 80 daerah, pengadaan peta geologi gunung berapi mencapai 15 daerah, dan pengadaan peta topografi untuk 32 daerah gunung berapi, di samping diadakan penelitian la­pangan secara khusus untuk tiga wilayah khusus.

5) Pengembangan energi alternatif
Penelitian dan pengembangan terhadap energi angin sebagai salah satu energi alternatif dilanjutkan dalam tahun 1984/85 untuk mencapai tahap awal pembuatan peta angin bagi Indonesia dalam usaha pemanfaatan teknologi konversi energi angin. Pe­nelitian ini telah diadakan di pulau Jawa, Madura, Nusa Teng­gara Timur (Kupang), Sumatera Utara (Sibolga), Aceh, Riau (Pangkal Pinang), Biak, Sulawesi Utara (Manado) dan beberapa tempat lainnya. Dalam usaha ini telah berhasil diadakan peta awal energi angin dan peta awal rata-rata kecepatan angin per tahunnya. Hasil ini diperoleh setelah mengadakan penelitian dan pencatatan terus menerus selama 5 tahun berturut-turut. Selain itu dalam usaha pemanfaatan sumber daya energi angin dan energi surya/energi matahari, telah pula dikembangkan ke­mampuan produksi prototip jenis turbin angin untuk kekuatan 5 KW dan jenis penggunaan baling-baling berkapasitas 10 KW untuk pembangkitan tenaga listrik sekala kecil. Di samping itu te­lah disempurnakan pula pemanfaatan energi angin melalui peng­gunaan kincir angin sistem sudu majemuk untuk pemompaan air ke permukaan yang lebih tinggi.

Energi alternatif seperti energi surya juga telah dikem­bangkan di daerah pedesaan, antara lain untuk keperluan air bersih, ataupun membekukan ikan dengan es. Dewasa ini sedang dirancang penggunaan energi surya untuk pembangkitan tenaga listrik untuk menggerakkan generator pemancar televisi dan radio. Juga sedang diusahakan pengadaan perahu yang digerak­kan oleh energi surya dengan pengadaan Kapal Surya. Selain itu telah diusahakan pula pengadaan metan sebagai bahan bakar dari eceng gondok sebagai salah satu sumber energi alternatif.

c. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bi­dang industrialisasi (PUNAS - RISTEK III).
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelaksa­naannya memperhatikan syarat-syarat sebagaimana ditentukan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1983, yaitu tetap memberikan kesempatan kerja yang banyak, meningkatkan produk­tivitas tenaga kerja, menggunakan alat-alat yang sebanyak mungkin dihasilkan sendiri dan mampu untuk dipelihara sendiri serta mendukung tercapainya sasaran-sasaran pembangunan dan mempertinggi keterampilan untuk menggunakan teknologi yang lebih maju di kemudian hari. Dalam kaitan ini diikuti pemikir­an, strategi transformasi industri dan teknologi dalam pem­bangunan bidang industri. Pendekatan utamanya ialah :
menggunakan teknologi yang sudah ada untuk proses ni­lai tambah dari produk barang-barang yang telah ada di pasaran melalui :

  1. investasi penelitian dan pengembangan;
  2. pengalihan teknologi;
  3. produksi berdasarkan lisensi;
  4. pelaksanaan rencana produksi progresif;

  • integrasi teknologi yang sudah ada, memadai rancangan dan produksi barang bermutu;
  • pengembangan teknologi dalam rangka merancang pro­duk-produk masa depan;
  • melaksanakan penelitian dasar.
Disadari pula bahwa keberhasilan pengembangan teknologi baru oleh bangsa sendiri hanya akan mungkin apabila sekaligus terjadi suatu integrasi proses produksi ke dalam sistem so­sial dan sistem teknologi yang ada. Selanjutnya kemampuan mengintegrasikan berbagai teknologi ke dalam sistem nasional, akan memungkinkan pengembangan lebih lanjut suatu sistem na­sional sesuai dengan strategi transformasi menuju industria­lisasi. Untuk itu diperlukan wahana-wahana transformasi indus­trialisasi, yaitu :

  • wahana industri penerbangan;
  •  wahana maritim dan perkapalan; 
  • wahana industri transportasi darat; 
  • wahana industri telekomunikasi;
  • wahana industri energi;
  • wahana industri rekayasa;
  • wahana industri alat dan mesin pertanian; 
  • wahana industri pertahanan; 
  • wahana industri perangkat lunak.
Dalam kaitan ini tugas penelitian dan pengembangan tek­nologi ialah mengkaji berbagai masalah teknologi dan kemung­kinan integrasi produksi dan teknologi ke dalam sistem sosial dan sistem produksi yang ada, agar penggunaan teknologi be­nar-benar bermanfaat dan selanjutnya dapat meningkatkan ke­mampuan serta dayaguna teknologi yang bersangkutan, demi pe­mecahan masalah dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa.
(a) Wahana Industri Penerbangan
Sesuai dengan usaha menunjang perkembangan industri di Indonesia, di PUSPIPTEK/Serpong telah selesai dibangun Labo­ratorium Uji Konstruksi (LUK) dan Laboratorium Terowongan Angin dengan Kecepatan Rendah (ILST) untuk penelitian aero‑ dinamika pada konfigurasi pesawat terbang. Tujuan pengadaan terowongan ini ialah untuk meneliti ciri-ciri lepas landas dan pendaratan suatu pesawat terbang, mengetahui prestasi pen­jelajahannya dengan kecepatan sedang, pengembangan alat-alat angkat tinggi, integrasi rangka pesawat mesin pendorong, dan interferensi komponen. Pada LUK diadakan penelitian terhadap aplikasi bahan campuran karbon (carbon fibre) yang diperguna­kan khusus untuk pesawat terbang. Dewasa ini bahkan pesawat terbang CN-235 sedang mengalami pengujian kelelahan, untuk membuktikan kemampuan CN-235 berkemampuan sama dengan FAR-25 dengan kemampuan normal 60.000 penerbangan tanpa reparasi yang mahal, identifikasi titik-titik lemah pada struktur pri­mernya secara sempurna, serta dalam usaha menyusun prosedur perawatan dan inspeksi di Indonesia.

Guna menunjang keperluan perhubungan, melalui peningkatan kemampuan ilmu kedirgantaraan, selama Repelita III telah di­rancang dan dibangun oleh tenaga ahli Indonesia sendiri, suatu laboratorium aerodinamika berupa terowongan angin sub­sonik dan supersonik, yang menunjang penelitian untuk indus­tri penerbangan.

Selain penelitian kedirgantaraaz diadakan penelitian atmosferik, antara lain dengan sistem airborne untuk beban guna roket (payload) dan balun (baloon). Sistem ini diadakan terhadap radiosonde: peralatan ionosonde drift dan absorbsi pada frekuensi 2,4 - 3 MHZ. Untuk balun dan roket meteorologi telah berhasil dirancang roket bertingkat satu dan bertingkat dua, dengan diameter 150 mm, panjang 4.500 mm dengan menggunakan bahan bakar pada polusulfida dan sistem separasi beban guna. Uji terbang terhadap jenis roket buatan dalam negeri ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Dalam usaha menguasai pengetahuan dan teknologi satelit bagian ruang angkasa, telah mulai dirancang pula pembuatan suatu sate lit sumber alam yang spesifik dan cocok untuk Indonesia, sebagai suatu jenis sate-lit dari kelompok jenis Tropical Earth Resource Satellite (TERS).

(b) Wahana Industri Maritim dan Perkapalan
Sejak tahun 1980/81 mulai dikembangkan kapal surya di In­donesia untuk bentuk kapal semen ferro (ferrocement). Uji ka­pal semen ferro (tanpa layar) telah dilakukan terhadap kapal dengan kemampuan 50 DWT. Uji coba ini ditingkatkan untuk pe­ngembangan kapal semen ferro model kapal surya dengan kapasi­tas 900 ton. Dari pengalaman ini di Surabaya diharapkan pe­ngembangan kapal surya untuk bahan baku baja dengan kemampuan 200 DWT.

(c) Wahana Industri Transportasi Darat
Produksi dalam negeri ditingkatkan kemampuannya, terutama yang menyangkut masalah sarana transportasi kereta api. Untuk itu telah dihasilkan pembuatan gerbong batubara, gerbong tangki dan gerbong barang. Demikian pula dalam tahun 1985 te­lah berhasil diproduksi kereta penumpang, gerbong barang un­tuk angkutan pupuk dan sejenisnya.

(d) Wahana Industri Telekomunikasi
Untuk mengurangi ketergantungan dari luar negeri dalam bidang telekomunikasi dan elektroteknika, dalam bidang komu­nikasi telah ditingkatkan kemampuan pemanfaatan bagian ruas bumi dari satelit, seperti pengadaan dan operasi stasiun bumi penelitian lapisan ionosfir di Pameungpeuk/Jawa Barat dan Biak/Irian Jaya. Stasiun-stasiun ini diperlukan untuk meneri­ma informasi melalui frekuensi gelombang radio yang lebih baik dan tepat dalam mutu komunikasi siaran tadi. Selain itu dalam rangka penelitian teledifusi ditingkatkan kemampuan merancang suatu satelit komunikasi untuk masa mendatang.

Dalam usaha memperoleh gambar dan suara yang lebih jelas dari satelit komunikasi, telah diadakan penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap gelombang mikro pada 6/4 GHZ. Khusus dalam kaitan ini telah dikembangkan pula peralatan pa­da kemampuan 12 GHZ terhadap propagasi gelombang radio, guna

menentukan Ku-Band bagi pelayanan sistem komunikasi satelit di daerah khatulistiwa. Selain itu, penelitian kedirgantaraan juga diarahkan pada usaha pemanfaatan satelit siaran langsung (DBS) untuk keperluan pendidikan, kesehatan, penyuluhan tek­nis dan penerangan pada umumnya keperluan perhubungan laut dan udara serta geodesi.

Dalam rangka usaha peningkatan komponen produksi dalam negeri di bidang telekomunikasi antara lain dilaksanakan se­bagai berikut :

  • Ekstraksi saluran bicara FDM untuk Spur Route, sehingga menggunakan prosesor mikro dengan mutu data dan mutu bicara yang makin baik;
  • Penelitian modulasi isyarat (signal) satelit orbit kutub (polar). Mengingat bahwa satelit kutub ini (2) dua kali se­hari melintasi daerah khatulistiwa selama 10 menit setiap ka­linya dengan ketinggian yang rendah, maka kemampuan modulasi isyarat akan memungkinkan perekaman berbagai data tentang In­donesia dengan cara yang lebih murah dan membantu perancangan peralatan komunikasi untuk kepentingan pertahanan dan keama­nan;
  • Penelitian terhadap komponen-komponen elektronika seperti transistor berfrekuensi tinggi untuk penguat daya isyarat be­sar, di samping isyarat kecil. Komponen-komponen konduktor semi ini karena kecil dan ringan, dapat mendukung peralatan elektronika, seperti yang diperlukan oleh peralatan avionics, peralatan militer dan lain-lain.
  • Penelitian terhadap high-bite-rate computor untuk tahap switching dan pemrosesan secara cepat. Penelitian terutama telah dilaksanakan terhadap komputor untuk perhitungan jarak dan beacon radar serta sistem kontrol pada peluru kendali;
  • Penelitian dan usaha produksi generator listrik dengan kapasitas 100 KW dilakukan, mengingat jumlah penduduk di In­donesia maupun kawasan tanah air yang belum terjangkau oleh listrik masih banyak.
Dalam usaha membuat generator listrik dengan kapasitas 100 KW, dipikirkan juga membantu keperluan pemancar-pemancar radio dan televisi, terutama untuk daerah-daerah yang terpen­cil.

Industri-industri penunjang perkembangan industri produksi, seperti industri logam dan industri kimia, juga mengalami kemajuan yang pesat dalam Repelita I, II dan III dan dilan-jutkan dalam Repelita IV. Berbagai penelitian telah dilaksa­nakan dalam bidang industri logam, antara lain dalam keter­kaitannya dengan industri permesinan, industri baja dan in­dustri aluminium. Kesemuanya menunjang kebutuhan baik indus­tri berat maupun industri rekayasa di Indonesia. Penelitian dalam bidang industri kimia dasar meliputi penelitian terha­dap produk-produk vital, seperti semen, pulp dan kertas yang meliputi aspek bahan mentahnya, produksi, teknologi, baik distribusi maupun transportasinya.

Penelitian tentang berbagai jenis logam dilanjutkan dalam Repelita III dan tahun pertama Repelita IV. Penelitian terha­dap bijih besi, meliputi penelitian modulasi melalui reduksi langsung, di samping pemanfaatan cadangan bijih besi melalui proses tanur tiup (blast furnace). Hal ini antara lain diada­kan, mengingat bahwa pemakaian bijih besi bagi setiap masya­rakat yang makin maju akan selalu meningkat, terutama menje­lang tahap industrialisasi. Dengan makin meningkatnya pema­kaian besi cor telah diteliti pula kemungkinan untuk mengha­silkan besi cor bermutu tinggi. Dalam kegiatan ini diperguna­kan timah dalam usaha memperbaiki sifat-sifat besi cor yang berjenis modular maupun kelabu. Jenis-jenis besi cor ini di­perlukan oleh produksi komponen mesin-mesin berkualitas ting­gi, seperti gelang torak (piston ring), cetakan (mould), la­ras senapan dan lain-lain.

Telah diteliti pula bijih nikel laterit, melalui proses ekstraksi maupun pemrosesan terhadap bijih nikel laterit yang berkadar rendah. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara ke-3 terbesar dalam pemilikan cadangan nikel laterit (sekitar 500 juta ton dengan kadar 0,5 - 2,5%), maka penelitian nikel merupakan kegiatan yang penting. Penelitian ini masih terus dilanjutkan dan kini beralih ke teknologi hidrometalurgi demi ekstraksi nikel yang lebih tinggi kualitasnya dalam usaha me­misahkannya dari mangan.

Demikian pula penelitian diadakan terhadap krom (Cr) dengan usaha pengerasan dari krom untuk dipergunakan bagi benda kerja yang dibuat dari besi atau kuningan. Kombinasi ini terutama dipergunakan dalam pembuatan laras senapan, ge­lang torak (piston ring) dan lain-lain.

Aluminium yang memiliki potensi proteksi baja mempunyai kapasitas luaran arus yang jauh lebih baik dari pada seng (Zn) atau mangan (Mg). Tetapi sebaliknya, oksidasi aluminium mengakibatkan penurunan kemampuan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kedua logam tadi. Untuk itu diusahakan pengadaan paduan berbagai jenis logam seperti dengan indium, sang, timah, mangan dan kadmium untuk tujuan yang sama. Demi­kian pula telah diteliti paduan karbon aluminium untuk melin­dungi penggunaan baja di lingkungan laut.

Dalam bidang pengembangan metalurgi untuk keperluan in­dustri telah dilanjutkan usaha pemanfaatan bahan-bahan bangunan dalam negeri. Untuk itu diperlukan peningkatan mutu bahan bakunya. Dalam tahun-tahun yang lalu telah diadakan penelitian terhadap bahan baku untuk batu ubin serta usaha pengadaan keramik magnetik yang diperlukan oleh berbagai in­dustri. Peningkatan kualitas batu ubin telah dicapai melalui pemrosesan ultrasonik terhadap bahan dasarnya, sehingga mengurangi porositasnya. Sejak akhir Repelita III telah di­usahakan peningkatan mutu bahan dasar batu bata agar tahan api.

Dengan hasil-hasil yang dicapai dalam bahan bangunan, di­harapkan penelitian dapat menunjang produksi bahan bangunan dalam negeri dan mengurangi saingan batu ubin, batu bata dan keramik magnetik dari luar negeri. Selain itu juga dilanjut­kan penelitian pengadaan bahan baku bangunan yang terdiri dari kayu komposit, sebagai hasil campuran dengan semen. Ba­han ini memiliki daya tahan besar terhadap api dan air.

Sementara itu penelitian dalam aneka industri meliputi pengkajian kebutuhan dalam negeri dan komoditi ekspor seperti untuk industri pangan, sandang, barang logam, alat angkut, rayon, karet bongkah, kayu lapis, dan rokok kretek.

Demikian pula telah diteliti persiapan kemampuan industri permesinan di Indonesia. Penelitian dalam bidang industri ke­cil meliputi keterkaitan industri kecil dengan industri me­nengah, pencadangan industri kecil, penelitian mengenai ber­bagai sistem produksi untuk industri kecil bahan bangunan, bahan logam, bahan kulit dan bahan rotan sebagai beberapa ba­han yang sekaligus merupakan komoditi ekspor. Dalam Repelita III telah dilakukan sebanyak 1.083 penelitian yang juga di­lakukan oleh berbagai lembaga penelitian maupun balai-balai industri. Bantuan kepada industri juga diberikan melalui pengujian hasil-hasil mereka, yang dimaksudkan sebagai per­lindungan/jaminan mutu kepada konsumen di dalam negeri, yang dikaitkan dengan Standar Industri Indonesia (SII).

Penelitian pengembangan instrumentasi dan metrologi meliputi pengembangan alat-alat seperti alat pembatasan aliran air minum yang dibuat dari plastik serta relatif murah dan mudah pemasangan dan pengoperasiannya. Demikian pula telah dirancang prototip alat pengontrol saluran minyak di daerah terpencil/jarak jauh yang dikenal sebagai Proportional Integ­ral Derivative/PID. Selain itu telah dirancang pula alat pengukur pencemaran udara, khususnya sebagai akibat hasil buangan kendaraan bermotor. Dalam hubungan ini diukur kuali­tas udara, kecepatan kendaraan, kecepatan dan arah angin, suhu serta kelembaban udara.

Alat-alat lain yang telah dibuat prototipnya ialah antara lain :

  1. alat otomatik pengukur curah hujan;
  2. alat telemetri cuaca;
  3. jembatan timbang berpindah-pindah (mobile);
  4. alat sistem deteksi kendaraan untuk jalan bebas hambatan Jakarta-Tangerang.
Pengembangan prototip lainnya dalam bidang instrumentasi op­tik, antara lain mencakup :

  • hologram manual;
  • sistem optik tidak simetrik;
  • zoom eyepiece dengan panjang fokus 25 mm;
  • dioptometer, yaitu alat pengukur cacat pembiasan untuk mata statik demi pengadaan koreksi.
Dalam bidang instrumentasi metrologi telah berhasil dibuat :

  • goniometer yang merupakan bola integral dalam pengu­kuran arus pancar (=luminous flux);
  • meja ukur dimensional sebagai alat kalibrasi dari ob­yek yang panjang dan mencapai 2.300 mm.
e) Wahana Industri Rekayasa
Dalam rangka mengembangkan industri rekayasa di Indone­sia, telah dikembangkan berbagai prototip peralatan untuk in­dustri kecil dan pedesaan, seperti prototip pengering ikan, pengering hasil pertanian (cabai dan bawang), peralatan pe­nunjang industri bahan bangunan tanah list, mesin perontok padi serta peralatan pengupas singkong untuk daerah transmi­grasi dan sebagainya.

Dalam bidang industri rekayasa telah dilakukan pula ber­bagai pengkajian yang mencakup bidang industri gula, kelapa sawit, semen, pengolahan kimia, pengolahan hasil pertanian, industri mesin dan peralatan pabrik. Di samping itu telah diteliti pengembangan teknologi untuk menunjang industri alat dan mesin pertanian, seperti traktor pertanian, alat-alat berat dan alat perlengkapannya.

(f) Wahana Industri Energi
Pengkajian energi dilakukan dalam usaha untuk menganali­sa kebutuhan jangka panjang dan penyediaan energi, pengem­bangan energi non-konvensional, termasuk energi yang dapat diperbaharui/adakan kembali.

Dalam kaitan ini antara lain pabrik percontohan etanol di Lampung yang membuat bahan bakar dari ubi jalar dan sing­kong, mempunyai kapasitas 15.000 liter/hari. Demikian pula diadakan penelitian terhadap perbedaan suhu air laut sebagai sumber energi (OTEC). Penelitian ini baru mencapai tahap la­boratorium, mengingat bahwa biaya penerapan teknologi ini belum memenuhi syarat ekonomis.

Suatu usaha lain untuk membantu penyebaran listrik di daerah pedesaan, ialah pengadaan pembangkit tenaga listrik minihidro (PLTM) antara lain dengan daerah percobaan di Plered/Jawa Barat serta di Waikelo Sawah dan Waikabubak di Sumba Barat. Juga diusahakan pengadaan energi berdasarkan proses kimiawi dari berbagai tumbuh-tumbuhan, seperti dari eceng gondok maupun lamtoro untuk biogas. Khususnya pengadaan energi dari lamtoro diperkirakan dapat membantu memberikan suatu sumber penghasilan baru kepada daerah-daerah kritis, karena lamtoro dapat tumbuh dengan mudah. Demikian pula ter­sebarnya eceng gondok di berbagai daerah memungkinkan peng­gunaannya untuk pengadaan energi baru sebagaimana dilaksana­kan di Cilangkap, Purwakarta (Jawa Barat) dan di desa Kerinci (Sumatera Barat). Penggunaan lamtoro untuk energi dilaksana­kan di Kabupaten Sleman (Yogyakarta).

Sumber energi yang telah dikenal seperti batubara di­kembangkan kembali seperti pengembangan batubara di daerah Bangko, khususnya melalui proses gasifikasi dari batubara coklat untuk dijadikan briket-briket, maupun kokas.

Pengembangan tenaga listrik geotermal dikembangkan lebih lanjut di daerah Banten (Jaws Barat) dan di bagian selatan dari Jawa Barat.

(g) Wahana Industri Alat dan Mesin Pertanian
Pengkajian industri alat-alat pertanian diperlukan dalam rangka menata kembali dan mengadakan persiapan analisa teknis untuk pembinaan industri pertanian. Untuk itu diusahakan pe­nemuan suatu tahap mekanisme yang serasi untuk daerah pedesa­an dalam usaha mencapai hasil-hasil sektor pertanian. Untuk itu dalam tahun 1984/85 sedang dikaji pengembangan traktor tangan untuk mengerjakan tanah-tanah pertanian yang luas atau tanah-tanah yang sudah kurang produktif dan akan memberikan hasil lebih rendah lagi, apabila terus ditangani secara tra­disional.

(h) Wahana Industri Pertahanan dan Keamanan
Dalam usaha menangani dan memproduksi sebanyak mungkin bahan dalam negeri untuk keperluan pertahanan dan keamanan, terutama senjata ringan dengan pengecoran yang tepat, telah diadakan berbagai penelitian. Selain itu diadakan penelitian dan pengkajian terpusat, pembuatan prototip dan uji coba dari rantai tank, sistem persenjataan, pengawasan wilayah, jalur logistik serta kemampuan wilayah. Mengingat bahwa wilayah terluas di Indonesia merupakan lautan, diperlukan pula peng­inderaan dan pengendalian lautan secara cepat dan cermat. Dalam kaitan ini dikembangkan berbagai gagasan, dengan antara lain penentuan pangkalan utama Angkatan Laut di Teluk Ratai/ Lampung.

(i) Wahana Industri Perangkat Lunak
Untuk pertumbuhan kegiatan berbagai bidang ekonomi lain­nya, dilakukan pula berbagai penelitian dan kegiatan untuk memperkuat perangkat lunak. Untuk itu dikembangkan lebih lan­jut berbagai kegiatan antar-lembaga/departemen dalam tukar­menukar informasi dan penyusunan dokumentasi industri, me­ningkatkan kemampuan para peneliti dan mengadakan kaderisasi penelitian untuk masa depan.

Suatu sarana penunjang yang sangat penting dalam usaha mempercepat proses pembangunan, dalam hal ini melalui pening­katan sinkronisasi pemikiran-pemikiran ilmiah, ialah pengem­bangan PEPUNAS (dalam Repelita II dan III) menjadi Dewan Riset Nasional (DRN) melalui Kepres no. 1 Tahun 1984. Melalui berbagai rapat koordinasi nasional antar instansi, dapat di­tentukan bersama sasaran-sasaran penelitian yang dapat dica­pai dalam jangka pendek maupun jangka panjang, guna mencapai sasaran-sasaran pembangunan dalam berbagai sektor dengan se-efisien mungkin.

Suatu sarana untuk peningkatan keberhasilan penelitian dan pengkajian berbagai bidang dalam menunjang berbagai sek­tor dalam pembangunan, ialah jumlah berbagai tenaga peneliti dalam berbagai bidang. Ternyata bahwa peneliti mulai dari tingkat di bawah sarjana muda sampai dengan tingkat doktor untuk bidang ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan mencapai angka persentase yang tertinggi yaitu 29,9 %, disusul oleh para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, ma­sing-masing mencapai 21,5 % dan 21,4 % untuk kemudian disusul oleh para ahli dalam bidang pertanian (19,8 %) dan kemudian baru ahli dalam bidang ilmu kesehatan (7,3 %). Jumlah keselu­ruhan ahli yang terdaftar dalam tahun 1983/84 dan bergerak dalam bidang penelitian dan pengkajian mencapai 29.857 orang.

d. Program Utama Nasional Riset dan Teknologi dalam bi­dang Pertahanan dan Keamanan (PUNAS-RISTEK IV).
Dalam usaha mengurangi ketergantungan kepada luar nege­ri, sesuai dengan pengarahan Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1983, perlu dikembangkan industri pertahanan dan keama­nan di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam (a) upaya moderni­sasi, dengan sekaligus memperhatikan agar digunakan peralatan dan perlengkapan hasil produksi dalam negeri; dan (b) dalam rangka peningkatan kemampuan pemeliharaan dan perawatan untuk menjamin kesiapan peralatan yang dipergunakan.

Dalam kaitan ini semenjak Repelita III telah dikembang­kan beberapa senjata ringan dan sedang, dilaksanakan pengem­bangan kemampuan produksi roket, ditingkatkan kemampuan pro­duksi baik peralatan transportasi maupun pemeliharaan perala­tan dan komponen-komponennya, yang kesemuanya dilaksanakan dalam rangka pengembangan industri Hankam di Indonesia. Bebe­rapa hasil yang dicapai dalam tahun 1984/85 ialah produksi bubuk metalurgi, penggunaan karbid, peningkatan laboratorium, balistik terpusat, pembuatan prototip dan uji coba rantai tank, pengembangan sistem persenjataan, pengawasan wilayah dan jalur logistik serta pembinaan dan pengendalian wilayah perairan Indonesia.

e. Program Utama Riset dan Teknologi dalam bidang So-sial Ekonomi, Falsafah, Budaya, Hukum dan Perun­dang-undangan (PUNAS-RISTEK V).
Sebagai wahana yang ke-8 dalam proses transformasi menu­ju ke industrialisasi, kegiatan dalam bidang penelitian dalam PUNAS ini ditujukan untuk menemukan masalah-masalah yang da­pat menghambat pembangunan, ataupun berbagai kebijaksanaa yang telah diadakan demi kelancaran berbagai kegiatan pem­bangunan.

Dalam usaha memperoleh gambaran yang lebih jelas menge­nai perkembangan sejarah politik di Indonesia, telah diteliti antara lain fungsi DPR dalam teori dan praktek, perkembangan budaya dan pendidikan politik di Indonesia, perkembangan pe­mikiran sosial politik (periode 1908-1928), perkembangan dan prospek kerjasama dalam lingkup ASEAN, serta dampak politik luar negeri berbagai negara terhadap wilayah Asia Pasifik.

Telah dilaksanakan pula studi orientasi nilai-nilai so­sial budaya dari berbagai masyarakat, seperti masyarakat di Aceh, Jawa, Bugis, Ngada (di Flores) dan lain-lain.

Selain itu dari berbagai studi diperoleh data antara lain mengenai dampak silang perkembangan industri dan sistem nilai budaya masyarakat, serta tentang kehidupan antar-umat beragama dalam rangka peningkatan integrasi nasional.

Pada akhir Repelita III dan awal Repelita IV diadakan penelitian mengenai dampak industrialisasi dan kemampuan daya serap tenaga kerja Baru di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung dan Jakarta. Demikian pula telah diteliti keterkaitan industri kecil dan menengah dengan industri besar di daerah Semarang, Surakarta dan Yogyakarta, maupun dampak sosial dari penkembangan industri besar di Sumatera Utara.

Masalah perpindahan penduduk di daerah JABOTABEK telah memperoleh perhatian pula mengingat perkembangan yang terus menerus dan perluasan dari wilayah DKI-Jakarta.

Beberapa penelitian telah memperhatikan peranan wanita dalam pembangunan, seperti penelitian di Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Bali. Selanjutnya telah diteliti profil tenaga kerja wanita di sektor informal terutama di Sumatera; tenaga kerja anak-anak dan buruh wanita dalam subsektor industri ro­kok dan pertekstilan; peranan anak yang putus sekolah; kea­daan tenaga kerja wanita di Indonesia dan keadaan rumah tang­ga di Indonesia; dan kesejahteraan buruh dan keluarganye.

Dalam bidang ketenagakerjaan telah dihasilkan 94 buah penelitian yang berusaha memberi jawaban terhadap perkembang­an masalah ketenagakerjaan di Indonesia, seperti penelitian masalah kesempatan kerja di kota-kota baser; perlindungan dan perawatan buruh tani; masalah tenaga kerja anak-anak dan wa­nita; penyerapan teknologi dalam produksi dalam rangka penyerapan tenaga kerja dan investasi di bidang perikanan; usaha­usaha untuk mendorong pengupahan bagi jenis pekerjaan yang bersifat padat karya; bidang industri kecil rakyat; sektor informal di daerah pedesaan; masalah tenaga kerja mandiri me­lalui jenis-jenis keterampilan yang mampu menunjang Mini In­donesia Estate (MIE); dan kebijaksanaan pemerintah dan peru­sahaan-perusahaan di sektor industri dalam menciptakan hu-bungan perburuhan Pancasila.

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, PENELITIAN DAN STATISTIK Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar