Senin, 03 Oktober 2016

SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA

SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA
Pada sekitar tahun 1920-an industri-industri moderen di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orang asing meskipun jumlahnya relatif sedikit. Industri kecil yang ada pada masa itu hanya berupa industri-industri rumah tangga seperti penggilingan padi, tekstil dan sebagainya, yang tidak terkoordinasi. Tenaga kerja terpusat di sektor pertnian dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan ekspor pemerintah kolonial. 

Perusahaan besar American Tobacco dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi besar yang melanda sekitar tahun 1930-n telah meruntuhkan perekonomian. Penerimaan ekspor turun dari 1.448 juta Gulden (tahun 1929) menjadi 505 juta Gulden (tahun 1935) sehingga mengakibatkan pengangguran. Situasi tersebut memaksa pemerintah kolonial mengubah sistem dan pola kebijaksanaan ekonomi dari menitikberatkan pada sektor perkebunan ke sector industri, dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industri baru.

Menurut sensus industri kolonial pertama (1939), industri-industri yang ada ketika itu telah memperkerjakan tenaga kerja sebanya 173 ribu orang yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan tekstil serta barang-barang logam, semuanya milik asing. Meskipun sumber dan struktur investasi pada masa itu tidak terkoordinasi dengan baik tetapi, menurut sebuah taksiran, stok investasi total di Indonesia pada tahun 1937 lebih kurang sebesar US$ 2.264 juta, lebih dari separuhnya (US$ 1.411 juta) dimiliki oleh sektor swasta. Dari jumlah tersebut Belanda memegang andil terbesar dengan 63%, kemudian Ingris 14%, Cina 11%, dan Amerika Serikat 7%. 

Pada masa Perang Dunia II kondisi industrialisasi cuku baik. Namun keadaanya terbalik semasa pendudukan Jepang. Hal itu disebabkan adanya larangan impor bahan mentah, diangkutnya barang-barang kapital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha) sehingga investasi asing pada masa itu praktis nihil. Limabelas tahun kemudian setelah merdeka, Indonesia menjadi pengimpor besar barang-barang kapital dan teknologi, serta mulai memprioritaskan pengembangan sektor industri dan menawarkan investasi asing. Berkat kebijaksanaan itu, penanam modal asing mulai berdatangan meskipun masih dalam taraf coba-coba.

Pada tahun 1951 pemerintah meluncurkan kebijaksana RUP (Rencana Urgendi Perekonomia). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industri-industri kecil bagi pribumi sembari memberlakukan pembatasan-pembatasan industri-indutri besar atau modern yang banyak dimiliki oleh Eropa dan Cina. Kebijaksanaan RUP ternyata menyebabkan investasi asing berkurang, apalagi dengan adanya situasi politik yang sedang bergejolak pada masa itu; namun di lain pihak telah memacu tumbuh suburnya sektor bisnis oleh kalangan pribumi, kendati masih relatif kecil. Meyadari situasi demikian, pemerintah kemudian beralih ke pola kebijaksanaan yang menitikberatkan pengembangan indutri-industri yang dijalankan atau dimiliki oleh pemerintah.

Sesudah tahun 1957 sektor industri mengalami stagnasi dan perekonomian mengalami masa teduh sepanjang tahun 1960-an sektor industri praktis tidak berkembang. Selain akibat situasi politik yang selalu beergejoak juga disebabkan karena kelangkaan modal dan tenaga ahli serta terampil. Aliran modal yang masuk mayoritas dari negara sosialis dalam bentuk pinjaman (hampir setengahnya dari Rusia). Pada masa itu perekonomian dalam keadaan sulit akibat inflasi yang parah dan berkepanjangan menurunya PDB, kecilnya peran sektor industri (hanya sekitar 10% dari PDB) dan tingginya angka penganggguran. Sektor industri didominasi oleh industri-industri berat seperti pabrik baja di Cilegon dan pabrik super Fosfat di Cilacap. Keadaan ini terwariskan kepemerintahan orba. Pemerintah Orde Baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam kebijakan perindustrian. Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan stabilitas di tingkat makro dan dilaksanakannya kebijakan diberbagai bidang,

KLASIFIKASI INDUSTRI DI INDONESIA Di 
Indonesia industri digolongkan berdasarkan :
  1. kelompok komoditas
  2. skala usaha
  3. hubungan arus produknya
Penggolongan yang paling unversal ialah berdasarkan ”baku internasional klasifikasi industri/Internasional Standard Of Industrial Classification (ISIC)”.

Penggolongan ISIC didasarkan atas pendekatan kelompok komoditas. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI disusun dengan maksud untuk menyediakan satu set klasifikasi kegiatan ekonomi di Indonesia agar dapat digunakan untuk penyeragaman pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data masing-masing kegiatan ekonomi, serta untuk digunakan mempelajari keadaan atau perilaku ekonomi menurut masing-masing kegiatan ekonomi. Dengan penyeragaman tersebut, keterbandingan data kegiatan ekonomi antar waktu, antar wilayah, dan keterbandingan dengan data internasional dapat dilakukan. Sampai saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah berhasil menerbitkan lima versi klasifikasi lapagan usaha. 

Tiga versi pertama adalah Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang diterbitkan berturut-turut pada tahun 1977, 1983, dan 1990, disusun berdasarkan Internasional Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) revisi 2, tahun 1968. Dua versi berikutnya adalah Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang diterbitkan berturut-turut pada tahun 1997 dan 2000, disusun berdasarkan Internasional Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) revisi 3, tahun 1990. 

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga sub sektor yaitu :
  • sub sektor industri pengolahan non migas
  • sub sektor pengkilangan minyak bumi
  • sub sektor penolahan GaS alam cair
MASALAH KETERBELAKANGAN INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Dari jumlah penduduk Indonesia termasuk negara sedang berkembang terbesar ketiga setelah India dan Cina. Namun diluar dari segi industrialisasi Indonesia dapat dikatakan baru mulai. Salah satu indikator dari tingkat industrialisasi adalah sumbangan sektor industri dalam GDP (Groos Domestic Product). Dari ukuran ini sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara utama di Asia. Dua ukuran lain adalah besarnya nilai tambah yang dihasilkan sektor industri dan nilai tambah perkapita. Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indonesia masih sangat kecil, bahkan kalah dengan negara-negara kecil seperti Singapura, Hongkong dan Taiwan. Secara perkapita nilai tambah sektor industri di Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia. Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik perkapita dan prosentase produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri.

Di Indonesia produksi listrik perkapita sangat rendah, dan dari tingkat yang rendah ini hanya sebagian kecil yang digunakan oleh konsumen industri. Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada umumnya tidak menggembirakan karena iklim politik pada waktu itu yang tidak menentu. Kebijakan perindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan filsafat proteksionalisme dan etatisme yang ekstrim, dengan akibat kemacetan poduksi. Sehingga sektor industri praktis tidak berkembang (stagnasi). Selain itu juga disebabkan karena kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadahi. Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang diserap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi pembentukan PDB, serta pertumbuhannya sampai terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. 

Permasalahan yang Dihadapi Industri Nasional Harus diakui bahwa kinerja sektor industri belum sepenuhnya pulih seperti sebelum krisis ekonomi. Dunia industri di tanah air malah seringkali digoyang isu deindustrialisasi. Sebagai contoh, data yang ada menyebutkan bahwa pada kurun waktu 2001-2006 sekitar 500-an pabrik tekstil dan prosuk tekstil menutup usahanya. Belum lagi kelesuan yang dihadapi industri elektronika dan otomotif pada awal tahun ini. Sebagian pengamat ekonomi bahkan mengeluarkan pernyataan ekstrim, bahwa sesungguhnya tidaklah pernah ada proses industrialisasi di Indonesia. 

Mereka yang berkesimpulan seperti ini bersandarkan pada kenyataan bahwa proses industrialisasi yang terjadi di Indonesia dari awal sampai sekarang ternyata terus saja mengandalkan industriindustri tradisional berteknologi rendah seperti industry pakaian jadi, kulit, sepatu, kayu dan industri makanan. Di luar itu, ternyata dari awal proses industrialisasi hingga kini masih saja banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri nasional. Permasalahan ini ada yang bersumner dari dalam (internal), tetapi ada pula yang bersumber dari luar (eksternal).

SUMBER;
Industri dan Industrialisasi 485 
ROWLAND B. F. PASARIBU 

SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

1 komentar:

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
    Terjangkau
    Cost saving
    Solusi
    Penawaran spesial


    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management
    OUR SERVICE
    Coagulan
    Flokulan
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Garment wash
    Eco Loundry
    Paper Chemical
    Textile Chemical
    Coagulant
    Flokulan,nutrisi, bakteri
    Degreaser & Floor Cleaner Plant
    Oli industri
    Rust remover
    Coal & feul oil additive
    Cleaning Chemical
    Lubricant
    Other Chemical
    RO Chemical
    Hand sanitizer
    Evaporator
    Oli Grease
    Karung
    Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
    Zinc oxide
    Thinner
    Macam 2 lem
    Alat-alat listrik
    Packaging
    Pallet

    BalasHapus