Analytical Hierarchy Process (AHP)
1. Prinsip – prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an merupakan suatu metode dalam pemilihan alternatif-alternatif dengan melakukan penilaian komparatif berpasangan sederhana yang digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan berdasarkan ranking.
AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas.
Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub- sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990).
Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi- kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperehensif.
Ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, diantaranya adalah : decomposition, comparative judgement, synthesis of priority dan logical consistency (Sri Mulyono, 2007 : 220).
1.1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirakri lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap.
1.2. Comparative Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen- elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah :
- Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin) ?, dan
- Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin) ?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan acuan.
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting daripada j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama pentingnya.
1.3. Synthesis of Priority
Dari setiap pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
1.4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2. Tahap-tahap pemecahan masalah dengan AHP
Misalkan kita akan memilih lokasi pabrik baru dengan tiga alternatif pilihan A, B dan C maka terlebih dahulu kita harus menetapkan kriteria pengambilan keputusan terhadap alternatif – alternatif tersebut, misalkan harga, jarak dan tenaga kerja. Maka struktur hirarki lengkap dari masalah pemilihan lokasi pabrik yang disederhanakan ini ditunjukkan.
Langkah-langkah penyelesaian masalah selanjutnya adalah :
- Membuat matriks hubungan perbandingan berpasangan antara tiap alternatif untuk setiap kriteria keputusan. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan / preference level suatu alternatif dibandingkan alternatif lainnya.
- Untuk setiap matriks kriteria, dilakukan penjumlahan nilai tiap kolom.
- Membagi setiap nilai alternatif berpasangan dengan hasil penjumlahan pada kolom terkait, hasil pembagian kemudian dijumlahkan searah kolom, hasilnya seharusnya sama dengan 1 untuk menunjukkan konsistensinya.
- Merubah nilai ke bilangan desimal dan mencari nilai rata-rata pada tiap baris, sehingga dari seluruh kriteria akan didapat matriks baru .
- Membuat matriks nilai untuk kriteria, misalnya,
- Mengulangi langkah 2 sampai dengan 4 untuk matriks baru ini. Nilai akkhir yang didapat dari matriks baru ini merupakan eigen vector (vektor pengali) untuk matriks pada langkah 4.
- Mengalikan kedua matriks pada Gambar 2.5 diatas. Alternatif dengan nilai terbesar merupakan alternatif yang harus dipilih.
3. Sistem Tenaga Listrik untuk Industri Manufaktur
1. Pengantar Tenaga Listrik
Listrik adalah kondisi dari partikel subatomic tertentu, seperti elektron dan proton, yang menyebabkan adanya penarikan dan penolakan gaya di antaranya (Van harten :
2002). Arah mengalirnya energi listrik berawal dari pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi kemudian didistribusikan dengan suatu penghantar / konduktor tertentu sampai pada instalasi pemakai yang merupakan unsur utilitas. Arus listrik sendiri timbul karena adanya beda potensial, yaitu mengalirnya muatan listrik dari saluran positif ke saluran negatif. Sistem arus listrik terdiri dari dua macam, yaitu :
- Sistem listrik arus searah (Direct Current/DC), umumnya bertegangan rendah dan banyak dipakai untuk kontrol dan instrumentasi.
- Sistem listrik arus bolak-balik (Alternating Current/AC), merupakan sistem listrik yang paling banyak dipakai mulai dari pembangkit sampai ke konsumen, bahkan juga instrumentasi karena memiliki kelebihan fleksibilitas pengaturan tegangan dibanding tegangan DC, sehingga mudah didistribusikan.
Adapun macam tegangan listrik arus bolak-balik yang umum dipakai di Indonesia (frekuensi 50 Hertz) adalah :
- Tegangan Rendah (220 Volt untuk sistem satu phasa dan 380 Volt untuk sistem tiga phasa), merupakan tegangan yang digunakan oleh konsumen akhir (end user), diturunkan dari tegangan 20 kV melalui trafo step down disetiap wilayah distribusi.
- Tegangan Menengah (20 kiloVolt), dipakai untuk mendistribusikan listrik dari Gardu Induk ke wilayah distribusi.
- Tegangan Tinggi (150 – 500 kiloVolt), merupakan tegangan yang digunakan oleh sumber pembangkit listrik sampai penyaluran ke Gardu Induk.
Skema alir tenaga listrik ari pembangkit hingga ke pemakai ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
Olah Data Analytic Hierarchy Process (AHP) Dengan Expert Choice 11
BalasHapusWhatsApp : +6285227746673
PIN BB : D04EBECB
IG :@olahdatasemarang
Website : http://biro-jasa-spss.blogspot.co.id