1. Biaya
Informasi yang akurat mengenai biaya produk maupun jasa merupakan hal yang penting dalam setiap tahap fungsi manajemen, yaitu manajemen strategik, perencanaan dan pengambilan keputusan, pengendalian manajemen dan pengendalian operasional, dan pembuatan laporan keuangan. Oleh karena itu konsep mengenai biaya harus benar-benar dipahami.
2.1.1 Pengertian Biaya
Dalam mendefinisikan tentang konsep biaya sangat penting, karena dalam ilmu akuntansi terdapat dua istilah biaya, yaitu biaya sebagai cost dan expense. Tentu saja kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda
Dalam buku “Activity Based Cost Sistem : Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya” definisi Biaya adalah:
“Biaya (cost) adalah kas atau nilai setra kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi.”(Mulyadi, 2003:4)
Dalam buku yang sama, biaya sebagai expense didefinisikan sebagai berikut:
“Biaya (expense) adalah kas sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu. (Mulyadi, 2003:4)
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Manajemen” mengemukakan pengertian biaya sebagai berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan mamfaat pada saat ini atau dimasa yang mendatang bagi organisasi”. (Henry Simamora 1999 : 01)
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Manajemen”, mengemukakan pengertian biaya sebagai berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi”. (Hansen & Mowen,1999 : 36)
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya adalah sebagai sumber daya yang di ukur dengan uang yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan biaya juga merupakan kas sumber daya yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa dan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau dimasa yang akan datang
Untuk menghasilkan manfaat saat ini dan di masa depan, maka manajemen perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan dengan baik penentuan biaya karena informasi biaya memberikan rerangka berpikir untuk mengelola masukan agar nilai masukan yang dikorbankan lebih rendah dari nilai keluaran yang diperoleh oleh perusahaan. Dari itu dapat diketahui bagaimana biaya dan kecenderungannya. Dengan memahami biaya berarti telah mengetahui berapa biaya yang harus dikorbankan untuk membuat suatu produk.
Dari berbagai macam definisi cost dan expense diatas umumya mempunyai kesamaan makna, yaitu:
- Cost merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang terjadi atau secara potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tetentu.
- Expense merupakan cost dari orang dan jasa telah menjadi beban (expired) karena berlalunya waktu baik secara langsung maupun tidak langsung terkait dalam proses untuk memperoleh pendapatan.
Agar biaya dapat dibebankan dengan mudah dan akurat, maka perlu adanya penelusuran biaya yaitu pembebanan aktual dari biaya ke objek biaya dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati pada konsumsi sumber daya oleh objek biaya. dalam bukunya “Akuntansi Manajemen”, mengemukakan bahwa penelusuran biaya ke objek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut ini :
- Penelusuran Langsung.
- Penelusuran Penggerak”.(Don R.Hansen dan Maryanne M.Mowen 1999 : 38-39)
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Penelusuran langsung.
Adalah suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan secara fisik dengan suatu objek. Penelusuran langsung paling sering dicapai melalui pengamatan secara fisik. Sebagai contoh, asumsikan objek biaya adalah sebuah pakaian, produk menggunakan bahan dan tenaga kerja, dalam hal ini mudah mengamati berapa meter kain yang dipakai dan bagian lainnya yang digunakan oleh produk, dan jumlah jam tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi pakaian. Penggunaan bahan dan tenaga kerja dapat di observasi secara fisik,maka dari itu pembebanan biayanya dapat dibebankan langsung ke objek biaya. Akan tetapi tidak semua biaya bisa dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan penelusuran langsung, karena seringkali tidak mungkin atau tidak mudah mengamati secara fisik berapa jumlah pasti sumber daya yang sedang dikonsumsi oleh objek biaya.
2. Penelusuran penggerak.
Adalah suatu pendekatan yang menggunakan dalil sebab akibat untuk mengidentifikasikan berbagai faktor (penggerak) yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya objek biaya. Penggerak (driver) adalah faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan sumber daya, penggunaan aktivitas biaya dan pendapatan. Penelusuran penggerak adalah penggunaan penggerak untuk membebankan biaya ke objek biaya. Walaupun tidak seakurat penelusuran langsung, jika hubungan sebab akibat, keakuratan yang tinggi dapat diharapkan. Penelusuran penggerak menggunakan dua jenis penggerak dalam menelusuri biaya ke objek biaya yaitu penggerak sumber daya dan penggerak aktivitas. Penggerak sumber daya mengukur permintaan sumber daya atau aktivitas dan digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas, sedangkan penggerak aktivitas mengukur permintaan aktivitas oleh objek biaya dan digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa biaya adalah setiap item yang dibiayai, yang diukur dan dibebankan, dimana proses pembebanan biaya tersebut harus dilakukan secara akurat yang keakuratannya dapat ditelusuri melalui penelusuran biaya. Karena Penelusuran biaya menentukan seberapa objektif,dapat diandalkan, dan berartinya ukuran biaya yang dihasilakan, dan seberapa yakinnya pengambilan keputusan dalam memahami dan mengandalkan ukuran biaya sebagai dasar untuk membuat prediksi dan pengambilan keputusan sehingga pembebanan biaya yang tepat dapat tercapai dan menghasilkan penghematan serta keputusan yang benar dan evaluasi yang baik.
Klasifikasi Biaya
Pengklasifikasian Biaya penting artinya untuk memberikan informasi mengenai biaya yang lebih ringkas dan sitematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada yang digolongkan ke dalam golongan-golongan tertentu.
Dalam buku “Akuntansi Biaya” biaya dapat digolongkan menjadi
- Objek pengeluaran
- Fungsi pokok dalam perusahaan
- Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
- Perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan
- Jangka waktu manfaatnya. (Mulayadi 2000,14)
Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, maka obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :
- Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual.
- Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
- Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran.
3.Penggolongan hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :
1. Biaya langsung (direct cost).
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu- satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
3. Penggolongan prilaku biaya dalam hubunganya dengan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu :
1. Biaya Variabel.
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan
2. Biaya Semi variabel.
Biaya Semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
3. Biaya Semi fixed.
Biaya Semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi.
4. Biaya Tetap.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.
Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
- Pegeluaran Modal (Capital Expenditures). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah salah satu tahun kalender).
- Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure).
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Harga Pokok Produksi
Untuk membentuk suatu harga pokok produksi dibutuhkan berbagai informasi mengenai biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi karena biaya produksi akan membentuk harga pokok produksi. Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu, biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Sedangkan biaya non produksi biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran, dan kegiatan administrasi umum.
Dan biaya-biaya yang dapat membentuk harga pokok produksi adalah Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik.
Manfaat harga pokok produksi
- Menentukan harga jual
- Memantau realisasi biaya produksi
- Menghitung laba atau rugi periodik
- Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
2.2.1 Pengertian Harga pokok produksi
Beberapa penulis memberikan pengertian yang berbeda tentang harga pokok produksi. Menurut buku “Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produksi”, pengertian harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
“Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang dianggap melekat kepada unit produknya disebut harga pokok produksi. Harga pokok perunit merupakan hasil bagi dari total biaya produksi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam satu periode proses produksi. Harga pokok merupakan unit pengukur yang seragam dan bersifat universal karena dinyatakan untuk setiap satuam output yang dihasilkan oleh perusahaan dari waktu ke waktu.
(Harnanto, 1999 :204)
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Manajemen” memberikan pengertian yang berbeda tentang harga pokok produksi yaitu:
“Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pbrik yang membentuk harga pokok produksi”(Supriyono, 1999 : 11)
Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk pada waktu tertentu yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
2.2.2. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Menurut buku “Akuntansi Biaya”, dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu :
- Pendekatan full costing
- Pendekatan variable costing”. (Mulyadi, 2000 : 18)
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Pendekatan Variable costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pendekatan full costing metode penentuan harga pokok produksi melibatkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, sedangkan pada pendekatan variabel costing, metode penentuan harga pokok produksi hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi.
2.2.3. Biaya Overhead
Biaya Overhead adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tapi tidak berhubungan langsung dengan proses produksi tersebut atau biasa disebut dengan biaya tidak langsung.
2.2.3.1 Pengertian Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya tidak langsung dalam sebuah proses produksi dan biaya overhead pabrik umumnya dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen
Dalam buku “Akuntansi Biaya” pengertian biaya overhead dinyatakan sebagai berikut :
“Biaya overhead adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan ke dalam: 1. Biaya bahan penolong, 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan, 3. Biaya tenaga kerja tidak langsung, 4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, 5. Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu dan 6. Biaya overhead lain.” (Mulyadi : 2000,207)
Sedangkan dalam buku “Cost Accounting“ pengertian biaya overhead adalah sebagai berikut:
“Factory overhead is generally defined as indirect materials, indirect labour and all other factory cost that can not be conveniently identified product, or final cost objectives”. (Hammer, Carter and Usry : 2000,21)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya tidak langsung yang tidak berhubungan dengan proses produksi.
Biaya overhead pabrik tidak dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang menggunakanya atau mengkonsumsinya. Ini berbeda dengan biaya produksi langsung yang dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang mengkonsumsinya. Biaya overhead pabrik umumnya dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen produksi. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur distribusi biaya untuk membebankan biaya overhead pabrik ini kepada tiap-tiap departemen atau produk yang mengkonsumsinya.
2.2.3.2 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Penggolongan Biaya Overhead Pabrik dalam buku “Akuntansi Biaya” ada tiga cara penggolongan :
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut siafatnya
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut prilakunya dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan,
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen. (Mulyadi : 2000,207)
Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah:
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini :
- Biaya bahan penolong, bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
- Biaya reparasi dan pemeliharan, adalah biaya yang berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik mesin-mesin dan equipment serta aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik
- Biaya tenaga kerja tidak langsung, adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari: upah, tunjangan dan biaya kesehjateraan yaang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
- Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, biaya-biaya yang termasuk kedalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi emplesemen pabrik, bangunan pabrik dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
- Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, biaya-biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelekaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
- Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai, biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah: biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perushaan, biaya listrik, dan sebagainya.
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan,
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan: Biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik semi variabel. Biaya overhead pabrik variabel adalah adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya overhead pabrik semi variabel adalah: Biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat semi variabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.
Ditinjau dari hubunganya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: Biaya overhead langsung departemen yaitu biaya overhead yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut dan Biaya overhead tidak langsung departemen yaitu biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
2.2.3.3 Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam buku “Akuntansi Biaya”, langkah-langkah penentuan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
- Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
- Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
- Menghitung biaya overhead pabrik (Mulyadi :2000,212)
Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah:
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kegiatan yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran overhead pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
Setelah anggaran overhead pabrik disusun langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil biaya overhead pabrik terhadap produk. Ada berbagai macam yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik diantaranya adalah:
- Satuan produk
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja langsung
- Jam tenaga kerja langsung
- Jam mesin
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah:
- Harus diperhatikan jenis overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.
- Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.
3. Menghitung biaya overhead pabrik
Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan
= Tarif BOP
Taksiran dasar pembebanan
2.2.4 Biaya Bahan Baku
Biaya produksi berhubungan dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku mengacu pada biaya bahan langsung. Bahan adalah bahan mentah yang diolah menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas. Bahan ini dapat berupa bahan baku dan bahan lainya, baik bahan penolong atau bahan lainya.
2.2.4.1 Pengertian Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu pembentukan harga pokok produksi.
Dalam buku “Akuntansi Biaya” mendefinisikan bahan baku adalah sebagai berikut:
“Bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada barang jadi, seperti kertas adalah plup, bahan baku semen adalah batu batu dan kapur, Bahan baku adalah suatu proses kemungkinan barang jadi bagi perusahaan lain”. (Sunarto:2003,22)
Dalam buku Akuntansi Biaya” bahan baku juga didefinisikan sebagai berikut :
“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi” Mulyadi (2000,925)
Dari pengertian diatas maka bahan baku merupakan faktor utama untuk memproduksi suatu barang suatu proses produksi tidak akan berjalan apabila tidak ada bahan baku.
2.2.5 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja merupakan biaya konversi, disamping biaya overhead pabrik, yang merupkan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja untuk produksi dibagi menjadi dua yaitu Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang secara langsung bekerja dalam pengolahan barang. Sedangkan Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja yang bekerja di pabrik tetapi tidak melakukan pekerjaan pengolahan secara langsung.
2.2.5.1 Pengertian Biaya Tenaga Kerja Langsung Langsung
Biaya tenaga kerja merupakan biaya konversi, disamping biaya overhead pabrik, yang merupkan salah satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi.
Dalam buku “Akuntansi Biaya” mendefinisikan Biaya Tenaga Kerja adalah sebagai berikut:
“Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibayarkan untuk pemakaian sumber daya manusia.” (Sunarto 2003,30)
Dalam buku “Akuntansi Biaya” juga mendefinisikan Biaya Tenaga Kerja sebagai berikut:
“Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.”(Mulyadi 2000,343)
Jadi biaya tenaga kerja langsung adalah harga yang harus dibayarkan atau dibebankan terhadap penggunaan sumber tenaga kerja manusia dalam proses produksi.
2.2.5.2 Penggolongan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut:
- Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan. Pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja nonpabrik, yang bukan merupakan unsur harga pokok produksi, melainkan merupakan unsur biaya usaha. Dengan demikian penggolongan biaya tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam organisasi atau perusahaan manufaktur adalah:
- Penggolongan menurut kegiatan departemen dalam perusahaan. Penggolongan semacam ini dilakukan untuk lebih memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja yang terjadi dalam tiap departemen yang dibentuk dalam perusahaan .
- Penggolongan menurut jenis pekerjaannya. Dalam suatu departemen tenaga kerja dapat digolngkan menurut sifat pekerjaanya.
- Penggolongan menurut hubungannya dengan produk. Dalam hubunganya dengan produk tenag kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.
3. Sistem Biaya Konvesional
Sistem biaya konvesional memiliki dua fungsi sederhana, yaitu pengukuran kinerja bulanan dan fungsi pembebanan biaya. Fungsi pengukuran kinerja bulanan ini dilaksanakan melalui sistem pelaporan bulanan dalam bentuk perbandingan antara realisasi versus anggaran biaya.
Fungsi kedua dari sistem biaya konvesional adalah fungsi pembebanan biaya (cost assignment). Pembebanan merupakan istilah yang memberikan kesan arbitrarisness, tidak menunjukan hubungan klausal antara biaya dengan objek yang menyebabkan biaya tersebut.
2.3.1 Dasar Alokasi Biaya Overhead Pabrik Sistem Konvesional
Dalam Akuntansi konvesional, semua biaya produksi dibebankan keproduk, bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Dasar alokasi biaya overhead pabrik sistem konvesional dialokasikan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan tarif overhead tunggal dan tarif overhead departemental.
1. Tarif Overhead Tunggal (Plandwide Overhead Rate)
Tarif overhead tunggal digunakan untuk perusahaan secara keseluruhan dan biasanya basis yang digunakan adalah jam mesin atau jam kerja langsung. Pendekatan yang sederhana ini sebenarnya dapat mendistorsi biaya produksi per unit pada saat akan digunakan sebagai pembuatan keputusan.
Pada saat sistem biaya dikembangkan pada tahun 1800-an, tenaga kerja langsung adalah komponen terbesar dari biaya produk dibandingkan dengan kondisi saat ini. Data yang berkaitan dengan tenaga kerja langsung, telah terseedia dan dapat digunakan serta manajer percaya bahwa ada korelasi positif antara biaya tenaga kerja langsung dengan biaya overhead. Konsekuensinya, tenaga kerja langsung sangat sesuai untuk digunakan sebagai basis alokasi overhead.
Meskipun demikian, tarif overhead tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung tidak memuaskan lagi. Pertama, dalam beberapa perusahaan-perusahaan, tenaga kerja langsung tidak lagi memiliki korelasi yang tinggi dengan biaya overhead. Kedua, karena aktivitas yang berkaitan dengan overhead sangat bervariasi, tarif tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung tidak mampu lagi mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
Dilihat dari perkembangannya, tenaga kerja langsung dan biaya overhead berkebalikan arah. Dililhat dari persentase total biaya, tenaga kerja langsung cenderung menurun sedangkan biaya overhead cenderung meningkat. Pekerjan yang pada awalnya dikerjakan secara manual saat ini dapat digantikan oleh mesin yang merupakan komponen dari overhead. Lebih jauh lagi, saat ini keragaman produk bertambah banyak. Perusahaan membuat produk dan jasa baru dengan volume, batch size dan kompleksitas yang berbeda-beda. Mengelola dan mempertahankan diversitas produk menuntut overhead yang semakin banyak seperti production scheduler dan product design engineer dan overhead ini tidak memiliki kaitan yang jelas dengan tenaga kerja langsung.
Meskipun demikian, tenaga kerja tetap digunakan sebagai dasar untuk membebankan biaya overhead ke produk terutama untuk laporan eksternal. Di beberapa perusahaan, korelasi antara biaya overhead dengan tenaga kerja tetap tinggi. Kebanyakan perusahaan yang ada di dunia ini masih menggunakan tenaga kerja dengan overhead tidak memiliki kaitan yang kuat harus mencari basis alokasi lain yang lebih tepat. Jika tidak, biaya produk akan terdistorsi.
2. Tarif overhead Departemen (Departement Overhead Rate)
Ada beberapa perusahaan yang menggunakan tarif overhead departemen. Basis alokasi di masing-masing departemen disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan di departemen tersebut. Sebagai contoh, biaya overhead berdasrkan jam mesin. Sebaliknya di departemen perakitan akan menggunakna basis jam kerjas langsung untuk mengalokasikan biaya overhead.
Tarif overhead departemen juga dapat salah dalam mengalokasikan biaya overhead dalam situasi perusahaan memiliki rentang produk yang berbeda dalam volume, batch size atau kompleksitas produksi, alasannya adalah bahwa pendekatan departemen biasanya mendasarkan pada volume sebagai dasr untuk menglokasikan overhead ke produk.
2.3.2 Kelemahan Sistem Biaya Konvesional
Terdapat dua kelemahan sistem penetapan biaya produk yang konvesinal, adalah :
- Sistem penetapan biaya produk yang konvesional memang tidak dirancang untuk penetapan biaya produk yang akurat, sebab tujuan utamanya hanya di maksudkan untuk menetapkan biaya persediaan.
- Belum pernah dimodifikasi, walaupun proses produksi telah berubah untuk memutuskan apakah sistem biaya suatu perusahaan telah terefleksikasi biaya produk yang optimal, diperlukan untuk analisis detail terhadap sistem tersebut. Agar biaya yang dikeluarkan untuk analisis terhadap sistem biaya efisien.
2.3.4 Tanda-Tanda Kelemahan Sistem Biaya Konvesional
Tanda-tanda kelemahan sistem biaya kontemporer adalah :
- Hanya jam atau biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk mengalokasikan overhead dari pusat biaya ke produk.
- Hanya basis alokasi yang berkaitan dengan volume, seperti : jam mesin dan rupiah bahan yang digunakan untuk mengalokasikan overhead dari pusat biaya ke produk. Distorsi terutama timbul, apabila jumlah biaya yang tidak berkaitan dengan volume (set-up, inspection, schduling) relatif besar.
- Pusat biaya terlalu besar dan terdiri dari mesin-mesin dengan struktur biaya overhead yang sangat berbeda satu sama lain, mesin yang otomatik mungkin biaya overhead yang lebih kecil dibanding mesin manual.
- Biaya pemasaran dan penyerahan produk sangat bervariasi sluran distributif, sedangkan sistem biaya konvesional mengabaikan biaya pemasaran
4. Penentuan Harga pokok Produksi dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dengan menggunakan sistem konvensional
Pada perusahaan manufaktur yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan memasarkan hasil produksinya, sudah tentu dalam hal memproduksi perlu adanya pengendalian biaya, dimana pengendalian tersebut akan sangat membantu manajemen perusahaan dalam menentukan harga produksinya yang akan berakibat juga pada penetapan harga jual.
Alokasi biaya overhead pabrik dengan menggunakan konvensional adalah dalam alokasi dua tahap. Dalam sistem konvensional, alokasi dua tahap membebankan biaya sumber daya perusahaan yang disebut biaya overhead pabrik, ke cost pool dan kemudian ke objek biaya menggunakan sumber daya tersebut.
Dalam sistem penetuan biaya konvensional biaya overhead pabrik dibebankan ke pabrik atau cost pool departemental atau pusat biaya dan kemudian ke output biaya dan kemudian ke output produksi.
Meskipun demikian prosedur pembebanan konvensional dua tahap ini mendistorsi biaya produk atau jasa yang dilaporkan. Alokasi dua tahap dalam pembebanan biaya overhead dengan sistem konvensional adalah
Tahap pertama pembebanan biaya sumber daya perusahaan yang disebut biaya overhead pabrik, dibebankan ke cost pool dan kemudian ke objek biaya yang menggunakan sumber daya tersebut
Tahap kedua sistem penentuan biaya konvensional membebankan biaya overhead pabrik dari pabrik atau cost pool departemental ke output dengan menggunakan cost driver berlevel unit, seperti jam kerja langsung dan jam mesin, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan unit output.
0 komentar:
Posting Komentar