Sabtu, 17 Desember 2016

PROSES PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
PT. SENTANA ADIDAYA PRATAMA
I. LATAR BELAKANG
Pemupukan kelapa sawit adalah pelaksanaan atau aplikasi pupuk di lapangan yang merupakan bagian dari manajemen pemupukan secara keseluruhan mulai dari penyusunan rekomendasi pemupukan, pengadaan pupuk serta aplikasinya di lapangan. Pedoman teknis ini secara khusus dan singkat dibuat untuk keperluan para pekebun dalam pelaksanaan pemupukan kelapa sawit mulai dari pembibitan sampai di lapangan. Pengaplikasian bahan pembenah tanah di lapangan untuk lahan-lahan tertentu dikemukakan juga dalam pedoman ini. Jenis dan dosis pupuk dan/atau pembenah ta-nah yang diaplikasikan di kebun harus didasarkan kepada rekomendasi pemupukan yang telah disusun oleh para rekomendator. 

II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman kelapa sawit yang dosis dan jenisnya diselaraskan dengan kondisi tanah dan kelas kesesuaian lahannya serta tahap pertumbuhan kelapa sawit. 

Tujuannya adalah agar tanaman kelapa sawit secara vegetatif tumbuh optimal dan pada saatnya dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang ber-kualitas baik sesuai dengan target yang diharapkan. TBS yang berkualitas baik berasal dari kelapa sawit unggul se-hingga dapat memberikan rendemen minyak sawit yang op-timal sesuai dengan umur tanamannya. 

III. TAHAP PELAKSANAAN
Semua jenis pupuk maupun bahan pembenah tanah (jika diperlukan) harus sudah ada di gudang kebun dan telah dicheck kondisi fisik serta kandungan unsur ha-ranya paling lambat 2 minggu sebelum aplikasinya di lapangan. Pelaksanaan pemu-pukan meliputi pemupukan di pembibitan dan di lapangan. 
1. Pemupukan di Pembibitan
1.1. Pemupukan pada pembibitan awal (pre-nursery)
Pemupukan pada pembibitan awal atau pre-nursery (PN) dilakukan se­tiap minggu sampai dengan bibit berumur 3 bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk yang mengandung ni­trogen (N) dan fosfor (P) tinggi yaitu pupuk majemuk dengan kandungan N, P2O5, K2O dan MgO pada formula 15-15-6-4 dengan kon­sen­trasi 0,25% a­tau 2,5 g/l air (Tabel 1). Dosis pupuk melalui daun ada­lah 10 cc/bibit/minggu, atau setiap liter larutan dapat di­gu­na­kan memupuk me­lalui daun (foliar appli­cation) untuk 100 bibit. Dengan kon­sentrasi yang sama, sebagai peng­gantinya dapat digu­nakan pupuk daun yang khusus untuk kelapa sawit di PN. 

Pemilihan jenis dan penetapan dosis pu­puk di PN serta pu­puk korek­si­nya sa-ngat tergantung dari kon­disi media tanam dan kon­disi ke­cambah yang akan dipelihara. Jika daun bibit menunjukkan gejala defisiensi hara tertentu misalkan jika klorosis akibat kekahatan (de­­fisiensi0 hara nitrogen (N) ma­ka pe­ngawas pembibitan harus se-gera tanggap mem­berikan tam­bahan (suplement) pupuk N secukupnya atas saran reko-mendator .

Secara umum jika tanah di polibeg merupakan top soil maka dosis dan jenis pupuk yang tertera pada Tabel 1 sudah cukup memadai. Top soil adalah tanah lapisan atas yang diambil dari Horizon A yaitu lapisan tanah paling atas yang mengandung bahan organik cukup dan berwarna coklat kehitaman sampai hitam serta berstruktur remah dan tidak mengadung kerikil/batuan atau bakan kasar lainnya. Jika lahan perke-bunan berada di lahan gambut, maka gambut saprik (gambut yang sudah sempurna melapuk) dapat digunakan sebagai media pembibitan.

Pemupukan melalui daun dapat dilakukan jika benar-benar diperlukan, namun pengawasan harus extra ketat karena daun kelapa sawit di bibitan sangat rentan keke-ringan atau plasmolisa jika kelebihan dosis. Waktu penyemprotan pupuk sebaiknya dila-kukan pada pagi menjelang si­ang hari yaitu setelah penyiraman rutin dan tidak boleh dilakukan penyi­ra­man selanjutnya selama 12 jam. Saat-saat tidak boleh memu-puk memalui da­un ada­lah jika cuaca sangat panas atau sangat kering atau bibit dalam kea­daan stres karena baru ditanam atau stres akibat lain. Aplikasi pemupukan dengan do-sis rendah dengan frekuensi tinggi (sering) biasanya mem­berikan pengaruh lebih baik kepada bibit daripada pem­berian dosis tinggi dan frekuensi rendah (tidak sering) aplikasinya. Alat semprot bibit yang bi­asa digu­nakan adalah knapsack tipe Solo dengan nozzle TX4 hollow cone yang diatur pada tekanan tinggi. 

1.2. Pemupukan di pembibitan utama (main nursery)
Bibit normal yang sudah berumur 4 bulan sudah dapat dipindahkan ke ma­in nursery (MN). Rujukan pemupukan di MN dapat mengacu pada Tabel 1. Di MN, bibit kelapa sawit dipelihara sampai umur 14 bulan. Jika tanah isian polibeg merupakan top soil yang baik dan peme­liha­ra­an bi­bitan cukup optimal, bia­sa­nya dosis pupuk yang tercantum pada Tabel 1 sudah cukup memadai, atau dengan perkataan lain, koreksi pupuk tidak perlu dila­kukan baik berupa pupuk atau bahan pembenah tanah. Pemupukan pada bibit di MN yang telah melewati umur 14 bulan tidak efektif karena akar kelapa sawit sudah memenuhi volume polibeg. 

Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk di Pembibitan Awal dan Pembibitan Utama
Umur Bibit (bln)Jenis dan dosis pupukKeterangan
NPK
15-15-6-4
NPK
12-12-17-2 (g/bibit/bln)
Kieserit (g/bibit/bln)
Pre Nursery (PN)
1 s/d 3
2,5 g/lair
/100bibit
/minggu
-
-
10cc/bibit/minggu
Main Nursery (MN)
4----
5
-
7,5
2,5
-
6
-
15
2,5
-
7
-
25
5,0
-
8
-
30
5,0
-
9
-
30
5,0
-
10
-
35
7,5
-
11
-
35
7,5
-
12
-
35
7,5
-
13
-
40
10,0
-
14-4010,0-
2. Pemupukan di Lapangan
Pemupukan di lapangan dimulai pada dari saat tanam, masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan masa tanaman menghasilkan (TM). 

2.1. Pada Saat Tanam
Pemupukan pada saat tanam yang harus dilakukan pemberian pupuk fosfat alam yang berfungsi di samping sebagai pembenah tanah juga sebagai pupuk. Fungsi pemberian fosfat alam adalah untuk meciptakan reaksi tanah ke arah netral di areal perakaran serta memberikan unsur hara fosfor (P), sehingga pertumbuhan perakaran kelapa sawit dan perkembangannya akan sempurna. Dosis fosfat alam sebesar 500 – 750 g per lobang tanam direkomendasikan tergantung dari tingkat kemasaman tanah. Cara aplikasinya adalah dicampur merata dengan tanah di lobang tanam pada saat penanaman. 

2.2. Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Pemberian pupuk pada TBM sudah dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 1 sampai 3 bulan di lapangan atau pada saat awal rotasi rutin pemu-pukan yang direkomendasikan di lapangan. 

Catatan: Ketepatan dosis pupuk untuk setiap unsur hara selanjutnya akan tergantung dari hasil ana-lisa tanah; walaupun digunakan pupuk majemuk dimungkinkan perlu suplemen pupuk tunggal ter-tentu Jika terdapat gejala kahat unsur mikro, misalnya hara boron (B) dapat diberikan pupuk borate dengan dosis berkisar 25-50 g/ph/th. 

Pupuk majemuk yang dapat digunakan adalah pupuk-pupuk yang mudah larut seperti misalnya pupuk majemuk 12-12-17-2 (Tabel 2) atau formula lain tergantung status hara tanah. Pupuk-pupuk tunggal dapat juga digunakan, namun akan me-nambah biaya pemupukan dan biasanya tidak setiap jenis pupuk tunggal tersebut telah ada di gudang pada saat yang bersamaan.

2.3. Pada Tanaman Menghasilkan (TM)
Jika tanaman kelapa sawit sudah menginjak umur 4 tahun (pada awal bulan ke 37 setelah penanaman) umumnya sudah dapat dikatakan telah berada pada masa TM. Pada tanah-tanah subur dengan persiapan lahan serta pemeliharaan tanaman yang prima, bahkan masa TM dapat dipercepat beberapa bulan. Penentuan jenis dan dosis pupuk pada masa TM harus didahului dengan penyusunan rekomendasi pemu-pukan. Rekomendasi pemupukan mengikuti tahapan penentuan leaf sampling unit (LSU), pengam-bilan sampel tanah dan daun di setiap LSU, analisa tanah dan tanam-an (terutana daun), dan penentuan jenis dan dosis pupuk itu sendiri. Pengambilan sampel daun untuk rekomendasi pemupukan harus sudah dimulai paling lambat 3 bulan sebelum tanggal tabur pupuk. 

Prinsip umum dalam pemupukan pada masa TM adalah sebagai berikut: 
  • Oleh karena tanaman sudah semakin besar dan memerlukan hara yang lebih tinggi khususnya hara K (kalium), maka diperlukan dosis K yang lebih tinggi dibanding unsur hara lainnya. Peran utama hara K dalam hal ini adalah me-nguatkan jaringan tanaman serta menstimulir serapan semua unsur hara lain (termasuk K) dari dalam tanah, Jika digunakan pupuk majemuk maka harus digunakan formulasi dengan kadar hara tinggi.
  • Tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan kelas kesesuaian lahannnya maka akan menentukan jumlah unsur hara yang diperlukan. Misalnya jika digunakan pupuk majemuk pada pada lahan subur dapat digunakan pupuk majemuk dengan formulasi 12-6-22-3 (total hara 43%) sedangkan pada lahan kurang subur (termasuk tanah gambut) digunakan pupuk majemuk dengan formulasi 13-8-27-4 (total hara 52%).
  • Jika terdeteksi ada kekahatan unsur mikro maka dapat digunakan pupuk-pupuk majemuk yang mengandung unsur mikro (missal 13-8-27-4+0,5B) atau digu-nakan pupuk majemuk tanpa hara mikro, dan untuk memenuhi kbutuhan hara mikro diberikan secara pupuk tunggal hara mikro.
  • Dalam keadaan tertentu, dapat saja digunakan pupuk majemuk lain yang mengandung K rendah, namun harus diperhitungkan secara lebih pasti su-plemen K dari pupuk tunggal MOP, atau mungkin terhadap unsur hara lainya selain K, di samping perhitungan ekonomis yang benar.
  • Jika bahan pembenah diberikan, apakah berupa kaptan, dolomite atau TKS, maka unsur hara yang terdapat dalam bahan pembenah tersebut dapat di-per-hitungkan untuk pengurangan dosis hara Ca, Mg dan/atau K.
  • Pekebun sebaiknya tidak menggunakan bahan-bahan aneh yang mengandung unsur hara seperti misalnya abu tandan atau garam NaCl karena kedua bahan tersebut dapat secara drastis meningkatkan pH dan bahkan unsure Na yang berlebihan di tanah dapat mengeraskan tanah.
  • Tanaman kelapa sawit berumur 23 tahun dan lebih tua biasanya sudah tidak diperlukan pemberian pupuk lagi.
Di bawah ini dikemukakan dosis-dosis umum pupuk pada TM sejalan dengan kondisi tanah dan kelas kesesuaian lahannya masing-masng jika menggunakan pupuk majemuk (Tabel 3) ataupun pupuk-pupuk tunggal (Tabel 4 s/d Tabel 7).
Tabel 3. Dosis umum pupuk majemuk untuk kelapa sawit TM
Kelas Kesesuaian 
Lahan (KKL)
Dosis pupuk majemuk (kg/ph/th) berdasarkan umur
Formula pupuk majemukYang direkomendasikan 3-8 tahun
9-14 tahun >14-22 tahun
KKL I
4,00 - 5,50
5,50 - 7,75
4,50 – 6,00
13-6-27-4+0,65B
KKL II
5,50 – 6,50
6,50 – 8,00
5,00 – 6,50
12-6-22-3
KKLIII dan Gambut 6,50 – 7,00
8,00 – 9,50
6,00 – 7,50
13-8-27-4+0,5B
Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan (suplemen) pupuk tunggal, dan tergantung dari hasil analisa sampel daun dan tanah.

Tabel 4. Dosis umum pupuk Urea untuk kelapa sawit TM
Kelas Kesesuaian 
Lahan (KKL)
Dosis pupuk Urea (kg/ph/th) 
berdasarkan umur
3-8 tahun
9-14 tahun
>14 – 22 th
KKL I, mineral
0,50 - 0,75
0,75 – 1,00
0,50 – 0,75
KKL II, mineral
0,75 – 1,00
1,00 – 1,25
0,75 – 1,00
KKL III, mineral
1,00 – 1,50
1,50 – 2,00
1,00 – 1,50
KKL III, gambut
0,75 – 1,00
1,00 – 1,25
0,74 – 1,00
Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan.
Tabel 5. Dosis umum pupuk Rock Phosphate (RP) untuk kelapa sawit TM
Kelas Kesesuaian 
Lahan (KKL)
Dosis pupuk RP (kg/ph/th) 
berdasarkan umur
3-8 tahun
9-14 tahun
>14 – 22 thn.
KKL I, mineral
0,75 - 1,00
1,00 – 1,25
0,75 – 1,00
KKL II, mineral
1,00 – 1,25
1,25 – 1,50
1,00 – 0,75
KKL III, mineral
1,25 – 1,50
1,50 – 1,75
1,25 – 1,50
KKL III, gambut
1,50 – 1,75
1,75 – 2,00
1,50 – 1,75
Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan.
Tabel 6. Dosis umum pupuk KCl (MOP) untuk kelapa sawit TM
Kelas Kesesuaian
Lahan (KKL)
Dosis pupuk KCl (kg/ph/th)
berdasarkan umur
3-8 tahun
9-14 tahun
>14 – 22 thn.
KKL I, mineral
2,50 - 2,75
2,75 – 3,00
2,50 – 2,75
KKL II, mineral
2,75 – 3,00
3,00 – 3,25
2,75 – 3,00
KKL III, mineral
3,00 – 3,25
3,25 – 3,50
3,00 – 3,25
KKL III, gambut
3,25 – 3,50
3,50 – 3,75
3,25 – 3,50
Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan.
Tabel 7. Dosis umum pupuk Kieserit untuk kelapa sawit TM
Kelas Kesesuaian
Lahan (KKL)
Dosis pupuk Kieserit (kg/ph/th)
berdasarkan umur
3-8 tahun
9-14 tahun
>14 – 22 thn.
KKL I, mineral
0,25 - 0,50
0,50 – 0,75
0,25 – 0,50
KKL II, mineral
0,50 – 0,75
0,75 – 1.00
0,50 – 0,75
KKL III, mineral
0,75 – 1,00
1,00 – 1,25
0,75 – 1,00
KKL III, gambut
-
-
-
Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan.

3. Pemberian Bahan Pembenah Tanah
Pemberian bahan pembenah tanah sudah dapat dilakukan pada masa TBM. Bahan-bahan pembenah yang dapat digunakan di lahan kelapa sawit antara lain berupa kapur pertanian (kaptan), dolomit, tandan kosong sawit (TKS) dan pupuk-pupuk organik (baik hayati maupun non-hayati). Arahan penggunaan masing-masing bahan pembenah tanah adalah sebagai berikut:
  • Kapur pertanian digunakan pada tanah-tanah ber-pH rendah (<4,5) seperti tanah-tanah gambut, tanah sulfat masam dan tanah-tanah mineral volkanis tertentu yang umumnya sudah mengandung unsur hara magnesium (Mg) yang cukup. Tergantung dari pH tanahnya maka dosis kaptan dapat berkisar 2,50 – 5,00 kg/-ph/th selama 3 tahun bertuurut-turut. Tempat aplikasi kaptan adalah di piringan tanaman bagian luar (ke arah rumpukan).
  • Dolomit digunakan pada tanah-tanah yang ber-pH rendah dan kandungan Mg yang rendah. Dosis dolomit sebagai pembenah tanah akan berkisar 5,00-7,50 kg-/ph/th dan diulang selama 3 tahun berturut-turut. Tempat aplikasi dolomit se-rupa dengan kaptan adalah di piringan tanaman bagian luar (ke arah rumpukan).
  • Tandan kosong sawit (TKS) harus diberikan pada tanah-tanah yang mengandung karbon (C) yang rendah (kadar C <1%) atau tanah-tanah yang tidak lagi memiliki top soil di lapisan atasnya. Dosis TKS akan berkisar 10-30 ton untuk setiap hek-tarnya tergantung kadar karbon di tanahnya. Aplikasi TKS di lapangan adalah di-tebar merata satu lapis di seluruh permukaan tanah di lapangan, kecuali pada pi-ringan dan jalan panen. Penaburan TKS, karena ketersediaannya terbatas maka penaburannya di lapangan dapat dilakukan secara bertahap tergantung skala pri-oritasnya tergantung kebijakan kebun, misalnya mendahulukan blok-blok miring agar terhindar dari erosi.
  • Pupuk organik hayati atau non-hayati belum digunakan secara luas dan hanya sesetempat atau di pembibitan. Untuk di lapangan keperluannya hampir serupa dengan kebutuhan bahan pembenah lain sehingga secara ekonomis masih perlu dikaji lebih lanjut. 
  • Jika pada saat TBM belum sempat diberikan bahan pembenah tanah yang se-suai maka dapat diberikan pada saat TM. 
4. Cara Penaburan Pupuk dan Pembenah tanah
Cara pemupukan tergantung dari jenis pupuk yang di­gu­nakan yaitu ji­­ka yang digunakan adalah pupuk majemuk sebagai pupuk utama atau jika pupuk-pupuk tunggal sebagai pupuk u­ta­­ma, adalah sebagai berikut:
a. Jika menggunakan pupuk majemuk sebagai pupuk utama 
  1. Tahap-1. Pada tanah yang ber-pH rendah (< pH 4,5) maka harus didahului dengan pemberian dolomit atau kapur tanaman (kaptan) sebelum semua pu­puk di­a­pli­kasikan. Tujuan pembenahan adalah untuk meningkatkan pH ta­nah ke arah op­ti­mal adalah didasarkan pada kandungan CaCO3 pada bahan pem-benah yang digunakan. Jika dolomit su­dah diberikan maka hara Mg (yang ter-kandung dalam dolomit) harus di­per­hitungkan pada tahun kedua setelah aplikasinya. Hara Mg dari dolomit ba­ru dapat terlarut dan diserap tanaman jika setelah setahun aplikasi. Pem­be­­­nah tanah dapat ditabur melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari po­hon ke arah luar piringan. 
  2. Tahap-2. Aplikasikan pupuk NPK majemuk setelah selesai seluruh pe­na­bur­an bahan pembenah. Jarak (selang) waktu dari penaburan bahan pem­benah tanah ke pemupukan NPK adalah berkisar 2 minggu sampai 1 bulan.
  3. Tahap-3. Penaburan pupuk mikro dapat dilakukan langsung setelah pena­buran pupuk majemuk. Lokasi penaburannya adalah di ketiak daun paling bawah atau di sekitar po­hon (dekat ke pohon). Tidak semua pupuk mikro di­perlukan karena kan­du­ngan­nya dalam tanah juga biasanya sudah men­cu­kupi. Pupuk mikro yang perlu diberikan ke dalam tanah di perkebunan ke­la­pa sawit biasanya Boron pada lahan gambut atau lahan volkanis. Unsur hara Cu atau Zn, dapat diberikan pada tanah gambut atau tanah mineral yang memang mengalami defi­siensi hara mikro ini. 
b. Jika menggunakan pupuk-pupuk tunggal 
  1. Tahap-1. Pada tanah yang ber-pH rendah (< pH 5) maka harus didahului dengan pemberian dolomit atau kapur tanaman (kaptan) sebelum semua pu­­puk di­a­pli­kasikan. Tujuan pembenahan adalah untuk meningkatkan pH ta­nah ke arah op­ti­mal. Jika dolomit su­dah diberikan maka hara Mg (yang terkandung dalam dolomit) harus di­per­hitungkan pada tahun kedua setelah aplikasinya. Hara Mg dari dolomit ba­ru dapat terlarut dan diserap tanaman jika setelah setahun aplikasi. Pem­be­­­nah tanah dapat ditabur melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari po­hon ke arah luar piringan, atau dapat juga ditabur di luar piringan yang tidak ditumbuhi gulma.
  2. Tahap-2. Aplikasikan pupuk RP segera setelah selesai seluruh penaburan bahan pem­­­benah tanah. Penaburan RP melingkar dan merata di piringan pohon mu­lai da­­ri jarak 1,5 m dari pohon ke arah luar piringan.
  3. Tahap-3. Dua minggu setelah selesai penaburan seluruh pupuk RP maka dapat diaplikasikan pupuk Urea. Pe­na­buran Urea melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari po­hon sampai batas piringan.
  4. Tahap-4. Dua minggu setelah selesai penaburan seluruh pupuk Urea maka dilanjutkan dengan aplikasi pupuk MOP. Pe­na­buran MOP melingkar dan me­rata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m da­­ri pohon sampai batas pi­ring­an.
  5. Tahap-5. Penaburan pupuk mikro dapat dilakukan langsung setelah pena­buran pupuk majemuk. Lokasi penaburannya adalah di ketiak daun paling bawah atau di sekitar po­hon (dekat ke pohon). Tidak semua pupuk mikro di­perlukan karena kan­du­ngan­nya dalam tanah juga biasanya sudah men­cu­kupi. Pupuk mikro yang perlu diberikan ke dalam tanah di perkebunan ke­la­pa sawit biasanya Boron pada lahan gambut atau lahan volkanis. Unsur hara Cu atau Zn, dapat diberikan pada tanah gambut atau tanah mi­ne­ral yang memang mengalami defi­siensi hara mikro ini. 
5. Waktu dan frekuensi pemupukan
Waktu (saat) pemupukan adalah jika curah hujan pada bulan aplikasi berkisar 150-200 mm, atau tanah dalam keadaan lembab sampai agak basah (khusus gambut). Pemu­pukan sama sekali tidak dapat dilakukan bila curah hujan bulanan <60 mm atau >300 mm. Dalam praktek di lapangan untuk perkebunan kelapa sawit dapat digunakan pedo­man se­ba­gai berikut:
  • Waktu mulai memupuk adalah bila sudah turun hujan 50 mm/10hari.
  • Waktu berhenti memupuk adalah bila curah hujan >30 mm/hari dan hari hujan 20 hari/ bulan karena kondisi terlalu basah yang dapat mengakibatkan tanah jenuh air, atau jika tidak hujan selama >20 hari (terlalu kering).
Data penyebaran curah hujan (Gambar 1) dapat digunakan untuk menentukan saat pemupukan. Dari grafik tersebut dapat ditentukan bahwa pemupukan di Semester I adalah pada bulan Maret atau Juni, sedangkan saat pemupuka di Semester II pada bulan September atau Oktober. Pantauan curah hujan setiap hari bagaimanapun mutlak dilakukan secara seksama di ke­bun karena deviasi curah hujan dapat saja terjadi setiap saat.

PROSES PEMUPUKAN KELAPA SAWIT Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar