1. Minyak Pelumas
Minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau disisipan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut. Beberapa aditif untuk meningkatkan performa base oil dari minyak bumi telah dikembangkan dan penggunaannya meningkat di tahun 1930. Pada awalnya hanya sekedar untuk meningkatkan sifat-sifat fisik minyak pelumas, kemampuan mengontrol kerusakan minyak itu sendiri menjadi makin lama semakin menjadi penting, karena pemakaian pada pembakaran internal engine meningkat. Hal ini mendorong pengembangan tentang apa yang disebut aditif pelumas "detergent" yang bisa mengurangi baik oksidasi minyak maupun mengurangi penumpukan deposit di dalam mesin. Pemakaian aditif jenis ini meningkat pada diesel engine ditahun 1940-an, namun mulai secara signifikan digunakan pada gasoline engine pada dekade setelah itu. Aditif untuk mereduksi endapan telah dikembangkan dan digunakan di dalam gasoline engine dari mulai tahun 1960-an, sedangkan untuk diesel engine mulai tahun 1970-an.
Minyak dasar dari minyak bumi secara konvensional sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern, khususnya untuk pemakaian pada temperatur tinggi, serta penambahan bahan sintetis atau bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses sekarang ini sudah cukup banyak digunakan pada kendaraan penumpang. Di waktu yang akan datang, kebanyakan minyak dasar harus digunakan hampir secara keseluruhan dengan minyak dasar sintetis atau minyak dasar dari minyak bumi dengan cara pemrosesan baru mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran.
Fungsi-fungsi dasar pelumas tentu saja adalah mengurangi gesekan dan mencegah wear. Dalam realitanya, pelumas harus juga dapat memenuhi faktor lainnya yang juga vital dalam pengoperasian peralatan. Mercedes-Benz sebagai manufaktur otomobil dan mesin telah membuat list, lebih dari 40 sifat-sifat yang diperlukan agar dapat memenuhi persyaratan sebagai engine oil. Minyak pelumas yang khusus seperti minyak hidrolik dan minyak transmisi juga mempunyai persyaratan lainnya yang harus dipertimbangkan, sedangkan produk padatan atau semi-padatan seperti gemuk juga mempunyai persyaratan khusus dan diukur dengan cara yang lain pula. Sifat-sifat minyak pelumas yang diharapkan yaitu dapat menimbulkan aspek positif (seperti mencegah wear dan lain-lain). Sedangkan sifat yang tidak diharapkan yaitu menimbulkan aspek negatif (seperti minyak menyebabkan bagian-bagian mesin terkorosi dan lain-lain). Sifat-sifat positif minyak pelumas secara praktis untuk pelumasan kendaraan adalah sebagai berikut:
- Mengurangi gesekan, dengan mengurangi gesekan berarti akan mengurangi juga energi dan juga mengurangi pemanasan lokal.
- Mengurangi wear, adalah suatu kebutuhan menjaga peralatan agar tetap bisa beroperasi untuk periode yang lama dan bekerja secara efisien.
- Pendingin, didalam mesin minyak pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar panas antara bagian-bagian yang terpanasi akibat pembakaran (misal: piston) dan sistem pelepas panas (misal: jaket pendingin dan lain-lain). Pada sistem yang lain, minyak pelumas sebagai pelepas panas dari hasil gesekan atau kerja mekanik lainnya.
- Anti korosi, baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil pembakaran, minyak pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu minyak pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek tersebut.
- Pembersih, minyak pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan. Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat.
- Jika minyak pelumas tidak mampu mencegah hal ini. Pencegahan deposit dan juga disperse kontaminan termasuk dalam kategori ini.
- Seal, minyak pelumas seharusnya dapat juga menjadi seal antara piston dan silinder (piston ke ring dan ring ke dinding silinder).
Untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut di atas berdasarkan tinjauan ekonomi, pelumas haruslah mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan alat dimana pelumas itu digunakan.
2 Teori Dasar Gelombang
Gelombang adalah suatu gejala terjadinya penjalaran suatu gangguan melewati suatu medium, dimana setelah gangguan itu lewat keadaan medium akan kembali ke keadaan semula, seperti sebelum gangguan itu datang (Amoranto Trisnobudi, 2000). Medium merupakan sekumpulan benda yang saling berinteraksi dimana gangguan itu merambat. Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
Gelombang Mekanik
Merupakan gelombang yang terjadi karena adanya gaya mekanik yang merambat dalam medium yang bersifat elastis, seperti gelombang bunyi, gelombang pada permukaan air dan gelombang pada tali.
2. Gelombang Elektromagnetik
Merupakan gelombang yang tidak memerlukan medium dalam perambatannya karena dapat merambat diruang hampa dan perubahan yang diakibatkan bukanlah perubahan mekanik, seperti gelombang radio, sinar infra merah, dan sinar ultra violet.
Gelombang akustik adalah gelombang yang terjadi karena adanya getaran mekanik perantara (padat, cair, dan gas). Berdasarkan frekuensi kerjanya, gelombang akustik dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Gelombang Infrasonik
Merupakan gelombang akustik yang mempunyai frekuensi lebih kecil dari 20 Hz. Frekuensi gelombang infrasonik ini sangat rendah sehingga tidak terdengar oleh manusia.
2. Gelombang Sonik
Merupakan gelombang akustik yang mempunyai daerah frekuensi antara 20 Hz sampai 20 KHz. Gelombang sonik dapat terdengar oleh manusia.
3. Gelombang Ultrasonik
Merupakan gelombang akustik yang mempunyai frekuensi diatas 20 KHz. Frekuensi gelombang ultrasonik ini sangat tinggi sehingga tidak terdengar oleh manusia.
Dalam pengukuran untuk menentukan kualitas dan kuantitas suatu bahan dengan menggunakan gelombang ultrasonik, dikenal tiga macam metode pengukuran yaitu:
Metode Resonansi
Prinsip dasar dari metode ini adalah berdasarkan terjadinya frekuensi resonansi pada suatu bahan, dimana jika sistem dalam keadaan resonansi maka akan terjadi gelombang berdiri pada bahan tersebut. Biasanya metode ini digunakan untuk mengukur ketebalan suatu bahan.
Metode Intensitas
Prinsip utama dari metode intensitas adalah mengukur besarnya intensitas gelombang ultrasonik yang diterima setelah melewati bahan. Sehingga berdasarkan pengurangan ini dapat diketahui terjadinya cacat didalam bahan.
Metode Waktu Tempuh
Prinsip utama dari metode waktu tempuh adalah dengan cara mengukur waktu tempuh gelombang ultrasonik didalam bahan. Ditinjau berdasarkan cara perambatan gelombang ultrasonik yang melalui suatu bahan, dapat diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu:
1. Cara Langsung
Cara langsung merupakan cara dimana penempatan transduser pengirim dan penerima saling berhadapan seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.1. Cara ini lebih umum digunakan untuk menentukan kualitas dan homogenitas bahan.
Gambar 2.1 Cara transmisi langsung
2. Cara Pantulan
Merupakan cara yang memanfaatkan peristiwa pantulan gelombang pada permukaan sampel bahan yang akan diuji. Cara ini memungkinkan penggunaan satu buah transduser saja yang berfungsi sebagai pemancar dan penerima sekaligus.
Gambar 2.2 Cara transmisi tidak langsung
3 Mikrokontroler AT89C51
AT89C51 adalah mikrokontroler keluaran Atmel dengan 4 Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory). AT89C51 merupakan memori dengan teknologi nonvolatile memory, yaitu isi memori tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus berkali-kali.
Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan instruksi berstandar MCS-51 sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk bekerja dalam mode single chip operation yang tidak memerlukan external memory untuk menyimpan source code tersebut.
3.1 Deskripsi Pin
AT89C51 mempunyai 40 kaki, 32 kaki diantaranya adalah kaki untuk keperluan port paralel. Satu port paralel terdiri dari 8 kaki, dengan demikian 32 kaki tersebut membentuk 4 buah port paralel, yang masing-masing dikenal sebagai Port-0, Port-1, Port-2 dan Port-3. Nomor dari masing-masing kaki dari port paralel mulai dari 0 sampai 7. Jalur atau kaki pertama Port-0 disebut sebagai P0.0 dan jalur terakhir untuk port-0 adalah P0.7. Letak dari masing-masing port diperlihatkan pada gambar 2.3 dibawah ini.
Adapun nama dan fungsi dari pin-pin pada mikrokontroler AT89C51 adalah sebagai berikut:
- VCC (pin 40) : Power supply.
- GND (pin 20) : Ground.
- Port 0 (pin 32-39).
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun menerima kode byte pada saat Flash Programming. Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat Flash Programming diperlukan external pull up terutama pada saat verifikasi program.
4. Port 1 (pin 1-8).
Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa atau menerima low order address bytes pada saat Flash Programming. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.
5. Port 2 (pin 21-28).
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit (Movx @Dptr). Pada saat mengakses memori secara 8 bit, (Mov @Rn) port ini akan mengeluarkan isi dari P2 Special Function Register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.
6. Port 3 (pin 10-17).
Sebagai I/O biasa port 3 mempunyai sifat yang sama dengan port 1 maupun port 2. Port 3 menyediakan beberapa fungsi khusus sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1 dibawah.
Fungsi-fungsi alternatif pada tabel diatas hanya dapat diaktifkan jika bit-bit pengancing (latch) port yang bersangkutan berisi ‘1’.
7. RST (pin 9).
Masukan reset kondisi 1 selama 2 siklus mesin selama osilator bekerja akan me-reset mikrokontroler yang bersangkutan ke alamat awal.
8. ALE/PROG (pin 30).
Pin ini dapat berfungsi sebagai Address Latch Enable (ALE) yang me-latch low byte address pada saat mengakses memori eksternal. Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulse input. Pada operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16 frekuensi oscillator kecuali pada saat mengakses memori eksternal. Sinyal clock pada pin ini dapat pula di-disable dengan men-set bit 0 dari special function register di alamat 8EH. ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori eksternal (MOVX & MOVC).
9. PSEN (pin 29).
Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle.
10. EA/VPP (pin 31).
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai External Acces Enable (EA), yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem di-reset. Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada di memori internal.
11. XTAL1 (pin 19) : input oscillator.
12. XTAL2 (pin 18) : output oscillator.
3.2 Port Input/Output AT89C51
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mikrokontroler AT89C51 mempunyai empat buah port, yaitu Port 0, Port 1, Port 2 dan Port 3 yang terletak pada alamat 80H, 90H, A0H dan B0H. Namun, jika digunakan memori eksternal atau pun fungsi-fungsi khusus, seperti interupsi eksternal, serial atau pun timer eksternal, Port 0, Port 2, dan Port 3 tidak dapat digunakan sebagai port dengan fungsi umum. Untuk itu disediakan port 1 yang dikhususkan untuk port dengan fungsi umum.
Port 0, Port 2, dan Port 3 memiliki fungsi alternatif. Masing-masing pin dari port-port ini dapat digunakan sebagai jalur input/output digital secara umum atau alternatifnya dapat digunakan untuk fungsi keduanya. Fungsi kedua dari Port 0 dan Port 2 adalah untuk menghubungkan dengan memori eksternal. Ketika program eksternal atau memori data sedang diakses, Port 2 mengeluarkan byte tinggi dari alamat 16-bit. Port 0 awalnya mengeluarkan byte rendah dari alamat 16-bit, kemudian mengirim atau menerima byte data.
Semua port ini dapat diakses dengan pengalamatan secara bit sehingga dapat dilakukan perubahan output pada tiap-tiap pin dari port ini tanpa mempengaruhi pin-pin yang lainnya.
Ketika sebuah port digunakan sebagai port input, nilai FFH harus dituliskan pertama kali ke port, kemudian setiap input yang menggunakan tegangan rendah akan dianggap sebagai nilai 0, dan port tersebut dapat dibaca dari SFR yang sesuai. Lebih spesifik pembacaan SFR yang sesuai, membaca nilai pin port. Output latch menggerakkan pin port ke level logika ‘1’ jika tidak ada penurunan arus rangkaian eksternal pada pin tersebut.
Fungsi alternatif dari pin-pin pada Port 3 termasuk interrupt dan input timer, serial port input dan output, dan sinyal kontrol untuk menghubungkan dengan memori eksternal.
3.3 Struktur Memori
AT89C51 mempunyai struktur memori yang terdiri dari:
1. RAM Internal
RAM internal memiliki memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk menyimpan variabel atau data yang bersifat sementara, dialamati oleh RAM Address Register (Register Alamat RAM). RAM internal terdiri atas:
a. Register Banks
89C51 memiliki delapan buah register yang terdiri dari R0 sampai R7 yang tereletak pada alamat 00H hingga 07H pada setiap kali reset.
b. Bit Addressable RAM
RAM dengan alamat 20H hingga 2FH dapat diakses secara pengalamatan bit (bit addressable) sehingga hanya dengan sebuah instruksi saja setiap bit dalam area ini dapat di-set, clear, AND dan OR.
c. RAM Keperluan Umum
RAM keperluan umum dimulai dari alamat 30H hingga 7FH dan dapat diakses dengan pengalamatan langsung maupun tak langsung. Pengalamatan langsung dilakukan ketika salah satu operand merupakan bilangan yang dialamati. Sedangkan pengalamatan tak langsung pada lokasi dari RAM Internal ini adalah akses data dari memori ketika alamat memori tersebut tersimpan dalam suatu register R0 atau R1 yang dapat digunakan sebagai pointer dari lokasi memori pada RAM Internal.
2. Special Function Register (Register Fungsi Khusus)
Memori yang berisi register-register yang memiliki fungsi khusus yang tersediakan oleh mikrokontroler seperti timer, serial dan lain-lain. AT89C51 memiliki 21 Special Function Register yang terletak pada alamat 80H hingga FFH dengan rincian pada tabel 2.2. Salah satu contoh dari Special Function Register adalah Accumulator, register ini terletak pada alamat E0H. Semua operasi aritmatika dan operasi logika dan proses pengambilan dan pengiriman data ke memori selalu menggunakan register ini.
3. Flash PEROM
Memori yang digunakan untuk menyimpan instruksi-instruksi MCS-51 dialamati oleh Program Address Register (Register Alamat Program). AT89C51 memiliki 4 Kb Flash PEROM yang menggunakan Atmel’s High-Density Non Volatile Technology.
Program yang ada pada Flash PEROM akan dijalankan jika pada saat sistem di-reset, pin EA/VP berlogika satu maka mikrokontroler aktif berdasarkan program yang ada pada Flash PEROM-nya. Namun jika pin EA/VP berlogika nol, mikrokontroler aktif berdasarkan program yang ada pada memori eksternal.
3.4 Timer AT89C51
Mikrokontroler AT89C51 mempunyai dua buah timer, yaitu Timer0 (T0) dan Timer1 (T1), setiap timer terdiri dari 16 bit yang tersimpan dalam dua buah register yaitu THx untuk Timer High Byte dan TLx untuk Timer Low Byte yang keduanya dapat berfungsi sebagai counter maupun sebagai timer. Secara fisik timer juga merupakan rangkaian T Flip-flop yang dapat diaktifkan dan dinonaktifkan setiap saat. Perbedaan keduanya terletak pada sumber clock dan aplikasinya.
Timer mempunyai sumber clock dengan frekuensi tertentu yang sudah pasti sedangkan counter mendapat sumber clock dari pulsa yang hendak dihitung jumlahnya. Aplikasi dari timer atau pewaktu biasa digunakan untuk aplikasi menghitung lamanya suatu kejadian yang terjadi sedangkan counter atau penghitung biasa digunakan untuk aplikasi menghitung jumlah kejadian yang terjadi dalam periode tertentu.
Perilaku dari register THx dan TLx diatur oleh register TMOD dan register TCON. Timer dapat diaktifkan melalui perangkat keras maupun perangkat lunak.
Perioda waktu timer/counter dapat dihitung menggunakan persamaan 2.1 dan 2.2 sebagai berikut:
4 Transduser Ultrasonik
Sinyal-sinyal elektrik yang dihasilkan oleh rangkaian tidak dapat langsung digunakan maka dari itu digunakanlah transduser. Komponen ini yang mengubah besaran elektrik menjadi gelombang agar dapat dipancarkan, meskipun pada tugas akhir ini menggunakan modul PING ultrasonic. Alasan penggunaan modul ini dikarenakan berdasarkan hasil pengujian sensor ini menghasilkan data yang cukup akurat.
Ada beberapa jenis transduser ultrasonik yang biasanya digunakan untuk pengukuran, yaitu:
Transduser kontak : disebut transduser kontak karena permukaan transduser langsung menempel pada permukaan bahan. Transduser ini biasanya digunakan untuk mengetahui cacat dalam bahan, sifat-sifat bahan, atau mengukur ketebalan.
Transduser pengirim-penerima (transduser ganda) : jenis ini terdiri dari dua buah transduser dengan karakteristik sama yang ditempatkan dalam satu wadah, satu berfungsi sebagai pemancar dan lainnya berfungsi sebagai penerima gelombang ultrasonik. Banyak digunakan dalam pengukuran ketebalan dan untuk mengetahui cacat dalam bahan yang dekat dengan permukaan.
Transduser Bersudut
Jenis ini sama dengan transduser kontak langsung, hanya sudut pancarannya bisa diatur sesuai kebutuhan, atau ada juga yang dibuat tetap, sehingga bisa digunakan untuk pengukuran yang memerlukan arah pancaran yang mempunyai sudut lebih kecil dari 900 terhadap permukaan.
5 Komunikasi Serial
Menurut cara komunikasi datanya, I/O pada PC dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu serial dan paralel. I/O jenis serial, mengirim dan menerima data dengan format seri bit demi bit dengan diawali bit start dan diakhiri bit stop untuk sinkronisasi. I/O serial memiliki efisiensi terhadap media transmisi yang lebih sedikit, yakni hanya membutuhkan dua buah jalur komunikasi untuk pengiriman dan penerimaan data, dan satu buah jalur ground.
Untuk proses komunikasi antara mikrokontroler dengan PC dibutuhkan perangkat tambahan yang terdiri dari IC Maxim232 dan konektor DB9.
5.1 Maxim232
Untuk dapat berhubungan dengan PC, mikrokontroler harus membutuhkan komponen tambahan baik komunikasi paralel maupun serial. Pada pembuatan tugas akhir ini yang digunakan adalah komunikasi serial. Pada mikrokontroler sendiri terdapat buffer yang dapat digunakan sebagai pendukung proses komunikasi tersebut. Pada saat ini banyak komponen yang dapat digunakan untuk pendukung proses komunikasi tersebut, salah satu contohnya adalah maxim232.
Maxim232 berfungsi sebagai perantara antara mikrokontroler dengan port serial, karena mikrokontroler tidak dapat mengirim data begitu saja maka diperlukan maxim232. Berfungsi sebagai perantara karena maxim232 hanya menerima data dari mikrokontroler untuk kemudian dikirim ke PC melalui DB9.
.5.2 Deskripsi Pin Maxim232
Maxim232 mempunyai 16 kaki yang terdiri untuk keperluan port serial, komunikasi mikrokontroler dengan maxim. Letak dari masing-masing port diperlihatkan pada gambar 2.6 dibawah ini.
Gambar 2.6 Konfigurasi pin MAXIM232
Adapun nama dan fungsi dari kaki-kaki pin pada Maxim232 adalah sebagai berikut:
VCC (pin 16) : Power supply.
- GND (pin 15) : Ground.
- T1IN dan R1OUT (pin 11 dan 12) : Pin ini terhubung dengan pin 11 mikrokontroler AT89C51.
- R1IN dan T1OUT (pin 13 dan 14) : Pin ini terhubung dengan pin 2 dan 3 DB9.
- C1+ dan C1- : Berfungsi sebagai buffer.
- C2+ dan C2- : Berfungsi sebagai buffer.
- V+ dan V- : Tegangan referensi dari Maxim232.
5.3 Konektor DB9
Pada PC biasanya terdapat beberapa port yang dapat digunakan untuk proses komunikasi dengan perangkat luar, port yang biasanya digunakan yaitu port paralel, port serial atau bahkan usb. Karena pada pembuatan tugas akhir ini komunikasinya menggunakan komunikasi serial maka konektor yang digunakan pun port serial atau yang lebih dikenal dengan Comport (DB9). Adapun konfigurasi dari DB9 dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.7 Konektor DB9
Ada pun keterangan dari masing-masing pin adalah sebagai berikut:
- DCD (pin 1), Data carrier detect.
- RD (pin 2), Receive data.
- TD (pin 3), Transmit data.
- DTR (pin 4), Data transmit ready.
- SG (pin 5), Signal ground.
- DSR (pin 6), Data set ready.
- RTS (pin 7), Request to send.
- CTS (pin 8), Clear to send.
- RI (pin 9), Ring indicator.
6 Perangkat Lunak
Perangkat lunak mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan perangkat keras dari alat yang dibuat. Perangkat lunak berfungsi untuk mengendalikan alat yang telah dibuat. Perangkat lunak sendiri terdapat dua jenis yaitu bahasa pemrograman tingkat tinggi dan bahasa pemrograman tingkat rendah.
Pada tugas akhir ini terdapat dua macam perangkat lunak yang dibuat baik pada PC maupun pada mikrokontroler itu sendiri. Pada PC perancangan perangkat lunak menggunakan Borland Delphi sedangkan pada mikrokontroler menggunakan pemrograman bahasa Basic.
6.1 Bahasa Basic
Basic merupakan salah satu dari bahasa pemrograman tingkat tinggi yang dapat digunakan untuk pemrograman mikrokontroler. Pada hakekatnya bahasa basic memerlukan compiler untuk dapat menjalankan program yang telah dibuat. Alasan penggunaan bahasa basic dikarenakan lebih praktis dan perintah-perintah yang digunakan pun lebih mudah dimengerti oleh penulis.
6.1.1 Konstruksi Program Basic
Program sumber basic terdiri dari kumpulan baris-baris perintah dan biasanya disimpan dengan extension .bas dengan 1 baris untuk satu perintah, setiap baris perintah tersebut bisa terdiri atas beberapa bagian, yakni bagian label dan bagian komentar.
Program sumber (source code) yang telah dibuat, selanjutnya program sumber diterjemahkan ke bahasa mesin dengan menggunakan program bascom. Hasil kerja program bascom adalah “assembly listing” dan juga “file dengan ekstensi HEX”. File dengan ekstensi HEX inilah yang akan diisikan ke dalam chip mikrokontroler.
6.1.2 Instruksi yang Digunakan
Beberapa instruksi yang digunakan dalam penyusunan program adalah sebagai berikut:
- $romstart, digunakan untuk menentukan alamat awal dari program yang akan dibuat.
- $baud, digunakan untuk menentukan baudrate. Baudrate sendiri diperlukan karena alat yang dibuat menggunakan port serial untuk komunikasi dengan PC.
- $crystal, digunakan untuk menentukan frekuensi kristal yang digunakan pada sistem minimum mikrokontroler pada alat yang dibuat.
- Dim, merupakan konstanta data yang dideklarasikan dengan nilai pada variabel tertentu.
- Const, merupakan konstanta data yang dideklarasikan dengan nilai pada variabel tertentu.
- Alias, merupakan konstanta data yang dideklarasikan sesuai dengan kebutuhan.
- Config timer, digunakan untuk konfigurasi timer. Karena timer dibutuhkan sebagai salah satu parameter dari alat yang akan dibuat.
- Waitms, digunakan untuk mendeklarasikan delay dalam satuan µs.
- Reset, digunakan untuk me-reset atau mengembalikan ke nilai default dari port yang telah digunakan.
- Counter, digunakan untuk me-reset nilai counter baik itu counter0, counter1 maupun counter2.
- Set, digunakan untuk menentukan port yang akan digunakan atau diaktifkan.
- Nop, jika digunakan pada program maka program tidak akan melakukan proses apapun.
- Delay, jika digunakan pada program maka program akan menunggu selama sesaat sebelum melakukan instruksi yang berikutnya dalam satuan µs.
- Bitwait, jika digunakan maka program akan menunggu apakah port diaktifkan atau tidak.
- Start, digunakan untuk memulai proses pengukuran baik itu timer atau berupa counter.
- Print, digunakan untuk mengirim karakter melalui port serial.
- End, digunakan untuk mengakhiri program.
Setelah program selesai dibuat maka kita harus meng-compile program tersebut agar dapat diisikan kedalam chip mikrokontroler. Adapun compiler yang digunakan adalah BASCOM-8051. BASCOM-8051 merupakan Window Basic Compiler untuk keluarga MCS-51. Software ini dirancang untuk dioperasikan pada Win95 / Win98 / WinNT / WinXP.
Form adalah windows kosong tempat menuliskan sintaks program yang akan dibuat. Tampilan awalnya seperti pada gambar 2.9.
Componen palette, komponen palette terdiri atas beberapa page yang dipakai sebagai pengelompokkan jenis komponen, misalnya yang tampak pada gambar 2.10 adalah page standard.
6.2 Bahasa Pemrograman Delphi
Borland Delphi atau yang biasa disebut Delphi saja, merupakan sarana pemrograman aplikasi visual. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa pemrograman pascal atau yang kemudian juga disebut bahasa pemrograman Delphi. Delphi telah memanfaatkan suatu teknik pemrograman yang disebut RAD sehingga membuat pemrograman menjadi lebih mudah. Delphi adalah suatu bahasa pemrograman yang telah memanfaatkan metoda pemrograman Object Oriented Programming
0 komentar:
Posting Komentar