Jumat, 28 April 2017

Pembelajaran Pronunciation

Pembelajaran Pronunciation
Selain hardware dan software, masalah yang harus mendapat perhatian lebih banyak dalam pengembangan media pembelajaran adalah isi dari media pembelajaran tersebut. Untuk itu perlu dikaji hakekat pengajaran Pronunciation dalam pengajaran Bahasa Inggris secara mendalam. Pertama, kita perlu mengkaji tujuan dan cakupan isi pembelajaran Pronunciation. Menurut Kenworthy (1977) belajar pronunciation memiliki dua tujuan, yaitu pertama untuk mencapai kemampuan memproduksi bunyi bahasa mendekati kualitas native speaker (penutur asli) dan yang kedua untuk bisa menghasilkan bahasa yang bisa dipahami dengan mudah dan benar, meskipun aksennya tidak begitu sempurna. Paulston dan Bruder (1976: 82) mengatakan bahwa tujuan belajar Pronunciation adalah kemampuan memproduksi bunyi bahasa kedua atau bahasa asing yang tidak menghambat jalannya komunikasi, baik dari sisi pembicara maupun pendengar. Berdasar pendapat ini, tujuan minimal belajar pronunciation adalah agar bahasa yang kita ucapkan dapat mudah dipahami (intelligible). Setiap orang yang belajar bahasa Inggris harus mencapai tujuan ini, sedangkan untuk mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris semestinya untuk tujuan yang lebih tinggi yaitu mampu memproduksi bahasa lisan sebagaimana para penutur asli atau mendekati penutur asli. Belajar Pronunciation meliputi kemampuan memahami (perception) dan kemampuan memproduksi bahasa yang dipelajari. Sedangkan menurut Kelly (2000), materi yang tercakup dalam pembelajaran Pronunciation meliputi tiga hal, yaitu : 1) Segmental features of phonology(consonants-voiced, unvoiced-, vowels-long and short- and diphtongs), 2) Suprasegmental features of phonology (stress, intonation), dan 3) Other aspects of connected speech (assimilation, elision, linking and intrusion, junctures and contractions).

Berikutnya kita juga mesti memperhatikan sumber kesulitan belajar Pronunciation bagi orang Indonesia, karena media yang akan dikembangkan ini diperuntukkan bagi mahasiswa Indonesia. Untuk mencapai hasil belajar Pronunciation yang maksimal, yaitu bisa dipahami orang lain terlebih jika ingin mendekati bahasa penutur asli tidaklah mudah.Tujuan ini sering tidak dapat dicapai dengan baik, sehingga masih sering ditemukan kesalahan pengucapan. Menurut Ur (1999: 52) kesalahan pronunciation dapat diakibatkan oleh : 1) bunyi bahasa tertentu tidak terdapat pada bahasa pertama / ibu, sehingga pembelajar tidak terbiasa memproduksi bunyi bahasa tersebut, sehingga cenderung menggantinya dengan bunyi bahasa yang mendekati, yang bisa dia produksi, 2) bunyi bahasa tersebut sebenarnya ada dalam bahasa pertama, tetapi tidak merupakan fonem tersendiri, sehingga pembelajar tidak mampu menangkap bunyi bahasa tersebut sebagai fonem tersendiri yang dapat membedakan makna kata, dan 3) pembelajar mampu memproduksi bunyi bahasa dengan benar, tetapi belum mempelajari pola tekanan (stress pattern) dalam bahasa Inggris, sehingga cenderung menggunakan intonasi bahasa pertama, yang tidak sesuai dengan bahasa target, Bahasa Inggris. Menurut Poulston dan Bruder (Yulia, 2004), kesalahan pronunciation disebabkan oleh perbedaan sistem tata bunyi bahasa target dan bahasa pertama. Yulia dkk (2004) membandingkan antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan menemukan perbedaan-perbedaan sebagai berikut: a). Beberapa bunyi konsonan bahasa Inggis tidak terdapat dalam bahasa Indonesia [θ, ð, ∫,ʒ,y,v], b) beberapa konsonan bahasa Inggris ada dalam bahasa Indonesia tetapi sifatnya berbeda, misalnya [dʒ, t∫, ∫, ʒ). Dalam bahasa Indonesia s, dan z ; s dan ∫ bersifat alofonik, sedangkan dalam bahasa Inggris merupakan fonem tersendiri. Perbedaan ini juga terdapat dalam vokal maupun difthong, [æ,i:,a:,з:,ei,uə,eə,au,əu dsb.].

Selain kesulitan yang disebabkan oleh sistem tata bunyi yang berbeda, ada juga sumber kesulitan yang lain yaitu masalah ejaan. Dalam bahasa Indonesia ejaan sangat dekat dengan ucapan, sehingga mengucapkan bahasa Indonesia yang ditulis sangatlah mudah, Bahasa seperti ini juga disebut bahasa fonetis. Bahasa Inggris bukanlah bahasa fonetis, karena hubungan antara ejaan dan ucapan sangat kompleks, sehingga dapat menjadi sumber kesulitan tersendiri dalam belajar pronunciation bagi pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang mengenal bahasa Inggris berawal dari bahasa tulis (Kelly, 2000)

Dalam pembelajaran bahasa Inggris, pronunciation biasanya diajarkan atau dibahas bersamaan dengan pembelajaran ketrampilan dan komponen bahasa lain, seperti misalnya, dalam Reading. Kelly (2000) menyebutkan 3 model pembelajaran Pronunciation, yaitu Integrated, Remidial, dan Practice. Integrated, ialah dimana pronunciation dijadikan komponen penting dalam analisis bahasa, dimasukkan dalam rencana dan pelaksanaan pembelajaran. Remidial, pembahasan pronunciation hanya merupakan reaksi dari ditemukannya kesalahan / kesulitan pronunciation yang muncul di kelas, dan practice, dimana poin-poin pronunciation tertentu dipisahkan dan dilatihkan secara tersendiri, dan menjadi topic utama dalam pelajaran.



Terkait dengan pembelajaran Pronunciation di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris model pembelajaran yang dipakai adalah model ketiga, yaitu model practice lesson, yang diberikan secara tersendiri selama satu semester dengan bobot dua sks. Kegiatan latihan ini terdiri dari dua macam, yaitu kegiatan reseptif dan produktif. Kegiatan reseptif berupa kegiatan mendengarkan. Aktifitas mendengarkan ini terkait dengan pemodelan dan latihan mengenali dan membedakan bunyi bahasa yang menjadi fokus latihan, sedangkan kegiatan produktif adalah berupa kegiatan mengucapkan bahan-bahan latihan (bahasa tulis).

Pembelajaran Pronunciation Rating: 4.5 Diposkan Oleh: frf

0 komentar:

Posting Komentar